Makanan khas Lamongan seperti soto ayam atau tahu campur, mungkin sudah kelewat biasa di lidah. Kini, saatnya mencoba yang menu yang berbeda.
Menyebut nama nasi boranan, mungkin terdengar aneh. Tapi di Lamongan, aset wisata kuliner yang dikenal turun temurun ini terbilang sangat populer. Sajiannya mengingatkan kita pada nasi sambal, atau nasi campur. Bedanya, nasi boranan memeiliki unsur-unsur pendukung yang lebih bervariasi.
Mulai dari nasinya yang bukan dari beras, tapi dari dari jagung. Sementara lauk pauknya, terdiri dari rempeyek dan sambal. Cara penyajian makanan ini juga sedikit berbeda. Karena nasi boranan biasanya disajikan dengan pincuk daun pisang. Meski sesekali, ada juga yang dibungkus dengan kertas.
“Ya, memang nasi boranan dikenal karena ragam lauk pauk dan sambalnya,” ujar Ginah, penjual nasi boranan asal Sidorukun Lamongan.
Untuk urusan lauk pauknya ada ayam goreng, udang goreng, perkedel, tempe, tahu, telur asin, telur dadar, sate jerohan ayam, ikan bandeng, ikan kuthuk, pletuk, empal, empuk (tepung terigu yang dibumbui, red), urapan sayur. Dan satu lagi yang bikin nasi boranan terasa khas, yakni ikan sili.
Banyak sekali, jadi jangan bingung memilihnya. Karena tiga diantaranya menjadi lauk khas nasi boranan yang tak ditemui pada makanan lainnya. Empuk, pletuk, dan ikan sili.
Lauk ikan sili inilah yang tak biasa dapat ditemui setiap saat kita beli. Karena ikan tergolong musiman. Bentuknya panjang hitam seperti belut, dan sulit nampak mana bagian kepala atau ekornya. Durinya pun ada di bagian tengah tubuh.
Karena musiman nasi boranan dengan lauk ikan sili bisa agak mahal harganya. Sebagai perbandingan saja, nasi boranan dengan lauk telur asin hanya Rp 3 ribu, tapi jika ditambah dengan ikan sili bisa mencapai Rp 12 ribu.
Sedangkan sambal pada nasi boranan terdiri dari lengkuas, jahe, terasi, jeruk purut, cabai rawit yang direbus terlebih dulu, beras mentah yang direndam sebagai pengental, parutan kelapa, bawang merah, bawang putih, dan tak lupa sedikit merica. Biasanya sambal pedas nan lezat ini disiramkan di atas nasi dan lauk.
Pinggir Jalan
Menemukan penjual nasi boranan di Kota Lamongan tak perlu bingung. Karena mereka (penjual) cukup mudah dicari. Alasan lain karena nasi ini sudah cukup populer di masyarakat setempat.
Berburu penjual nasi boranan paling mudah di pagi hari. Selain masih banyak penjualnya, lauk pauknya pun cukup lengkap. Para penjual menjajakan nasi boranan dengan apa adanya, yakni cukup dengan lesehan beralaskan tikar saja. Mereka berjejer memanfaatkan lahan kosong tempat parkir kendaraan.
Pembelinya pun juga bermacam-macam asal. Ada yang datang dari dalam Kota Lamongan, ada pula yang datang dari luar kota.
Tentang arti boranan, ternyata berasal dari nama sebuah perlengkapan yang dijadikan tempat nasi. “Nasi itu dikukus dengan dandang yang kemudian ditaruh di tempat nasi yang disebut boran,” jelas Ginah lagi. Boran sendiri terbuat dari bambu, penjualnya biasa menggendongnya dengan menggunakan kain selendang.
naskah : m. ridloi | foto : wt atmojo