Close Menu
eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Indonesia Keren!
    • Beranda
    • Travel
    • Cinderamata
    • Kuliner
    • Hotel dan Resto
    • Seni Budaya
    • Gaya Hidup
    • Profil
    • News
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Home»Traveling»Kuliner»Nasi Bebek Tujuh Belas Juta
    Kuliner

    Nasi Bebek Tujuh Belas Juta

    Abdul RahmanBy Abdul Rahman1 January 2017Updated:8 May 2019
    Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Matahari mulai terbenam. Mukhlisin dan beberapa karyawannya mulai sibuk membuka stan penjualan. Mukhlisin, anak terakhir dari 4 bersaudara, adalah putra pemilik usaha Nasi Bebek Tugu Pahlawan, Surabaya. Kini umurnya 28 tahun, dan telah menikah namun belum di beri keturunan.

    Di Nasi Bebek Tugu Pahlawan, ia bekerja sebagai kasir dan merangkap penggoreng bebek. Katanya, ia memutuskan untuk bekerja di sini lantaran merasa tidak cocok bekerja sebagai pegawai di kantor.

    Siapa sangka, ini jadi keputusan yang tepat buat dia. Bersama dua belas karyawannya, warung nasi bebek yang ia kelola berkembang jadi salah satu kuliner legendaris Kota Pahlawan.

    Seperti yang sudah-sudah, malam itu, ia kembali mempersiapkan tenda, gerobak, dan alat-alat lainnya. Piring, tempat nasi, ditata sedemikian rupa untuk memudahkan proses bekerja saat pengunjung datang.

    Untuk membuka, Mukhlisin membagi tugas kepada karyawannya dalam kelompok kecil. Ada kelompok karyawan wanita yang bertugas membuat masakan bebek. Lalu karyawan pria di tugaskan untuk membangun tenda.

    “Nasi Bebek Tugu Pahlawan dimulai pada tahun 1966,” kata Mukhlisin. Saat itu, katanya, sebutan nama Bebek Tugu Pahlawan belum ada. Yang ada hanya nasi bebek saja. Awal tempat berjualan masih di kawasan Jl Kayoon. “Kata Ibu Munirah, nenek saya, pemilik pertama usaha nasi bebek ini, saat itu perkembangannya lambat,” katanya.

    Gara-gara itu juga, Munirah memutuskan untuk berhenti sementara waktu. Tahun 1986, usaha nasi bebek ini kembali di buka. Kini, lokasi berjualan yang dipilih adalah depan Tugu Pahlawan. Usaha ini dibuka kembali oleh Ani, ibunda Mukhlisin.

    Lima Sore, 17 Juta
    Mengapa dibuka sejak pukul lima sore? “Pagi hingga siang lahan tersebut digunakan untuk parkir toko baju tentara yang ada Jalan Tembaan,” aku Mukhlisin. Tapi, lanjut dia, keterbatasan waktu ini nyatanya tak jadi halangan untuk mengais rezeki.

    Dikatakan pula, nama Bebek Tugu Pahlawan, ternyata pemberian dari pengunjung yang sering membeli nasi bebek di tempat ini. Selain alasan lokasi, pengunjung sering menggunakan ikon kota Tugu Pahlawan sebagai rujukan untuk memberi rekomendasi ke yang lain.

    “Saya penasaran dengan makanan favorit pacar saya. Saya berasal dari Mojokerto, ingin mencoba makanan yang enak dan terkenal di sini,” ungkap Weny, salah satu pengunjung.

    Kehadiran Weny sebagai pengunjung dari luar kota malam itu ternyata tidak sendiri. Ada juga Chairil , warga Bandung. Ia mengaku sedang ada tugas di Surabaya selama beberapa hari. Iseng, ia browsing untuk mendapatkan rekomendasi makanan Surabaya yang lezat. “Nasi bebek ini memang enak. Sambalnya nendang, bebeknya empuk,” ungkapnya.

    Sebetulnya, apa rahasia Nasi Bebek Tugu Pahlawan? “Kekhasan dari Bebek Tugu Pahlawan ada pada bumbu yang lebih meresap. Dan daging bebek yang lebih lembut dibandingkan yang lain. Kami juga menyediakan dua jenis sambal, yaitu kering asin dan tomat manis,” jelas Mukhlisin. Ditambah lagi, lanjutnya, teknik menggoreng yang mempertahankan cita rasanya.

    Dengan bekal ini, dalam sehari, Bebek Tugu Pahlawan mampu menjual 600 hingga 700 potong bebek. Katanya, itu masih terbilang sepi. Pas ramai, bisa terjual 1000 potong bebek. Taksiran keuntungan kotor Bebek Tugu Pahlawan diperkirakan Rp 15 juta hingga Rp 17 juta per hari.

    Apapun, bagi pengunjung warung ini, Bebek Tugu Pahlawan adalah makanan yang layak jadi pilihan saat bertandang ke Surabaya. Meski makannya di pinggir jalan, ramai akan lalu lalang kendaraan, tidak mengurungkan niat untuk makan di sana. Apalagi bisa makan dengan view Tugu Pahlawan di malam hari, ditambah es kelapa yang segar, rasanya bukan momen yang gampang dilupakan. (venska galistyar, dheasya rahmaunisa)

    east java east java culinary east java tourism east java travel east java traveler eastjava FIKOM UWM SURABAYA jawa timur surabaya wisata wisata jawa timur
    Share. Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Info Lainnya

    Jajanan Khas Lumajang yang Cocok untuk Oleh-oleh

    23 April 2023

    Ternyata Ada Banyak Ragam Olahan Tape khas Bondowoso

    21 April 2023

    Rekomendasi Tempat Berbuka Puasa di Kabupaten Lamongan

    16 April 2023
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    INFO TERBARU

    Surabaya Tampilkan Pesona Laser Air Mancur di Malam Keakraban Munas VII APEKSI

    9 May 2025

    Inovasi Kedai Kopi Digital UB Angkat Daya Saing Desa Wisata Kopi Banyuwangi

    3 May 2025

    Hari Kartini, Aston Madiun dan KKI Gelar Nguri-Uri Budhoyo Usung Pesona Pengantin Adat Yogyakarta

    29 April 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Jadi Pilihan Favorit Staycation Saat Lebaran 2025

    7 April 2025

    72.500 Wisatawan Kunjungi KBS Saat Libur Lebaran, Target 100 Ribu Pengunjung

    6 April 2025

    Mojotirto Festival 2025, Momentum Refleksi dan Pelestarian Air di Mojokerto

    23 March 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Gelar Earth Hour 2025, Matikan Lampu Satu Jam untuk Bumi

    22 March 2025

    Sambut Ramadan, Pemkot Surabaya Hiasi Kota dengan Ornamen Bernuansa Timur Tengah

    3 March 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Tentang Kami
    • Iklan
    • Komunitas
    • Video
    • Surabaya
    • Indonesia
    • Kontak
    • Arsip
    © 2025 eastjavatraveler.com | stunning east java

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.