Close Menu
eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Indonesia Keren!
    • Beranda
    • Travel
    • Cinderamata
    • Kuliner
    • Hotel dan Resto
    • Seni Budaya
    • Gaya Hidup
    • Profil
    • News
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Home»Traveling»Kuliner»Ladu, Jajanan Renyah Yang Datang Dari Masa Lalu
    Kuliner

    Ladu, Jajanan Renyah Yang Datang Dari Masa Lalu

    Abdul RahmanBy Abdul Rahman30 July 2015
    Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Ditengah maraknya pengaruh globalisasi, budaya dan peradaban bangsa bisa saja jadi taruhannya, jika tak benar-benar dijaga. Bahaya jika tradisi dan adat istiadat mulai enggan tampil, juga kuliner khas daerah yang mulai tenggelam.

    Salah satunya Ladu, kuliner Jawa Timur satu ini memang tak banyak diketahui. Tapi untungnya, resep peninggalan nenek moyang itu masih bisa bertahan di Kampung Sawo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto.

    Sumiati (55) dibantu satu tetangganya konsisten mempertahankan produksi Ladu di rumahnya. Bahkan, sejak puluhan tahun silam, ia sudah membuatnya untuk dijual. Mengingat jajanan mirip kerupuk ini banyak diburu masyarakat sekitar jika sudah menginjak Ramadhan. Selain sebagai suguhan Hari Raya Idul Fitri, Ladu juga biasa dipesan untuk hajatan pernikahan dan sunatan.

    “Saya sampai kualahan dan nolak pesanan. Ya gimana lagi, bikinnya kan masih pakai tangan, manual. Kalau capek ya saya tolak,” terang perempuan ini sambil membalik adonan Ladu yang dikeringkan.

    Wajar saja. Mengingat proses pembuatan Ladu, tak serenyah saat memakannya. Campuran beras ketan murni dan gula pasir, ditambah sedikit pewarna warna merah, harus melalui proses panjang. Beras ketan sebagai bahan pokok harus murni, tidak boleh ada campuran berasnya. Tak jarang bila banyak pesanan, Sumiati meminta tolong tetangganya untuk memilih ketan yang bercampur beras, “nanti satu kilo-nya saya kasih 2500 rupiah,” tuturnya dengan senyum kecil.

    foto ladu-01Beras pilihan itu nantinya akan di kukus selama satu jam, lalu dicampur gula dan pewarna. Setelah semua bahan tercampur, barulah di kukus kembali selama dua jam. Tak berhenti sampai disitu, bahan-bahan yang menyatu ditumbuk supaya lebih halus. Proses menumbuk ini diakui Sumiati sangat berat, selain ketelitian, sangat dibutuhkan kekuatan tangan karena tidak ada mesin khusus untuk menghaluskannya. Setelah halus, adonan siap di betuk persegi panjang tipis dan kemudian di jemur, di potong kotak-kotak, dan akhirnya di goreng dengan pasir. Menggunakan bahan-bahan berkualitas, serta membutuhkan tenaga ekstra membuat harga Ladu sedikit tinggi, Untuk satu toples besar Ladu, dibandrol Rp 35rb.

    Nama Ladu sendiri tercipta karena perubahan bentuk adonan Ladu kering saat digoreng, “namanya Ladu, soalnya waktu digoreng pakai pasir bentuknya mlentu-mlentu (menggelembung),” sergah Sumiati sambil tertawa.

    Minimnya penjual Ladu di Mojokerto, membuat Sumiati menjadi agen penyedia Ladu terlaris, meskipun tidak sedang perayaan Hari Raya. Dalam satu bulan, ia bisa mengolah 200kg ketan, dan 3,5 kg gula pasir.

    Kejujuran menggunakan bahan-bahan asli juga membuat Ladu bikinan Sumiati makin diincar, “tetangga dekat rumah ibu saya (Japanan) juga buat. Tapi tidak selembut punya bu Sumiati ini, tidak tau kenapa,” ujar laki-laki asal Jakarta yang sedang pulang kampung ke Japanan, Mojokerto.

    Selain memiliki rasa manis, ladu juga renyah. Jajanan lawas ini kebanyakan diminati kalangan sepuh dan anak-anak balita, karena teksturnya yang lembut dan hancur saat sudah dimulut penikmatnya.

    Meskipun tidak menggunakan bahan pengawet, makanan ini bisa tahan sampai satu hingga dua bulan. Tergantung cara penyimpanannya. “Jajanan tahan lama, Tapi harus diletakkan di tempat tertutup, biar tidak ayem (melempem),” jelas Asmuna, salah satu penggemar Ladu.

    naskah dan foto : pipit maulidiya

    Share. Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Info Lainnya

    Jajanan Khas Lumajang yang Cocok untuk Oleh-oleh

    23 April 2023

    Ternyata Ada Banyak Ragam Olahan Tape khas Bondowoso

    21 April 2023

    Rekomendasi Tempat Berbuka Puasa di Kabupaten Lamongan

    16 April 2023
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    INFO TERBARU

    Surabaya Tampilkan Pesona Laser Air Mancur di Malam Keakraban Munas VII APEKSI

    9 May 2025

    Inovasi Kedai Kopi Digital UB Angkat Daya Saing Desa Wisata Kopi Banyuwangi

    3 May 2025

    Hari Kartini, Aston Madiun dan KKI Gelar Nguri-Uri Budhoyo Usung Pesona Pengantin Adat Yogyakarta

    29 April 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Jadi Pilihan Favorit Staycation Saat Lebaran 2025

    7 April 2025

    72.500 Wisatawan Kunjungi KBS Saat Libur Lebaran, Target 100 Ribu Pengunjung

    6 April 2025

    Mojotirto Festival 2025, Momentum Refleksi dan Pelestarian Air di Mojokerto

    23 March 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Gelar Earth Hour 2025, Matikan Lampu Satu Jam untuk Bumi

    22 March 2025

    Sambut Ramadan, Pemkot Surabaya Hiasi Kota dengan Ornamen Bernuansa Timur Tengah

    3 March 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Tentang Kami
    • Iklan
    • Komunitas
    • Video
    • Surabaya
    • Indonesia
    • Kontak
    • Arsip
    © 2025 eastjavatraveler.com | stunning east java

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.