Cinta itu beda dengan emosi, bisa diatur dan tidak selalu harus dituruti, Begitulah gagasan yang ingin Prihandari Satvika Dewi, alias Vika Wisnu sampaikan pada cerpen (karyanya), yang terpilih dalam Antologi Cerpen Pilihan Kompas 2014.
Pada cerpen yang berjudul Pacar Pertama itu, Vika mencoba mengisahkan cinta beda usia. Meskipun tak happy ending, diakui ibu dari dua anak ini masing-masing tokoh berakhir bahagia dengan pasangannya.
Terpilihnya cerpen Pacar Pertama memang tidak diragukan lagi, sebab karya-karya Vika yang lain sering tampil di beberapa surat kabar. Meskipun begitu, Vika mengakui bahwa dirinya sangat sulit mendapat ide dan bukan tergolong penulis produktif, “saya bukan tergolong penulis produktif, nggak bisa tiba-tiba dapat ide lalu nulis. Harus penelitian dulu, itu yang bikin lama. Fakta-fakta itu nantinya hanya sebagai latarbelakang saja,” ujar perempuan bertubuh kecil tapi lincah ini.
Penulis sekaligus dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di salah satu universitas swasta di Surabaya ini, juga menuturkan, bahwa kelemahan itulah yang sekaligus membawa karyanya dekat dengan kehidupan sehari-hari. “Tulisan saya masuk nominasi, karena ada komponen faktualnya, meskipun sebenarnya karya fiksi.” Terang ibu dua anak ini.
Sembari membenarkan letak kacamatanya, Vika juga bercerita tentang kenikmatan dalam menulis. Perempuan kelahiran 3 Maret 1974 ini mengakui bahwa menulis adalah salah satu kegiatan refreshing, profesinya sebagai dosen kadang membutanya jenuh. “ini cara saya refreshing, karena selalu berkutat dengan buku-buku ilmiah, dan menjadi salahsatu tempat saya membebaskan pikiran,” akunya sembari tersenyum.
naskah : pipit maulidiya | foto : farid rusly
1 Comment
Dari judul cerpen pacar pertama ada ga kak dijadikan dalam bentuk naskah drama?