Berdasarkan data dari ProFauna Indonesia tahun 2007 lalu di Pulau Sempu telah ditemukan 144 jenis burung (Aves). Catatan ini membuktikan adanya peningkatan jumlah habitat burung, karena pada penelitian sebelumnya pada tahun 2000 tercatat di kawasan itu ditemukan 80 jenis burung.
Sehingga secara otomatis perkembangan terbaru di sana jumlah populasinya kian bertambah, sekitar 15 persen.
Memang, di Pulau Sempu masih banyak dijumpai beragam jenis burung langka seperti elang jawa (Spizaetus Bartelsi), julang emas (Aceros Undulatus), dara laut putih (Gygis Alba), rangkok badak (Buceros Rhinoceros), pelatuk ayam (Dryocopus Javavensis), kangkareng perut putih (Anthracoceros Albirostris), cekakak jawa (Halcyon Cyanoventris), dan masih banyak lainnya.
Adanya penemuan ini membawa sinyal positif bagi kawasan alam itu, untuk dijadikan tempat rujukan bagi yang ingin beredukasi tentang cagar alam. “Pulau Sempu adalah sebuah cagar alam yang sangat cocok bagi kehidupan satwa liar dan mempunyai konservasi tinggi,” urai Asep Rahmat Purnama, Direktur Eksekutif ProFauna Indonesia.
Pesona cagar alam lainnya yang ada di Pulau Sempu adalah adanya beragam keunikan alam dan kekayaan hayati, yang bisa diperuntukan bagi penelitian dan ilmu pengetahuan. Sedangkan ekosistem di Pulau Sempu sangat lengkap, yaitu ekosistem hutan bakau, hutan pantai, hutan hujan dataran rendah, dan danau.
Berdasarkan data dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur, Cagar Alam Pulau Sempu ini memiliki kekayaan flora, fauna, serta memiliki keunikan tersendiri di dalamnya. Di kawasan Cagar Alam Pulau Sempu itu setidaknya memiliki sekitar 223 jenis tumbuhan yang tergolong dalam 144 marga dan 60 suku. Dari 60 suku telah diketahui lima suku yang memiliki jumlah individu, jenis dan marga yang relatif cukup banyak. Kelima suku itu adalah Moraceae, Euphorbiaeceae, Anacardiaceae, Annonaceae, dan Sterculiaceae.
Sedangkan untuk jenis fauna ada sekitar 51 jenis yang terdiri dari 36 jenis aves, 12 jenis mamalia dan tiga jenis reptil. Adapun yang paling sering dijumpai di antaranya babi hutan (Sus Scopa), kera hitam (Presbytis Cristata), belibis (Dendrosyqna Sp), lutung jawa (Trachypithecus Auratus), kukang (Nycticebus Coucang), macan tutul (Panthera Pardus), burung rangkong (Buceros Undulatus) dan berbagai jenis lainnya.
Pulau Sempu ditetapkan sebagai kawasan cagar alam lindung Jawa Timur berdasarkan SK. GB No. 26 Stbl. 1928 No. 69 Tahun 1928 dengan luas area 877 hektare. Letak kawasan Cagar Alam Pulau sempu di perairan Samudera Indonesia, yang secara administratif pemerintahan termasuk ke dalam Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang.
Cagar Alam ini berada di bawah kelola Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Jatim. Badan pengelola ini bertanggung jawab pada Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, yang secara struktur lembaga berada di bawah naungan Departemen Kehutanan Indonesia.
Spesifik
Secara geografis Cagar Alam Pulau Sempu terletak pada 8 derajat 27’24’’- 8 derajat 24’’54’ lintang selatan dan 112 derajat 40’45’’ – 112 derajat 42’’45’ bujur timur. Sedangkan wilayahnya berada pada ketinggian sekitar 50-250 meter dari permukaan laut (mdpl). Untuk kondisi iklimnya adalah zonasi iklim metode Schdmit- Ferguson tergolong pada tipe iklim C, yang artinya agak basah. Dengan kondisi curah hujan agak tinggi pada bulan Desember-Februari.
Berdasarkan kriteria iklim, fisioknomi (struktur hutan), perbedaan habitat, terutama tanah dan letak tinggi, formasi hutan di Cagar Alam Pulau Sempu dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe vegetasi, yaitu tipe vegetasi hutan pantai, tipe vegetasi hutan mangrove, dan tipe vegetasi hutan tropika dataran rendah. Tipe vegetasi hutan pantai terutama diwakili oleh Baringtonia Asiatica, nyamplung (Calophyllum Inophyllum), waru laut (Hibiscus Tiliaceus). Sedangkan jenis vegetasi hutan tropika dataran rendah yang umum dijumpai di daerah pedalaman antara lain bendo (Arthocarpus Elasticus), triwulan (Mischocarpus Sundaicus), dan Buchaina Arborescens.
Begitu lengkap kondisi alam yang kaya akan flora dan fauna langka yang masuk dalam daftar Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), di Pulau Sempu sengaja tidak dibangun menjadi wisata sebagaimana mestinya. Sehingga di dalam sana tidak ada fasilitas akomodasi dan kebutuhan kehidupan yang memadai. Bagi yang ingin menginap sangat disarankan membawa tenda dan bekal sendiri dengan perhitungan yang cukup. Bahkan bagi para pengunjung lebih baik membawa bekal air mineral sesuai kebutuhan, sebab di dalam Cagar Alam Pulau Sempu tidak ditemukan mata air payau.
Untuk menuju ke Pulau Sempu tidaklah terlalu rumit. Bagi para wisatawan yang berkunjung ke sana, dapat menempuh rute perjalanan dari sebelah selatan Kota Malang menuju ke Wisata Sendang Biru yang ada di Desa Tambak Rejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, dengan jarak tempuh sekitar 69 kilometer.
Sesampai di Sendang Biru sembari singgah sejenak menikmati berjuta pesona panorama air laut yang begitu biru, kita juga bisa menyiapkan kembali berbagai bekal yang nantinya kita bawa berpetulang bebas di Cagar Alam Pulau Sempu. Karena di lokasi itu tidak akan kita jumpai kehidupan manusia, sebab Pulau Sempu termasuk wilayah konservasi alam yang tidak berpenghuni. Tak salah bila di dalam sana hanya kita temui pohon-pohon, semak belukar, dan binatang.
Setelah siap, alangkah baiknya bila kita datang ke kantor konservasi Cagar Alam Pulau Sempu yang terletak di Sendang Biru. Di kantor itu kita terlebih dahulu melakukan perijinan guna memasuki wilayah Pulau Sempu.
Selesai mendapatkan ijin, kita dapat mencari persewaan perahu motor atau dayung yang digunakan menyeberang dari pesisir Sendang Biru menuju ke Pulau Sempu. Di sini kita dapat melakukan dua alternatif untuk berpetualang, yaitu dapat berhenti di teluk Waru-waru, pemberhentian perahu bagi yang ingin menuju Telaga Lele, atau juga dapat berhenti di Teluk Semut, pemberhentian perahu bagi yang ingin menuju ke Segara Anakan.
Panorama alam yang begitu indah menyapa, serasa menguntaikan makna syukur pada Sang Pencipta dapat kita rasakan saat perjalanan menuju dan hingga tiba di Segara Anakan. Di tempat ini pesolek keindahan alamnya sangat memukau daripada di Telaga Lele.
Berlabuh di Teluk Semut bersiaplah kita untuk menyusuri jalan setapak di semak belukar hutan lepas. Dari sini perjalanan yang ditempuh dengan berjalan kaki dapat memakan waktu selama satu jam. Para pengunjung tak perlu khawatir, selama perjalanan meskipun rute yang ditempuh cukup menantang pemandangannya cukup indah untuk kita rasakan. Terlebih dengan kadar oksigen yang begitu maksimum untuk kita hirup, kepenatan seakan tersibak terganti dengan perasaan segar nan terpukau.
Setelah selama satu jam berjalan kaki di tengah hutan, kita akan terhenyak dengan panorama alam Segara Anakan, sebuah laguna yang dikelilingi dinding karang yang menjulang tinggi sebagai pembatas dengan Samudera Indonesia. Bahkan bila pengunjung yang berjiwa pemberani dapat naik di sebuah dinding karang, di bagian inilah kita dapat melempar pandang sejauh-jauhnya melihat laut selatan Samudera Indonesia, dengan dentuman ombak yang menghantam karang.
Air di Segara Anakan rasanya sangat asin dengan luas area lebih kurang empat hektar. Pada saat air laut pasang air di Segara Anakan kembali meluap. Air itu berasal dari sebuah lubang besar menyerupai terowongan, dan inilah sumber aliran air yang berasal dari Samudera Indonesia.
Pada sisi lain di bagian timur di bibir perairan Segara Anakan terdapat hamparan pasir putih yang cukup luas. Pasir putih ini membentang dari utara ke selatan hingga mencapai punggung bukit karang di pantai selatan.
Baca pula : Surga Flora dan Faunda di Sempu
naskah : m. ridlo’i | foto : wt atmojo