Jawa Timur kaya akan budaya dan peninggalan seni dari Kerajaan Majapahit. Hal inilah yang menjadi inspirasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Propinsi Jawa Timur untuk menggelar pertunjukan Parade Tari Bedoyo Majapahit.
Pagelaran Tari Bedoyo seperti yang berlangsung di Gedung Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, Surabaya, (27/12),malam. Parade tari bedoyo Majapahit tersebut menghadirkan perpaduan 10 kreasi seni tari bedoyo dari beberapa daerah di Jawa Timur. Seperti Bedoyo Sekar Asmara yang berasal dari Surabaya, Bedoyo Pitaloka (Blitar), Sri Juru (Banyuwangi), Bedoyo Dyah Ayu Gayatri (Sidoarjo), Maje Potre (Pamekasan), dan Bedoyo Cakramanggilingan (Sidoarjo), Nawa Laksita (Surabaya), Bedoyo Giri Indro (Trenggalek) serta Bedoyo puspo Nareswari(Malang), Bedoyo Suryo dari Malang.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Timur Jarianto mengatakan, parade Tari Bedoyo Majapahit ini bertujuan untuk mengaktualisasi nilai-nilai kejayaan Majapahit yang pernah ada. ”Selain itu juga untuk memotivasi seniman muda dalam menciptakan seni karya baru dengan berorientasi pada nilai nilai budaya yang mempunyai makna syukur,” ujarnya di sela-sela pembukaan.
Secara harfiah Tari Bedoyo Mojopahit merupakan salah satu seni kreasi tari yang di ciptakan dengan cita rasa dan gerak tari Jawa Timur yang mewujudkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dijauhkan dari bencana.
Selain digelar parade tari bedoyo, pengunjung juga dihibur dengan pagelaran drama wayang. Dengan judul Srikandi Senopati di mana para pemainnya merupakan kolaborasi dari Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatika Surabaya (STKW) dengan Yayasan Swargaloka Jakarta. Pentas tersebut menceritakan seorang Srikandi yang berontak karena melihat saudaranya disayembarakan dan dengan keadaan tersebut akhirnya membuat Srikandi harus jadi pemimpin dalam sebuah perang besar (Bharatayuda).
naskah dan foto: dhimas prasaja