Biennale Jatim kembali digelar. Event budaya dua tahunan ini siap menampilkan perkembangan seni rupa Jawa Timur dan global, 20 Desember 2019 hingga 20 Januari 2020.
Dijelaskan Syska La Veggie, Media dan Humas Biennale Jatim 8, tahun ini acara diselenggarakan dalam format berbeda.
“Mengambil tema ‘GAS TOK! Lebur Sakjeroning Jawa Timur’, Biennale Jatim 8 mengundang seluruh perupa dan kelompok seni di Jawa Timur untuk terlibat,” jelasnya.
Biennale Jatim, lanjut alumnus Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi – Almamater Wartawan Surabaya (Stikosa AWS) ini disajikan sebagai sebuah perayaan dan imajinasi bersama yang bersifat inklusif.
“Kami mencoba merombak pandangan yang menempatkan Biennale Jatim sebagai sebuah peristiwa elit, adiluhung dan memusat sebagaimana dikenal selama ini,” tegasnya.
Kini, Biennale Jatim 8 digelar tanpa kurator dan pameran utama. Semua seniman dan kelompok seni di Jawa Timur dapat ambil bagian dengan membayangkan, merancang dan menjalankan kegiatan mereka sendiri.
Sementara, Biennale Jatim bersalin rupa menjadi jaring penghubung dan sarana perluasan dari setiap inisiatif atau acara yang diusulkan. Strategi ini dipilih sebagai sebuah usaha untuk memetakan ulang potensi seni rupa di Jawa Timur yang belakangan sangat bergairah.
“Biennale Jatim 8 akan melibatkan kurang lebih 500 seniman dan 40 kurator atau penyelengara. Seluruh rangkaian Biennale Jatim 8 terdiri atas sekitar 65 kegiatan yang tersebar di 16 kota dan kabupaten di Jawa Timur,” jelas Syska lagi.
Nantinya, seluruh arsip data dan dokumentasi kegiatan rangkaian Biennale Jatim 8 akan dikumpulkan dan dipublikasikan melalui akun Instagram @jatimbiennale8. Setelah penyelenggaraan, seluruh data dan dokumentasi tersebut akan diolah dan diterbitkan sebagai post-event catalogue dan pameran arsip.
Dari data yang ada, muncul nama-nama perupa muda dengan berbagai corak karya. Di luar itu juga muncul kelompok-kelompok seni baru, makin banyak pameran diselenggarakan di berbagai kota dalam berbagai skala dan tema.
“Semua memberikan kontribusi dalam membentuk lanskap seni rupa di Jawa Timur hari ini,” janji Syska.
Perhelatan Biennale Jatim kali ini juga diselenggarakan sebagai sebuah gagasan yang muncul dari bawah, berjalan tanpa anggaran Pemerintah Jawa Timur melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) maupun sponsor dari pihak swasta. Seluruh kegiatan dan keluaran yang dihasilkan merupakan swadaya masing-masing pihak yang terlibat.