Sumenep, Pulau Madura, Jawa Timur, dikenal sebagai salah satu sentra produksi garam Indonesia. Tapi, garam bukanlah satu-satunya potensi ekonomi Madura. Kabupaten Sumenep yang terletak diujung pulau Madura menyimpan budaya unik dan sejarah yang panjang serta potensi wisata yang perlu dikembangkan.
Sumenep dapat diakses melalui jalur darat melalui jembatan Suramadu, laut via pelabuhan Kalianget dan udara dengan adanya Bandara Trunojoyo.
Penerbangan dari Surabaya ke Bandara Trunojoyo telah dilayani oleh Wings Air rute Surabaya-Sumenep setiap hari dengan menggunakan pesawat ATR 72-600. Bandara Trunojoyo telah melayani masyarakat di empat kabupaten di pulau Madura, yakni Kabupaten Bangkalan, Sumenep, Sampang dan Pamekasan. Wings Air bukanlah satu-satunya maskapai yang beroperasi di bandara ini, maskapai perintis Airfast Indonesia juga melayani penerbangan rute Surabaya-Sumenep PP dan Sumenep-Bawean PP.
Dengan adanya penerbangan komersial berjadwal ini, potensi ekonomi dapat terus ditingkatkan. Presiden Joko Widodo telah mendorong adanya penerbangan berjadwal reguler di berbagai pelosok untuk menjalin konektivitas Indonesia.
Kabupaten Sumenep telah dipilih sebagai tuan rumah acara puncak Festival Keraton dan Masyarakat Adat ASEAN (FKMA) pada tanggal 27-31 Oktober 2018 mendatang. Tim panitia yang terdiri dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Kementerian Pariwisata, Sekretariat Kabinet bersama Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN) baru-baru ini meninjau kesiapan Pemerintah Kabupaten Sumenep sebagai tuan rumah FKMA. Rapat persiapan dan tinjauan kesiapan dipimpin oleh Sekretaris Kemenko Maritim Agus Purwoto dan Bupati Sumenep A.Busyro Karim.
Bupati Busyro mengatakan, pihaknya masih melakukan persiapan FKMA. Busyro mengajak masyarakat Sumenep untuk ikut berpartisipasi dengan mengembangkan home stay untuk menampung tamu yang diperkirakan bisa mencapai 5000 orang. “Hotel yang sudah ada, tidak cukup. Masyarakat dapat berperan melalui penyediaan home stay” . Sementara, Sekretaris Jenderal FSKN Yani Kuswodijoyo mengatakan persiapan Pemerintah Kabupaten Sumenep sudah cukup baik, “FKMA ini merupakan acara budaya, kita akan menonjolkan kearifan lokal yang ada di Sumenep”.
Kearifan Lokal Sumenep
Salah satu kearifan lokal yang hanya ada di Sumenep adalah ranjang pasir yang telah menjadi tradisi masyarakat Sumenep di Kampung Pasir Pantai Lombang. Bukan karena tak mampu membeli tempat tidur konvensional, tetapi bagi warga Kampung Pasir, tradisi tidur diatas pasir diyakini memiliki manfaat untuk mengatasi keluhan nyeri punggung sampai rematik.
Pasir yang digunakanpun tidak sembarangan. Pasir yang diambil dari Pantai Lombang ini sangat halus dan lembut serta memiliki efek relaksasi mungkin hanya satu-satunya di dunia. Pasir ini seolah menyesuaikan suhu, karena bila cuaca panas, pasir ini tetap terasa sejuk dan nyaman.
“Tidur di pasir sudah menjadi tradisi turun temurun bagi warga disini selama ratusan tahun, bahkan banyak anak-anak disini dilahirkan diatas ranjang pasir “ Kata Hanafi, salah satu warga Kampung Pasir yang menerima kunjungan tim Kemenko Maritim dipimpin oleh Asisten Deputi Bidang Sumber Daya Mineral, Energi dan Non Konvensional Amalyos Chan (18/7). Asdep Amalyos menyempatkan berkunjung sebelum menghadiri panen raya garam dan Rapat Koordinasi aplikasi inovasi dalam pergaraman nasional bersama PT.Garam.
Masyarakat Kampung Pasir menaruh pasir ini di halaman rumah untuk bersantai bersama keluarga dan kerabat , “Pasir ini berbeda dengan pasir lain, ketika udara panas, pasir akan menimbulkan rasa sejuk di badan, begitupun sebaliknya, jika udara dingin akan terasa menghangatkan” Imbuh Hanafi. Asdep Amalyos dan rombongan juga dijamu minum kopi bersama diatas pasir halaman kediaman keluarga Hanafi dengan keramahan khas warga Sumenep.
Potensi Pariwisata Bahari
Bukan hanya Kampung Pasir dengan keunikan ranjang pasirnya, Asisten Budaya, Seni dan Olahraga Maritim Kosmas Harefa menegaskan potensi pariwisata bahari Sumenep yang memiliki 300 pulau-pulau kecil ini juga luar biasa.
“Sumenep memiliki Pantai Salopeng yang berjarak 21km dari pusat kota Sumenep yang mudah diakses dengan kendaraan pribadi dan kendaraan umum. Sumenep juga aksesibitasnya bagus, sudah ada penerbangan berjadwal, bisa juga lewat darat dan laut” kata Asdep Kosmas.
Hamparan pasir putih keemasan menjadi daya tarik utama pantai-pantai Sumenep. Selain Pantai Salopeng, Pantai Lombang dekat Kampung Pasir juga memiliki hamparan pasir putih keemasan dipercantik dengan hutan Cemara Udang membentang seluas 21km2.
Pantai Ropet- Pulau Giliyang meskipun jaraknya lebih jauh, memiliki keunikan yang berbeda. Pulau Giliyang memiliki kadar oksigen tertinggi di dunia setelah Jordania. Jaraknya sekitar 35km timur Kota Sumenep. Warga pulau Giliyang sehat dan panjang umur, lansia pulau Giliyang usianya lebih dari seratus tahun.
Pecinta olahraga maritim, pasti akan jatuh hati dengan pesona Pulau Gili Labak, Masalembo dan Pulau Saar Sapaken yang memiliki taman laut yang sangat natural. Untuk souvenir, ukiran dan batik khas Madura merupakan souvenir yang tidak boleh dilewatkan.
Asdep Kosmas mengingatkan, Pemerintah Daerah perlu meningkatkan pembinaan kepada warga terkait pengembangan potensi wisata, “Pembinaan homestay dan pembinaan terkait kebersihan serta pengelolaan sampah harus jadi perhatian utama” tutupnya. (sp/rendra djadi | foto : agus santoso, pixabay)