Walau dikenal sebagai negara maju, Jepang tetap setia mempertahankan tradisinya hingga kini. Salah satunya tampak dari berbagai karya seni yang walau memiliki tampilan kekinian, namun dibuat dengan teknik yang telah dipergunakan dan tetap terpelihara selama ratusan tahun, dan telah diwariskan secara turun-temurun.
House of Sampoerna (HoS) bersama sejumlah seniman Jepang menggelar pameran bertajuk ‘Japanese Beautiful Art’ di Galeri House of Sampoerna (HoS), 9 hingga 31 Maret 2018.
Pameran yang menampilkan 35 karya seni khas negeri sakura ini melibatkan lima seniman dengan latar belakang kesenian yang berbeda. Soho Konishi misalnya, adalah generasi ke empat dari Miyabi School yang terus berupaya aktif mengembangkan Oshie.
Oshie adalah seni tradisional tiga dimensi khas Jepang yang sudah ada sejak jaman Edo (1603-1867), dan terbuat dari hasil penyatuan bahan kimono dan chiyogami (kertas Jepang) yang diisi dengan kapas atau spons. Seperti halnya Soho, Mikiko Shimizu mempersembahkan jenis kesenian Ikebana, yakni seni merangkai bunga yang berkembang di Jepang sejak abad ke-6. Sedangkan Daiki Matsunaga, pria lulusan Fakultas Seni dari Universitas Kyoto Seika mengangkat Chookoku yaitu seni pahat khas Jepang melalui karyanya yang sangat unik.
Tidak hanya menggambarkan makhluk hidup disekitarnya, karya pahat ciptaannya juga berbentuk figur imajiner, bahkan juga terinspirasi oleh cerita-cerita khayalan negeri dongeng seperti cerita peri yang tinggal jauh di dalam hutan pada karyanya yang berjudul “Listen to the trees voices”.
Dengan kekuatan goresan tangan dan fude pen (brush pen), Yuri Fujita menghasilkan karya lukis minimalis berbentuk wajah, seperti pada karya berjudul “Tobu” (terbang). Dan Guy Hirose, yang mengawali karir sebagai seorang pematung, justru mempersembahkan instalasi yang mengekspos tentang Surabaya dengan judul “Surabaya Artiques”, sebagai bentuk apresiasi kepada masyarakat Surabaya.
“Harapan saya pameran ini dapat dinikmati serta diapresiasi oleh masyarakat luas khususnya masyarakat Surabaya. Sehingga masyarakat dapat mengenal lebih jauh kesenian asli Jepang,” ujar Soho Konishi peserta sekaligus koordinator pameran. (sp/s. rasyid | foto : istimewa)