Pertarungan sengit Prabu Baladewa dengan Bagong memperebutkan Jamus Kalimasada, tak terelakkan. Peperangan kian sengit dan melebar. Hingga melibatkan para keluarga Pandawa yang membela Bagong, melawan para Kurawa yang membela Baladewa.
Akhirnya Bagong pun kalah, meski sudah dibela oleh Gatotkaca, Wisanggeni, dan Hanoman. Bagong mengadu ke Semar, yang kemudian turun gelanggang dan berhadapan dengan Begawan Megalengkara, pendeta bayaran yang sakti, utusan Durna.
Setelah itu, muncullah Kyai Pancabalewa yang berjuluk Kyai Sadalima. Kyai sakti ini memiliki senjata berupa sada (batang lidi) sejumlah lima. Terjadilah dialog intens antara Semar dan Sadalima, yang akhirnya mengungkap jatidiri sebenarnya Kyai yang sakti itu. Sadalima artinya: Sodat (syahadat), Sholat, Solawat, Sobar dan Sodaqoh.
Semar terperangah, karena itulah sebenarnya yang menjadi penyebab kekalahan para Pandawa dan pasukan Amarta. Mereka selama ini melupakan ajaran yang menjadi pusaka negeri, tidak mau belajar, tidak mau membaca, tidak menggubris lagi nilai-nilai luhur dalam Jamus Kalimasada. Senjata pusaka yang hilang itu, bukan berupa senjata tajam secara fisik, melainkan pusaka budaya berupa nilai-nilai luhur bagi kehidupan umat manusia.
Cuplikan cerita pewayangan dengan lakon Semar Mranggi malam itu (18/02), menjadi hiburan pamungkas di Food Garden, GWalk, CitraLand Surabaya. Dalam sebuah acara rutin Gelar Padang Rembulan yang diadakan Dinas Pendidikan Jawa Timur.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Dr. Harun, M.Si, MM, mengatakan, bahwa acara bulanan ini merupakan bentuk pembinaan dan pelestarian kesenian yang dilakukan sejak dini. “Ya, sebagai sarana pembentukan karakter melalui pembelajaran mengenai seni budaya yang meliputi tatanilai, norma dan budi pekerti yang sekaligus menumbuhkan nasionalisme pada anak-anak,” jelas Harun.
Turut memeriahkan acara terdiri dari siswa-siswi dari SDN Al Fatah, Sanggar Tunggal Budaya, SDN Jambangan, Sekolah Ciputra, SDN Ketabang I, SDN Kandangan, SMKN IX Surabaya, SDN Sidomulyo I dan SDN Pakis 8 Surabaya. Dengan membawakan seni pertunjukan berupa Tari Jaranan, Bujang Ganong, Chinese Percusion, Tari Dolanan, teatrikal gerak dan lagu, Musik Banyuwangi dan gelar Wayang Siswa (Wasis).
naskah/foto: m.ridlo’i