Sehari menjelang penutupan Festival Seni Surabaya (FSS) 2010, warga Surabaya dihibur dengan suguhan atraktif dari Teater Koma dengan lakon Rumah Pasir. Sebuah pertunjukan teater yang bercerita tentang bahaya HIV/AIDS untuk pelajar dan mahasiswa ini digelar di Gedung Cak Durasim, 13 Nopember 2010.
Rumah Pasir merupakan persembahan ketiga lakon HIV/AIDS dari Nano Riantiarno. Yang pertama, miniseri tiga episode di TVRI, bekerjasama dengan Ford Foundation, berjudul Onah dan Impiannya atau Suryakantakala, 1994. Tiga episode tersebut kemudian diedit menjadi satu episode berdurasi 50 menit, dan ditayangkan pada hari pembukaan Konferensi AIDS Internasional di Amsterdam, Belanda.
Lakon HIV/AIDS berlanjut pada 1998 dengan Kupu-kupu Ungu, sebuah kerjasama dengan Ford Foundation dan Departemen Kesehatan. Tayang di RCTI 13 episode, naskah karya N. Riantiarno. Pada 1999, Forum Film Bandung manganugerahkan penghargaan Penulis Skenario Terpuji untuk Kupu-kupu Ungu. Sutradara yang turut mendukung serial ini antara lain: N. Riantiarno, Riri Riza, Hani Saputra, dan Nan T. Achnas. Aktris Nurul Arifin berperan sebagai tokoh utama, Dokter Halimah.
”Saya mengambil lakon ini karena AIDS sering dilupakan oleh masyarakat dalam pergaulan kehidupan sehari hari dan harapan saya ada langkah untuk waspada dalam berteman,” papar N. Riantiarno disela-sela pementasan bersama para pelajar dan mahasiswa.
Rumah pasir menceriterakan seorang pengusaha muda yang kaya raya bernama Galileo ’Leo’ Kastubi diperankan oleh (Budi Ros). Leo sering kali bergonta ganti pasangan dan melakukan seks bebas. Dengan hidupnya yang serba mewah itu dirinya pun tak luput disukai dengan banyak wanita serta ingin menjadi pendamping hidupnya kelak. Gaya hidupnya yang serba gemerlap membuatnya terjangkit HIV.
HIV yang terus menggerogoti tubuh Leo membuat Bambang Nirwanto diperankan oleh (Rangga Riantiarno) sahabat kental Leo. Nirwanto yang berprofesi sebagai jurnalis tersebut merupakan pemerhati HIV, dan ia terus memperhatikan kondisi tubuh Leo. Hingga pada akhirnya membawa ke klinik dr. Tatyana Ridanda (Cornelia Agatha).
”Siapa yang menulariku tanya Leo, kepada Irwanto,” keluhnya di atas pentas yang disetting seperti kamar Leo dan ruangan rumah sakit. Pergolakan demi pergolakan antara orang tua Leo Bu. Kastoebi (Ratna Riantiarno) dan Pak. Kastoebi (Priyo S. Winardi) terus terjadi tanpa adanya solusi. ”Harusnya ini tak boleh terjadi, mungkin ini karena kita sering memanjakannya,” ratap Bu Kastoebi dengan disela rintihan Leo untuk jangan saling menyalahkan.
Diceritakan pula bahwa hingga Leo meninggal sekretaris Leo, yang bernama Wieske Gerung ternyata mengandung anak hasil dari hubungan dengan Leo. Hingga akhirnya si anak serta Wieske dinyatakan aman dari virus HIV/AIDS. (dhimas/ridloi)