Ada yang menarik di sudut Jalan Tunjungan bekas Gedung Siola kali malam itu, Rabu (16/9). Tampak beberapa orang hilir mudik di area pintu masuk gedung yang beberapa bulan lalu beralih fungsi sebagai museum yang menyimpan kenangan Kota Pahlawan ini. Tepat di depan pintu masuk, berdiri empat orang lengkap dengan alat musik perkusi tengah asik menghibur pengunjung yang datang dengan musik yang energik, sedangkan disisi lain sekelompok remaja sibuk menyapukan kanvas diatas kain kanvas putih. Menjadikan kawasan Museum Surabaya pada malam itu berbeda dari hari biasanya dengan kehadiran “Tunjungan Art”.
Dua pertunjukan itu sengaja diletakkan di depan pintu masuk, untuk menarik perhatian para pengguna jalan. Even budaya dan pameran hasil racikan Dinas Budaya dan Pariwisata Kota Surabaya ini rencananya bakal digelar selama tiga hari, 16-18 September pukul 09.00-21.00 di Museum Surabaya.
Acara bertema “Rek Ayo Rek Mlaku-mlaku Nang Tunjungan” ini, mengajak masyarakat Surabaya, khususnya generasi muda untuk menikmati kembali keramaian Jalan Tunjungan seperti sediakala.
Pemerintahan kota Surabaya sengaja memberikan ruang-ruang khusus bagi generasi muda dan karya seni yang mereka ciptakan. Terlihat dari lukisan dan patung yang dipajang di setiap sudut, penampilan ludruk, dan tarian tradisional. Beberapa pegiat seni Surabaya pun terlihat ikut serta dalam menyemarakkan acara Tunjungan Art 2015, seperti Heri Lentho yang menampilkan drama Tari Kolosal ‘Singgasana Wilwatikta’ serta karya seni Agus Koecink yang kental dengan tradisi Indonesia.
naskah : pipit maulidiya | foto : rangga yudhistira