Untuk memperingati rangkaian prosesi HUT Kota Nganjuk, setiap tahunnya diadakan Pawai Allegoris. Sebuah arak-arakan penuh ragam warna dalam apresiasi budaya khas. Mulai seni tari, kendaraan hias, kirab pusaka, wayangan, dan masih banyak lagi suguhan menarik lainnya.
Memasuki pukul 08.00, prosesi ditandai mulai dari Alun-alun Brebek, pusat pemerintahan lama Kabupaten yang berada 10 kilometer dari jantung kota sekarang. Sebagai petanda pelepasan Bupati Nganjuk Drs. H. Taufiqurrahman, melepas arak-arakan menuju balai Kota baru. Ditandai dengan prosesi singkat pawai pun dimulai, semua bergegas bersuka ria luruh dalam tradisi yang selalu dijaga maknanya.
Ikut serta dalam dalam rombongan besar itu seluruh Muspida kabupaten Nganjuk. Dibelakang Bupati, tampak Wakil Bupati, Ketua DPRD, Kapolres, Dandim, Kejaksaan, sampai ke jajaran terkecil setingkat kepala desa. Masing-masing berurutan sesuai tingkat jabatannya. Itu belum termasuk warga, club sepeda, dan perwakilan kecamatan. Tidak heran kalau peserta pawai itu mencapai 1000 orang.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Nganjuk Lies Nurhayati, SH, M.Si, yang juga sebagai ketua panitia acara menuturkan, Pawai Allegoris melambangkan prosesi boyongan (perpindahan) pusat pemerintahan dari Kabupaten Brebek (pusat pemerintahan lama), ke Kota Nganjuk, arak-arakan pun diatur sedemikian rupa sehingga seluruh pejabat dalam urutan yang sesuai kepangkatannya.
“Jadi mulai dari Kepala Pemerintahan Kabupaten sampai tingkat desa, bahkan calon pegawai negeri sipil ada,” terangnya. Pawai juga melibatkan 88 dokar (kereta kencana) yang memuat para pejabat strategis, lebih dari 300 becak yang ditumpangi Kepala Bidang, Pegawai Eselon III, Kepala Sekolah serta 500 sepeda pancal yang ditunggangi pegawai pemerintah.
Rombongan yang membentuk ekor panjang itu mendapat sambutan hangat selama perjalanan. Warga yang memenuhi tiap sudut rute pawai terlihat antuasias. Bupati yang memimpin langsung arak-arakan di atas kereta kencana pun tampak bersemangat. Umur 1073 memang angka yang luar biasa, dan Nganjuk merayakannya juga dengan cara yang luar biasa.
Hari beranjak siang arak-arakan telah sampai di tempat tujuan, di Jalan Basuki Rahmat. Semua bersemangat menanti acara puncak. Rebutan tumpeng sesajen dari masing-masing kecamatan yang melambangkan berkah dan untai syukur pada Sang Kuasa.
Memasuki Alun-alun, jajaran Muspida Kabupaten langsung melakukan ritual penyerahan Pusaka Kabupaten. Suprapto H.S, pemelihara pusaka daerah, memimpin langsung upacara ini. Serah terima pusaka secara simbolis dari pemelihara pusaka kepada Bupati kemudian dipasangkan di tengah Joglo dilakukan dengan hikmat.
Suprapto menjelaskan ritul seserahan pusaka ini juga wajib dilakukan dalam rangkaian Pawai Allegoris. Tujuan daripada penghormatan terhadap pusaka daerah ini dimaksudkan agar Kab. Nganjuk selalu dinaungi keselamatan dan pemerintah daerah mampu mengayomi segenap rakyatnya. “Ada dua pusaka yang diserahkan yakni Tombak Kyai Jurang Penatas dan Payung Kyai Tunggul Naga. Tombak untuk melambangkan keselamatan dan payung sebagai pengayom,” tuturnya.
Pengenalan Budaya
Tuntas melakukan ritual serah pusaka, Muspida dan masyarakat Nganjuk dihibur Tari Anjuk Ladang, sebuah tarian khas Nganjuk. Setelah itu berturut-turut tampil Jaranan, Uyon-uyon, Reog bahkan Barongsai. Penampilan Barongsai menjadi tanda kerukunan yang berjalan baik di Nganjuk. Belum puas dengan itu, guru-guru Sekolah Dasar kecamatan Brebek juga menampilkan kesenian khas lainnya, Paneng Bromo serta Mongde.
Ke-20 kecamatan yang mengirimkan utusan juga menampilkan keseniannya sebelum mempersembahkan sesajen tumpeng yang sudah disiapkan. Karena ini masalah gengsi, tumpeng-tumpeng itu juga dihias habis-habisan agar tidak kalah meriah dengan tumpeng kecamatan lainnya. Jejeran hasil bumi dirangkai dengan indah dalam tumpeng masing-masing. Hampir semua sesajen itu juga menyertakan Becek, jajanan tradisional Nganjuk.
Acara ditutup dengan rebutan tumpeng di depan alun-alun. Ke-20 tumpeng persembahan tiap kecamatan tadi tak bersisa hanya dalam beberapa menit. Ditemui usai acara Bupati Nganjuk Drs. H. Taufiqurrahman mengatakan, menyambut hari jadi ini, warga diharapkan lebih meningkatkan ketakwaan pada Sang Kuasa sehingga Nganjuk bisa diberikan berkah yang lebih baik.
“Setiap tahun harus lebih baik. Tahun kemarin dijadikan pengalaman, tahun ini kita evaluasi, tahun depan kita tingkatkan,” ungkapnya. Bupati juga mengatakan, Pawai Allegoris ini harus menjadi jendela memperkenalkan berbagai kebudayaan tradisional yang ada di Nganjuk. (naskah: arie rumihin – foto: heru kandari)
1 Comment
Wah kalau arak2an seperti ini memang marak banget artinya semua warga pasti gak ketinggalan la wong ada makanan gratis, buat saya arak-2an seperti ini tidak relevansi karena ditengah sulitnya warga cari penghidupan, seharusnya pemerintah membantu membuka lapangan pekerjaan serta memperhatikan tempat-2 yg tandus, untuk dihijaukan kembali… sudahkah ini dilakukan pemerintah nganjuk????….