Terik sang surya turut menemani puluhan layang-layang yang sedang beradu pada Surabaya International Kite Festival. Acara yang diselenggarakan guna menyambut pelaksanaan Preparatory Committee 3 (PrepCom 3) UN Habitat ini digelar di Side Area Long Beach Pakuwon City, Sabtu (23/7) dan Minggu (24/7).
Kegiatan ini diikuti oleh 120 peserta yang merupakan perwakilan dari 42 komunitas pelayang dari dalam maupun luar negeri. Dari Indonesia misalnya, terdapat perwakilan 19 kota dari 9 Provinsi yang telah hadir seperti DKI Jakarta, Jogjakarta, Jawa Barat hingga luar pulau seperti Bali, Kalimantan maupun Sulawesi. Tak mau ketinggalan, turut hadir pula tamu yang berasal dari luar negeri yaitu dari Malaysia, Cina, Hongkong dan Thailand.
Layang-layang yang dilombakan cukup beragam, ada yang berbentuk tokoh pewayangan seperti Gatotkaca dan Gareng. Ada pula yang menyerupai binatang hingga duplikat tokoh kartun Upin Ipin. Salah satunya yang cukup menarik adalah layangan burung hantu milik Kadek Armika asal Bali, yang mana ia menggunakan daun bambu sebagai bahan dasar.
Masyarakat Surabaya pun tak kalah antusiasnya menyambut pagelaran internasional ini. Banyak anak-anak, remaja hingga orang tua pun berbondong-bondong hadir turut menyemarakkan. Tak sedikit pula yang membeli layang-layang untuk diterbangkan bersama-sama dengan peserta lomba.
Norman Abd Hamid, salah satu tamu dari Johor Baru, Malaysia, mengaku sangat senang dapat mengikuti festival ini. Selain mendapat banyak sahabat baru dari berbagai negara, ia ingin acara-acara semacam ini juga bisa mempererat hubungan antar negara. “Disini kan media ramai, pengunjungnya juga. Jadi komunikasi kita antar negara berhubungan,” ujarnya dengan aksen melayu.
Acara yang merupakan kerjasama antara Pemerintah Kota Surabaya dengan Persatuan Layang-layang Surabaya (Perlabaya) ini dibuka pukul 10 pagi hingga 4 sore. Nantinya, akan ada empat kategori yang dilombakan, yakni layang-layang kreasi dua dimensi, tiga dimensi, layang-layang train atau rangkaian hingga layang-layang rokkaku challenge.
naskah : hilda meilisa rinanda | foto : haris dwi