Sebagian orang mungkin sudah familiar dengan kawasan Bungkul. Selain taman dan puluhan lapak kuliner sebagai daya tarik, tempat yang terletak di Jalan Darmo Surabaya ini juga terdapat makam seorang tokoh agama Islam, Sunan Bungkul (Sunan Bukul).
Tak banyak yang tahu siapa sebenarnya Sunan Bungkul tersebut. Seperti yang dikutip dari viva.co.id, dalam catatan ahli sejarah Belanda bernama GH Von Faber, disebuah buku berjudul Oud Soerabaia ditulis, Bungkul saat jaman kolonial sengaja tidak dikenalkan jati diri sebenarnya. Dalam buku itu tertulis, orang akan diganjar hukuman dan akan celaka (kualat dalam Bahasa Jawa), jika mencoba menelisik siapa sebenarnya Mbah Bungkul.
Meskipun begitu, Sosok Sunan Bungkul tetap dikenal sebagai tokoh dalam agama Islam. Ini terlihat dari banyaknya umat muslim yang datang untuk berziarah. “Sengaja ke sini (Makam Sunan Bungkul) Kamis malam Jum’at bersama suami, untuk mendo’akan Sunan Bungkul,” tutur perempuan berkacamata asal Jombang ini.
Tak jauh dari area makam terdapat sebuah surau kecil. Fasilitas ini sering dipakai pengunjung yang berziarah atau masyarakat sekitar yang mampir melepas lelah. Tak hanya itu, jika sudah masuk bulan-bulan tertentu seperti Bulan Muharram dan Ramadhan, makam sering dipadati para peziarah layaknya makam wali dan tokoh kebanyakan.
Diungkapkan oleh sejarawan, sekaligus penulis Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto. Dalam diskusi ringan Jejak Islam Nusantara (11/06) oleh Majelis Dzikir dan Shalawat Rijalul Ansor Jatim, Agus mengatakan bahwa Sunan Bungkul adalah keluarga raja. Hanya disebutkan bahwa Sunan Bukul sebagai mertua Sunan Giri. Beliau dikenal sebagai tokoh yang menikahkan putrinya bersamaan waktu dengan pernikahan putri Sunan Ampel. Atas permintaan Sunan Bukul, Sunan Giri menikahi dua perempuan sekaligus dalam sehari. Yaitu putri Sunan Ampel dan Sunan Bukul.
Jika dilihat dari letak Desa Bukul yang tidak jauh dari desa Dharma-Dermo di Selatan Puri Surabayan, sangat mungkin Sunan Bukul adalah keturunan Raja Surabaya Muslim, Aria Lembusura. Dalam silsilah Raja Surabaya diketahui Aria Lembusura memiliki putra Aria Sena; Aria Sangayudha; Aria Reksa Samudra; dan Aria Wonokromo.
“Sunan Bukul tentu salah satu putra dari keturunan Aria Lembusura, karena orang biasa tidak mungkin menggunakan gelar Susunan atau Susuhunan jika bukan keluarga raja. Papan nama yang menulis Ki Ageng Bungkul (pada gapura pintu masuk), ahistoris. Karena tidak ada sumber sejarah yang menyebut gelar Ki Ageng untuk Sunan Bukul,” terang laki-laki berjenggot ini.
naskah : pipit maulidiya | foto : farid rusly