Kecintaan pada seni budaya tidak memandang di mana asal seseorang dilahirkan. Salah satunya yang tengah dilakukan Bambang Wibisono. Pria kelahiran Blitar, 4 Mei 1965 ini getol dalam mempromosikan kesenian khas dari Kabupaten Ponorogo.
“Kesenian Reyog misalnya, harus terus kita lestarikan dan tetap dijaga performanya sebagai kesenian asli Indonesia. Bahkan kami dari disparta setempat telah membuat program muatan lokal reyog di setiap sekolah sebagai upaya menjaga kelestarian Reog. Karenanya saya sangat prihatin dengan sempat adanya klaim dari Malaysia pada kesenian ini,” tegas Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pariwisata Kabupaten Ponorogo.
Meskipun bukan asli Ponorogo namun kecintaan bapak dua anak terhadap kesenian khas Ponorogo tidak dapat diragukan lagi, semenjak bekerja di departemen penerangan Kabupaten Ponorogo, ia tak henti guna mempelajari budaya Ponorogo.
Sebagai tanda baktinya kepada seni suami dari Lilik Sutriati ini mengajar di Sanggar Probo Wengker, Griya Amanah,melatih tari di tingkat Jawa Timur maupun Nasional, membantu mengajar di STKW, memberikan pembinaan di Disbudpar Kabupaten Ponorogo dan mempersiapkan tari kolosal dalam acara Grebek Suro. Berkat kepiawaiannya koreografer serta komposer ini seringkali mendapat kehormatan untuk memperkenalkan seni Indonesia ke Negara lain, di antaranya Belanda, Prancis, Malaysia, Spanyol dan Singapura.
naskah/foto : nur afni