Memasuki tahun 2017, sektor multifinance mengalami masa yang sulit. Surutnya penjualan kendaraan roda dua memberi dampak yang cukup siginifikan. Terbukti, hingga kuartal I tahun 2017 kredit macet (Non Performing Financing) atau NPF mengalami peningkatan.
Angkanya memang masih di tahap wajar yakni, 3,5 persen. Namun, angkat tersebut meningkat cukup tingfi dari kuartal yang di tahun sbelumnya yang hanya di angka 2 persen.
Tetapi tampaknya, hal serupa tidak terjadi di BFI Finance Indonesia tbk. Sebab, dari awal tahun hingga memasuki bulan desember, NPF mereka stabil di bilangan 1 persen. “Tahun 2017 ini, bisa saya katakan sebagai tahun terbaik BFI,” tegas Nana Indrayana, Area Manager 7B, Sidoarjo, ketika ditemui di sela acara Customer Gathering di Hotel Swiss Bellin, Juanda, Jumat (15/12).
Keberhasilan BFI menekan pertumbuhan NPF tersebut menurutnya, terjadi berkat keberhasilan strategi managerial. Salah satunya, berkat sistem pengendalian risiko end to end. Artinya, risiko kredit dikendalikan sejak tahap awal hingga akhir. Dari tahap pengajuan hingga penagihan dilakukan secara terintegrasi.
Dampaknya pun cukup siginifikan. Berkat pengelolaan piutang yang terintegrasi, piutang BFI secara nasional meningkat hingga 33 persen menjadi Rp 14,4 trilyun. Laba bersih mereka pun turut meningkat hingga Rp 842 miliar atau 52 persen. Juga pembiayaan baru yang tumbuh mencapai 34 persen dengan nominal Rp 10,25 trilyun.
Dari total pertumbuhan tersebut, BFI Indonesia Area 7B yang melingkupi daerah Sidoarjo, Malang dan tapal kuda menyumbangkan pembiayaan sebesar Rp 500 milyar. Angka tersebut diambil berdasarkan cut off bulan November 2017. “Sedikit di bawah target. Karena kami ingin berada di tiga besar nasional. Tapi kami masih optimis hingga akhir desember mampu mencapai Rp 600 miliyar,” tegas Nana.
Ia menambahkan, untuk mencapai target tersebut, tentunya membutuhkan peningkatan kualitas pelayanan dan inovasi program. Salah satu bentuk pelayanan yang diberikan BFI adalah dengan memberikan apresiasi pada customer yang dinilai memiliki loyalitas tinggi.
Customer Gathering adalah satu dari bentuk apresiasi tersebut. Di samping juga untuk menjalin silaturahmi dan sosialisasi program baru. “Tentunya, customer kategori RO (Repeat Order) akan mendapat pelayanan berbeda dari yang baru bergabung. Kami juga menyediakan program kerja sama bagi mereka,” tambahnya.
Program baru tersebut adalah Costomer Get Customer. Mereka yang mau dan mampu mendatangkan konsumen baru, akan diberikan apresiasi dalam bentuk poin maupun hadiah.
Selain itu, utuk meningkatkan pembiayaan di area yang ia tangani, Nana berencana menggandeng pelaku UMKM. “Salah satu segemen utamanya ke sana.Tahun lalu, kami sudah mulai dengan membuat pelatihan dan sosialisasi ke beberapa UMKM di Kota Malang. Tahun ini, kami akan kembali menjalin komunikasi dengan mereka,” pungkasnya.
naskah dan foto : fathur rohman