Sejak 1972, PBB melalui UNEP gencar berkampanye terkait pentingnya kelestarian lingkungan hidup. Dengan mengusung misi, menyadarkan semua pihak untuk ikut bertanggung jawab merawat bumi, sekaligus pelopor perubahan dan penyelamat bumi serta lingkungan hidup. Hal ini, selalu diperingati setiap tanggal 5 Juni setiap tahunnya, ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day), sebagai ajang perayaan lingkungan hidup terakbar di seluruh penjuru dunia.
Tahun ini, Word Environment Day mengusung tema “Seven Billion Dreams. One Planet. Consume with Care”. Tujuh miliar manusia dengan berbagai keinginannya, menghuni satu bumi, karena hanya bumi satu-satunya planet yang bisa dihuni oleh manusia. Dengan pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi yang terus berlangsung, membuat ekosistem bumi mendekati titik kritis.
Permasalahan ini coba dijawab dengan sebuah aksi oleh sekelompok pemerhati lingkungan di Surabaya. Adalah Komunitas Nol Sampah dan Kelompok Petani Tambak Truno Djoyo Wonorejo melalui “Mimpi dan Aksi Bersama untuk Keberlanjutan Kehidupan di Bumi” yang mencoba menjaga asa kelestarian lingkungan hidup dengan berbagai kegiatan positif. Diantaranya ada pengamatan burung (bird watching), mural bertema lingkungan, seni instalasi sampah plastik dan membersihkan hutan mangrove dari sampah plastik. Seluruh rangkaian kegiatan dilakukan di kawasan hutan mangrove Wonorejo, Surabaya, 6-7 Juni 2015.
Ada pun pengamatan burung yang dilakukan pada 6 Juni, tujuannya sebagai wadah untuk mengenalkan bermacam jenis burung yang tinggal di pantai timur Surabaya. Kenapa Burung? Hermawan Some, selaku ketua panita dengan lugas mengatakan, karena hutan mangrove Wonorejo merupakan habitat bagi burung, termasuk jenis burung migran yang setiap tahun mampir untuk menghindari musim dingin di belahan bumi utara maupun selatan. Wonorejo merupakan kawasan terlindungi bagi burung sehingga ditetapkan sebagai daerah penting bagi burung oleh birdlife internasional.
Berdasarkan pengamatan yang kerap dilakukan oleh Komunitas Nol Sampah Surabaya. Ada 148 jenis burung yang pernah ditemukan di kawasan ini. Belasan burung yang dilindungi dan ada jenis burung endemik jawa (hanya ada di jawa) seperti Bubut Jawa dan Burung Kaca Mata Jawa. “Kegiatan pengamatan burung sebenarnya bisa menjadi salah satu destinasi wisata yang sesuai dengan prinsip-prinsip ekowisata yaitu konservasi, edukasi, kearifan lokal dan meningkatakan sektor ekonomi penduduk lokal. Bahkan, pengamatan burung di kawasan hutan mangrove Wonorejo bisa menjadi media alternatif pembelajaran bagi siswa di alam terbuka”, terang Hermawan
Puncak kegiatan hari lingkungan hidup dilakukan pada minggu 7 Juni 2015 yaitu mural dan bersih-bersih hutan mangrove. Hal ini penting dilakukan karena salah satu “pembunuh” pohon mangrove di pantai timur Surabaya adalah sampah plastik. Menyebabkan akar mangrove akan terlilit atau tertimbun sampah plastik, hal ini berujung pada kematian mangove.
“Dengan membersihkan dan melihat langsung bagaimana bahaya dan dampak sampah plastik, kita berharap dapat menggugah kesadaran peserta untuk bisa melakukan “diet” plastik. Kedepannya, mereka mampu mempengaruhi orang disekitarnya untuk meminimalisir pemakaian plastik, yaitu dengan cara menggunakan tas kain yang bisa dipakai berulang kali, membawa botol minum sendiri, diet popok sekali pakai dan stop menggunakan stryofoam”, lanjutnya.
Kekhawatiran yang dirasakan pegiat kelestarian lingkungan hidup di Surabaya ini sejalan dengan penelitian terbaru yang dimuat dalam jurnal Science. Mereka menyebut Idonesia adalah penyumbang kedua terbanyak sampah plastik ke laut, yaitu 3,2 juta ton. Sampah plastik yang dipakai hanya beberapa menit tersebut butuh waktu ratusan tahun untuk bisa terurai di alam yang menyebabkan jutaan biota laut terbunuh.
Selain kegiatan tersebut, peringatan hari lingkungan hidup tahun ini juga dimeriahkan dengan pameran foto bertemakan “Kekayaan Pamurbaya (Pantai Timur Surabaya). Ada 30 foto tentang satwa dan potensi kekayaan alam di hutan mangrove Wonorejo, seperti karya milik pewarta foto Indonesia Images, Eric Ireng, yang menampilkan foto burung endemik Cekakak Suci (Todirhamphus Sanctus) saat mencari makan di kawasan hutan mangrove. Selain burung, masih ada puluhan foto yang menyuguhkan keindahan pesona satwa liar di hutan mangrove, seperti kupu-kupu, ucha (kepiting), biawak hingga serangga. Pameran foto dilakukan di alam terbuka, terpampang rapi di sepanjang jalan yang bersebelahan dengan sungai avour Wonorejo dengan balutan seni instalasi menyerupai planet bumi yang penuh sampah plastik.
naskah dan foto : rangga yudhistira