Museum sebagai tempat penyimpan benda cagar budaya, sampai hari ini masih menjadi tempat belajar yang asik dan menyenangkan. Salah satunya, Museum Kesehatan Dr. Adytama yang terletak di Jl Indrapura 17, Surabaya.
“Banyak benda dua dimensi dan tiga dimensi yang bisa diamati langsung,” terang Budi Handoko, Staf Museum Kesehatan Dr. Adytama.
Dikatakan, tempat ini menjadi satu-satunya museum kesehatan di Surabaya. Di sini, pengunjung diajak untuk melihat bermacam peralatan medis, dari masa ke masa.
Dulu, Museum Kesehatan Dr. Adytama adalah sebuah Rumah Sakit kulit dan kelamin terbesar se Asia Tenggara. Setelah tidak beroperasi lagi, pada tanggal 16 Desember 20013 silam, bangunan lawas itu pun diubah menjadi museum kesehatan oleh dokter Haryadi Supartono. Sekalipun baru dua tahun berjalan, museum kesehatan ini sudah mengoleksi ratusan alat medis dan non medis kuno yang sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Bangunan tua ini direnovasi memanjang dan bersekat. Di setiap sekat, dipajangi peralatan medis dan non medis berdasarkan fungsinya. Asal tahu saja, museum kesehatan ini dibagi menjadi dua ruangan, sebab peralatan medis dan non medis ditempatkan di ruangan yang berbeda. Museum di dekat pembelian loket digunakan sebagai tempat peralatan medis. Sementara museum peralatan non medis, berada di lorong jalan sebelah kanan tempat pembelian tiket.
Selain dikenal sebagai museum kesehatan, museum ini kerap dijuluki masyarakat sebagai museum santet. Tapi jangan takut dulu, ternyata julukan museum santet bermula dari koleksi museum non medis yang ada di museum ini. Beberapa peralatan non medis seperti paku, akar-akaran, sampai rambut hasil observasi Haryadi Suparto pada korban santet juga di pajang.
“Semuanya hasil dari penelitian pak Haryadi, beliau yang melihat sendiri proses pengeluaran barang-barang gaib yang ada di tubuh pasien,” jelas pria berumur 43 tahun ini.
Buka setiap hari dari pukul 8 pagi sampai 3 sore, museum biasanya ramai di jam 10.00 WIB sampai 14.00 WIB. “Anak-anak sekolahan sekitar sini sering sekali datang, rombongan anak SD sampai SMA, pengunjung dari luar pulau jawa sampai wisatawan asing juga ada,” tambahnya.
Selain beralih fungsi sebagai muesum kesehatan, bagian lain bangunan bekas Rumah Sakit Kulit dan Kelamin ini difungsikan sebagai Kompleks P3SKK Depkes RI, dan Akademi Akupuntur Surabaya.
naskah : pipit maulidiya | foto : farid rusly