Pagi beringsut, mengiringi arak-arakan warga yang berangkat dari Balai Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, menuju Pura Sanggar Pamujahan. Di bagian depan, sejumlah petinggi adat dan dukun berjalan penuh harap.
Di antara ratusan warga yang terus melangkah itu, nampak sejumlah wisatawan manca negara. Sesekali mereka mengabadikan momentum ini lewat kamera. Seolah tak ingin membiarkan sebuah momentum yang hanya bergulir lima tahun sekali, atau sewindu sekali dalam penanggalan Tengger.
Inilah rangkaian Yadnya Unan-unan, salah satu hari besar masyarakat Tengger, warga asli Gunung Bromo. Tahun ini, mereka kembali menggelar pada 17-18 Juli 2008.
Sehari sebelum arak-arakan ini diadakan, warga melakukan penyembelihan kerbau. Bagi warga, kerbau merupakan sebagai simbol kekuatan, teman, dan sahabat yang banyak membantu aktifitas membajak sawah.
Seperti diketahui, warga Tengger sebagian besar hidup dari bertani. Mereka mengisi hari-harinya dengan mengakrabi lahan perkebunan dan pertanian. Dengan mengorbankan kerbau sebagai sesaji, dipercaya, Sang Pencipta akan membuka jalan bagi ketenangan dan keselamatan alam semesta, khususnya bagi warga Tengger.
Ritual suci dilanjutkan dengan menyiapkan sesaji berupa tandu yang dilengkapi bermacam-macam sayur, bunga, dan makanan. Unsur-unsur ini menghias kepala kerbau sebagai unsur utama.
Sementara bagian tubuh yang lain diolah sekelompok warga lain menjadi masakan yang nanti akan dinikmati oleh seluruh warga desa. Saat menikmati makanan, digelar pula seni tayub yang menghadirkan beberapa penari.
Keesokan harinya, 18 Juli 2008, dilakukan arak-arakan kepala kerbau dari Balai Desa Ngadisari menuju Pura Sanggar Pamujahan. Di Pura, ritual doa dimulai dan dipimpin oleh Dukun Sutomo. Ia merupakan dukun utama yang beberapa tahun lalu baru diangkat menggantikan Sudja’i, dukun yang lama.
Doa terdiri dari beberapa surat yang proses pembacaannya membutuhkan waktu hampir dua jam. Dalam doa ini disampaikan beberapa harapan, diantaranya kesematan bumi dan alam semesta.
naskah dan foto : wt atmojo