Close Menu
eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Indonesia Keren!
    • Beranda
    • Travel
    • Cinderamata
    • Kuliner
    • Hotel dan Resto
    • Seni Budaya
    • Gaya Hidup
    • Profil
    • News
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Home»Cinderamata»Mengintip Olahan Limbah Mangrove
    Cinderamata

    Mengintip Olahan Limbah Mangrove

    Abdul RahmanBy Abdul Rahman25 September 2012Updated:19 December 2012
    Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Ampas sari buah mangrovenya jangan dibuang! Seloroh Lulut Sri Yuliani, kepada seorang wanita yang sedang mengangkat ampas sari mangrove dari sebuah proses pembuatan sirup mangrove. Karena ampas tersebut masih dapat diolah lagi menjadi aneka makanan, dodol mangrove, kue kering, dan masih banyak lagi.

    Ya, begitulah Lulut Sri Yuliani menekankan pada beberapa orang yang bekerja sebagai mitra kerja di tempatnya, Griya Karya Tiara Kusuma, Wisma Kedung Asem Indah J-28, Rungkut, Surabaya. Di sinilah Lulut begitu biasa akrab disapa, dalam keseharian berusaha memanfaatkan limbah mangrove sebagai produk olahan berbagai bentuk. “Limbah mangrove ini kami olah ada sekitar 100-an macam. Antara lain, batik, sirup, dodol, kue, sabun cuci, dan masih banyak lagi lainnya,” ujar wanita kelahiran Surabaya, 24 Juli 1965 ini.

    Agar sesuai karakter Suroboyoan yang apa adanya dan terbuka, teknik membatiknya pun tak selalu menggunakan canting. Sebagian dilukis dengan kuas. Maka, batik mangrove Lulut terlihat bergaris lebih tebal dan kuat.

    Pewarnanya dia buat sendiri dari berbagai bagian mangrove, ditambah bahan lain. Warna merah, misalnya, dibuat dari caping bunga dan buah Bruguiera gymnorrhiza, kulit cabai merah, dan secang. Untuk menghasilkan warna kuning, ia menggunakan getah nyamplung, kunyit, dan batu gambir. Ketika bahan-bahan pewarna alami itu mulai mengendap, Lulut akan mengolahnya lagi supaya bisa digunakan kembali. Ia juga hanya menyiapkan pakemnya. ”Saya ingin setiap karya itu orisinal, dan mengajarkan supaya ibu-ibu perajin tak menjiplak,” kata Lulut.

    Batik Mangrove karya Lulut sendiri juga sudah populer, tak hanya di Surabaya, melainkan juga sudah go international. Batik dengan motif ekosistem mangrove, laut, dan berbagai corak khas Suroboyoan seperti ayam bekisar dan lainnya ini banyak diburu pecinta batik. Baik ketika even pameran, atau bahkan tidak sedikit dari mereka yang datang langsung ke tempatnya.

    Sejak mulai dikembangkan pada tahun 2007 hingga kini, batik mangrove karyanya sudah ada sekitar 300-an pakem. Dari jumlah ini bisa tercipta ribuan motif batik. Dan, dari satu desain tercipta banyak corak, namun tetap satu pakem versi Lulut sendiri. Bahkan tidak main-main untuk menjaga kreasi karyanya, ia telah mempatenkan pakemnya.

    “Dari upaya itu juga, 2,5 persen hasil laba batik ini disumbangkan untuk pelestarian kawasan hutan mangrove, serta pengembangan bahan warna dari limbah olahan mangrove,” paparnya.

    Puas dengan karya batiknya? Tentu tidak, Lulut juga membuat olahan limbah mangrove menjadi berbagai produk konsumsi lainnya. Misalnya dengan menciptakan sabun alami dari buah-buah mangrove. Kemudian memproduksi sirvega, sabun cair mangrove toga. Sirvega pencuci batik dibuat dari mangrove jenis Jijibus jujuba, lidah buaya, dan lerak. Adapun buah nyamplung (Calophyllum inophyllum) diolah menjadi sabun untuk mencuci piring, cuci tangan, mencuci kendaraan, dan sampo.

    Karena dibuat dari bahan alami, bekas cucian dengan sabun sirvega itu tak merusak lingkungan. Sehabis mencuci peralatan, sisa sabun sirvega dia gunakan untuk menyiram tanaman di teras rumahnya.

    Selain itu, ada juga olahan limbah mangrove menjadi sirup, bahan baku aneka kue basah maupun kering, dodol, serta berbagai aneka minuman. Dari perhatian besar yang dilakukan Lulut akan kelestarian hutan mangrove, tidak salah bila berbagai penghargaan pernah diraihnya, salah satunya adalah penghargaan Kalpataru untuk kategori Perintis Lingkungan dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta tahun 2011 lalu.

    naskah: m.ridlo’i | foto: farid rusly

    Share. Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Info Lainnya

    Walikota Kediri Diminta Daftarkan HAKI Tenun Ikat Banjar Kidul Kediri

    14 December 2022

    Pesona Kerajinan Tenun Ikat dan Songket Parengan Lamongan

    8 March 2022

    Industri Kendang Djimbe Blitar Sudah Rambah Pasar China

    8 March 2022

    1 Comment

    1. Beta Apri Kartika on 13 March 2013 19:18

      Terima kasih atas info bermanfaat ini. Bagus banget idenya dari bu Lulut 🙂
      Ngomong-ngomong mau nanya perusahaan yang dipunyai ibuk Lulut di Surabaya itu berbentuk PT, CV atau home industri? Terima kasih sebelumnya.

    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    INFO TERBARU

    Surabaya Tampilkan Pesona Laser Air Mancur di Malam Keakraban Munas VII APEKSI

    9 May 2025

    Inovasi Kedai Kopi Digital UB Angkat Daya Saing Desa Wisata Kopi Banyuwangi

    3 May 2025

    Hari Kartini, Aston Madiun dan KKI Gelar Nguri-Uri Budhoyo Usung Pesona Pengantin Adat Yogyakarta

    29 April 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Jadi Pilihan Favorit Staycation Saat Lebaran 2025

    7 April 2025

    72.500 Wisatawan Kunjungi KBS Saat Libur Lebaran, Target 100 Ribu Pengunjung

    6 April 2025

    Mojotirto Festival 2025, Momentum Refleksi dan Pelestarian Air di Mojokerto

    23 March 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Gelar Earth Hour 2025, Matikan Lampu Satu Jam untuk Bumi

    22 March 2025

    Sambut Ramadan, Pemkot Surabaya Hiasi Kota dengan Ornamen Bernuansa Timur Tengah

    3 March 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Tentang Kami
    • Iklan
    • Komunitas
    • Video
    • Surabaya
    • Indonesia
    • Kontak
    • Arsip
    © 2025 eastjavatraveler.com | stunning east java

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.