Close Menu
eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Indonesia Keren!
    • Beranda
    • Travel
    • Cinderamata
    • Kuliner
    • Hotel dan Resto
    • Seni Budaya
    • Gaya Hidup
    • Profil
    • News
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Home»Traveling»Mengenang Nuansa Pusat Kadipaten Sidokare Tempo Dulu
    Traveling

    Mengenang Nuansa Pusat Kadipaten Sidokare Tempo Dulu

    Abdul RahmanBy Abdul Rahman16 December 2013
    Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Mungkin banyak yang tidak tahu di Jalan Gajah Mada, Kauman, Sidoarjo lah titik pusat jantung Kota Udang ini berada. Selama ini orang mengetahui keberadaan Alun-alun kota yang berdekatan dengan pusat kantor pemerintahan dan Masjid Agung Sidoarjo adalah pusat jantung Kota Sidoarjo.

    Petanda jika di Jalan Gajah Mada, Kauman, adalah pusat kota tak lain dengan keberadaan Masjid Jami’ Al Abror, Pasar Tradisional Jetis dan Kampung Batik Jetis Kauman yang di dalamnya terdapat banyak bangunan-bangunan kuno bergaya kolonial.

    Masjid Al Abror telah mengalami beberapa kali renovasi ini tercatat sebagai masjid tertua di kota Delta. pada 1678 ini hanya berupa masjid tiban. Yakni, masjid yang sudah ada kerangka pondasinya tetapi belum ada bangunannya.
    Kemudian, oleh ulama dari Mataraman, Mbah Mulyadi, yang menurut cerita adalah pengikut Pangeran Diponegoro, kerangka masjid itupun dibangun. “Mbah Mulyadi dibantu oleh Mbah Sayyid Salim, Mbah Muso, dan Mbah Badriyah,” ujar H. Zainun, Takmir Masjid Al Abror pada Eastjavatraveler.com.

    kisah pendirian Masjid Al Abror erat kaitannya dengan sejarah berdirinya Kabupaten Sidoarjo yang awalnya masih bernama Kadipaten Sidokare. Masjid yang terletak di timur sungai Jetis ini mengalami pemugaran pada 1.859 yang dilakukan oleh bupati pertama Sidokare, R Notopuro (RTP Tjokro negoro).

    Sidoarjo dulu dikenal sebagai pusat Kerajaan Janggala. Pada masa kolonialisme Hindia Belanda, daerah Sidoarjo bernama Sidokare, yang merupakan bagian dari Kabupaten Surabaya. Daerah Sidokare dipimpin oleh seorang patih bernama R. Ng. Djojohardjo, bertempat tinggal di kampung Pucang Anom yang dibantu oleh seorang wedana yaitu Bagus Ranuwiryo yang berdiam di kampung Panggabahan (kini Gabahan).

    Pada 1859, berdasarkan Keputusan Pemerintah Hindia Belanda No. 9/1859 tanggal 31 Januari 1859 Staatsblad No. 6, daerah Kabupaten Surabaya dibagi kembali menjadi dua bagian, yaitu Kabupaten Surabaya dan Kabupaten Sidokare. Sidokare (yang kini adalah Kabupaten Sidoarjo) dipimpin R. Notopuro (kemudian bergelar R.T.P Tjokronegoro) yang berasal dari Kasepuhan. Ia adalah putra dari R.A.P. Tjokronegoro, Bupati Surabaya. Pada tanggal 28 Mei 1859, nama Kabupaten Sidokare, yang memiliki konotasi kurang bagus diubah menjadi Kabupaten Sidoarjo.

    Di kawasan Jalan Gajah Mada ini juga petanda kuat jika sebagai pusat pemerintahan masa lalu adalah dengan keberadaan Pasar Jetis. “Pasar ini merupakan pasar lama tempat pertemuan warga Sidoarjo dengan luar daerah, yang saat itu melalui rute transportasi Sungai Porong. Masjid, kuburan, dan rumah-rumah lama menandakan ketuaan kampung ini,” ujar Henri Nur Cahyo, Penulis Buku Sidoarjo Tempo Doeloe.

    Di tambah lagi keberadaan toko-toko yang banyak berdiri di Jalan Gajah Mada, membuktikan kuat jika pusat perekonomian telah berlangsung sejak lama di kawasan ini.

    Pada perkembangan terbaru, Pemerintah Kabupaten Sidoarjo akan mengembalikan dan memperkuat Sidoarjo Tempo Dulu di seluruh kawasan Jalan Gajah Mada. H. Saiful Ilah, Bupati Sidoarjo, dalam sebuah kesempatan menjelaskan, jika mulai tahun 2014 kawasan Jalan Gajah Mada akan digarap sebagai kawasan Sidoarjo Tempo Dulu.

    “Bahkan untuk melengkapi kebutuhan warga, di komplek bangunan Matahari Mall yang per November 2013 kontraknya berakhir akan dibangun food market, pasar tradisional yang nyaman serta bersih, bangunan-bangunan tua akan lebih dipercantik, pertunjukan seni budaya, dan tentu juga lebih menonjolkan pusat kerajinan batik Jetis yang letaknya juga di kawasan ini,” papar Saiful Ilah.

    naskah/foto : mridlo’i

    Share. Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Info Lainnya

    Liburan Imlek 2025, Pemkot Surabaya Siapkan Beragam Kegiatan Menarik di Kebun Raya Mangrove

    26 January 2025

    Stasiun Banyuwangi Kota Tampil dengan Sentuhan Arsitektur Osing

    7 January 2025

    Mahasiswa UNAIR Juara Pertama di Kompetisi BIP BCA, Angkat Potensi Kampung Lontong Surabaya

    22 November 2024
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    INFO TERBARU

    Surabaya Tampilkan Pesona Laser Air Mancur di Malam Keakraban Munas VII APEKSI

    9 May 2025

    Inovasi Kedai Kopi Digital UB Angkat Daya Saing Desa Wisata Kopi Banyuwangi

    3 May 2025

    Hari Kartini, Aston Madiun dan KKI Gelar Nguri-Uri Budhoyo Usung Pesona Pengantin Adat Yogyakarta

    29 April 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Jadi Pilihan Favorit Staycation Saat Lebaran 2025

    7 April 2025

    72.500 Wisatawan Kunjungi KBS Saat Libur Lebaran, Target 100 Ribu Pengunjung

    6 April 2025

    Mojotirto Festival 2025, Momentum Refleksi dan Pelestarian Air di Mojokerto

    23 March 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Gelar Earth Hour 2025, Matikan Lampu Satu Jam untuk Bumi

    22 March 2025

    Sambut Ramadan, Pemkot Surabaya Hiasi Kota dengan Ornamen Bernuansa Timur Tengah

    3 March 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Tentang Kami
    • Iklan
    • Komunitas
    • Video
    • Surabaya
    • Indonesia
    • Kontak
    • Arsip
    © 2025 eastjavatraveler.com | stunning east java

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.