Siapa bilang bermain adalah kegiatan yang menyia-nyiakan waktu? Ini dibantah oleh aktivitas komunitas Sprue Mobster Surabaya. Di tengah kesibukan para anggotanya sebagai kayawan swasta, pegawai negeri, dosen, sampai wiraswasta, komunitas ini tetap eksis dalam membuat karya model kit berbagai bentuk. Diantaranya truk, figur, pesawat, tank, bahkan diorama Perang Dunia II.
Sebagaimana dikutip dari situs game anzlacerator.blogspot.com, Model kit sendiri merupakan istilah yang sering diberikan untuk rangkaian model. Bila dirangkai dengan baik dan benar, rangkaian tersebut akan menjadi sebuah model atau tiruan dari sebuah benda dalam bentuk miniatur. “Biasa disebut seni merangkai sesuai aslinya,” jelas Bahtiar Rifa’i, salah satu anggota Sprue Mobster menjelaskan.
Meskipun komunitas ini didominasi umur 20 tahun keatas, semangat ‘bermain’ mereka cukup diacungi jempol. Beberapa dikarenakan usaha untuk terus update atau memperbarui info mengenai project yang sedang mereka garap.
Misalnya saja saat akan membuat diorama perang, maka dibutuhkan berbagai sumber berupa buku dan internet untuk bisa mendapatkan kondisi dan detail perang tersebut. “Harus tahu aslinya. pengetahuan tentang tahun, musim, seragam yang digunakan para tentaranya, kendaraan yang dipakai, kondisi tanah, kondisi perang, kesatuan apa, pokoknya harus detail. Jadi mau gak mau kita ikut belajar dan tau sejarahnya,” terang Rifa’i sembari tertawa kecil.
Agar terlihat detail, tak jarang Rifa’i membakar atau menghancurkan model kit yang sedang ia buat agar menyerupai kondisi aslinya. Menurut pengalamannya, Rifa’i mengaku sempat mendapatkan komplain dari anggota militer Amerika, melalui komentar pada foto yang ia unggah di fecbook. Karena model kit diorama Perang Dunia II yang dibuatnya tidak sesuai.
Tak jauh dari Rifa’i, Wimba (36) anggota Sprue Mobster yang berprofesi sebagai dosen ini membenarkan, bahwa membuat model kit sama seperti belajar sejarah, “belajar gak musti harus baca buku, bikin ini sama dengan belajar sejarah,” tutur pembuatan kit khusus model pesawat Indonesia ini semabri tersenyum.
Tak heran jika anggota yang tergabung dalam komunitas ini dipenuhi orang dewasa, sebab merakit model kit pada dasarnya memiliki tingkat kesulitan yang cukup, karena tergolong rumit.
Meskipun begitu, beberapa kali Sprue Mobster mengadakan acara pelatihan membuat kerangka model kit dengan peserta umum, dari usia 14 tahun keatas.
Melalui acara tersebut, mereka berharap merakit model kit bisa terus dilanjutkan generasi penerus. Mengingat mainan ini sudah ada sejak 60 tahun silam. “Mainan ini sudah lama sekali, tahun ’75. Saya masih ingat, model kit di jual di toko HOYA, dulu di Jalan Tunjungan. Sekarang model kit bisa dibeli di Toy Store,” ungkap Karnadi Sigit, salah satu senior Sprue Mobster Surabaya.
Komunitas Sprue Mobster tentunya memberi angin segar terhadap pertumbuhan museum di Surabaya, kepawaian anggota Sprue Mobster membuat diorama, tentunya bisa menambah koleksi diorama tentang pergolakan perlawanan arek-arek Suroboyo. Mereka juga menuturkan rencana pembuatan diorama tersebut. Namun sampai saat ini belum juga terwujud, salah satu perakit kit model diorama, Bahtiar Rifa’i mengaku kesulitan, “Sampai hari ini masih kesulitan bikin diorama perang 10 November, kesulitannya di figur orang-orang Indonesia,” terangnya.
naskah : pipit maulidiya | foto : farid rusly