Kebun Teh Wonosari tetap jadi andalan. Selain pesona alamnya yang menarik, proses memetik dan mengolah teh juga jadi daya tarik tersendiri.
Begitu memasuki area perkebunan teh, semilir angin pegunungan langsung menyapa. Begitu pula rindang pepohonan dan tanaman teh yang menghampar, seperti tak ingin ketingalan menyambut mereka yang datang.
Potret inilah yang muncul di kebun teh yang terletak di Desa Toyomarto (Kecamatan Singosari) dan Desa Wonorejo, Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang. Berjarak 30 kilometer utara dari Kota Malang dan 80 kilometer arah selatan Kota Surabaya. Untuk menjangkaunya, bisa ditempuh lebih kurang dua jam perjalanan dari Bandara Udara Internasional Juanda Surabaya.
Perkebunan teh yang dikelola PT Perkebunan Nusantara XII (Persero) ini memiliki luas 1.144,31 hektare yang terbagi atas tiga bagian perkebunan. Antara lain, kebun Wonosari seluas 370,31 hektare di Desa Toyomarto Kecamatan Singosari, kebun Gebug Lor seluas 344,11 hektare di Desa Wonorejo Kecamatan Lawang, dan kebun Raden Agung seluas 429,89 hektare di Desa Ambal-Ambil Kecamatan Kejayan.
Secara geografis, perkebunan ini berada pada ketinggian 950-1250 meter dari permukaan laut (dpl), dengan temperatur udara 19-26 derajat celcius. Memiliki kelembaban udara pada waktu siang hari antara 60-20 persen dan 80-90 persen pada waktu malam hari.
Pesona yang dapat ditemukan di wana wisata ini adalah hamparan hijau perkebunan teh dengan pohon mahoninya yang rindang, serta pabrik produksi Teh Rolas yang dapat dilihat langsung oleh para pengunjung, fasilitas lengkap rekreasi, dan sarana penginapan beserta fasilitas outbond yang diberikan.
“Sebagai obyek pariwisata, selain menyajikan tempat yang nyaman dan alami, kami juga berupaya memenuhi kebutuhan wisatawan dengan beragam fasilitas, supaya mereka betah berkunjung dan berlama-lama di sini,” ujar Budi Setyo Iriawan, Manager Wisata Agro Kebun Teh Wonosari pada EastJava Traveller.
Lintas Masa
Berdasarkan data yang ada didalam profil singkat Wisata Agro Wonosari, Awal berdirinya Kebun Teh Wonosari, Lawang, ini tak luput dari perusahaan asing asal Belanda yang bernama NV Cultur Maatschappy. Tepat pada 1875 perkebunan ini didirikan oleh perusahaan itu.
Menurut sejarahnya di awal 1910 hingga 1942-an, kebun ini ditanami teh dan kina. Namun, pada jaman penjajahan Jepang 1942-1945, sebagian tanaman teh diganti menjadi tanaman pangan, seperti ubi, singkong, kentang, dan sejenisnya.
“Hingga pada akhirnya pada 1945, masa kemerdekaan bangsa Indonesia. Perkebunan ini diambil alih oleh negara dengan nama Pusat Perkebunan Negara (PPN), dan 1950 tanaman kina diganti lagi oleh tanaman teh,” kata Budi.
Dua kemudian, memasuki 1957 Kebun Teh Wonosari ini tercatat dalam PPN untuk kesatuan wilayah Jawa Timur, hingga 1963 berganti di bawah naungan PPN Aneka Tanaman. Berlanjut pada 1968, kebun ini masuk dalam daftar PNP XXIII dan di 1972 perkebunan dengan area budidaya tanaman pokok teh seluas 628,86 hektare ini masuk PT Perkebunan XXIII (Persero).
Berlanjut lagi pada 1995 masuk PTP Group Jawa Timur, dan 1996 masuk dalam PTP Nusantara XII hingga kini. Lalu pada 1994 Kebun Teh Wonosari ini dikembangkan sebagai wisata agro, lalu untuk diverifikasi pengelolahan kebun teh hingga saat ini.
Prioritas Wisata
Selain perkebunan teh yang menghampar, daya tarik lain wisata agro kebun teh ini adalah pengelolaan teh yang bahan bakunya langsung diambil dari perkebunan itu sendiri.
Produk yang dihasilkan bernama Teh Rolas. Dari sini pengunjung tidak hanya sekedar menikmati seduhan daun teh, melainkan juga bisa melakukan kunjungan langsung ke pabrik pembuatan. Di dalam pabrik ini pengunjung dapat melihat proses pembuatan teh, mulai dari pemetikan pucuk daun teh hingga proses fermentasinya.
Selain itu pihak pengelola juga menawarkan beberapa fasilitas rekreasi yang mengasikkan bagi pengunjung. Antara lain kolam renang hangat dengan tiket masuk Rp 10 ribu per orang, kebun binatang mini, depot Rolas, swalayan, aula Santoon & Java Cocoa, wartel, rumah hiburan musik electone dan band, kesenian daerah, lokasi oubond, penginapan, dan taman bermain untuk anda yang membawa anak-anak. Sedangkan bagi para pengunjung yang ingin berkeliling melihat pemandangan perkebunan teh, pihak pengelola juga menyediakan fasilitas penyewaan kereta kelinci dan berkuda.
Demi selalu meningkatkan daya tarik wisatawan terhadap tempat wisata ini, pihak pengelola kedepannya telah menyiapkan berbagai rencana pengembangan di area perkebunan. Antara lain 15 wisma baru eksklusif, Tea Walk, Play Ground yang baru, Taman strawberry, warnet dan ATM bersama, fasilitas Hotspot, Tea Club House, tempat parkir eksekutif, bangsal hall berjumlah tiga aula.
Bahkan kini perkembangan terbaru yang ada di Kebun Teh, di sana juga telah tersedia fasilitas penunjang bagi pengunjung. Seperti yang dikatakan Budi, bila pengembangan wisata ini sudah berjalan dan sebagian sudah terealisasikan, seperti fasilitas wifi. Untuk yang lainnya masih dalam penentuan peta areal pihak pengelola.
naskah : andrian saputri | foto : wt atmojo
2 Comments
Wahhh…!! Makin Maju aja Obyek Wsta d Malang Raya!!!..
Cayo bwt Arema…,, lestarikan Bumi kita dgn potensi yg Qt punya.
I Love Malang
^^
kami mau berkunjung k sana,, rombongan kami sejumlah 65 orang. kira-kira berapa harga tiket masuknya ? apakah perlu menggunakan ijin jika ingin berkunjung ke pabrik teh nya?