Keris adalah sebuah benda pusaka yang identik dengan peninggalan kerajaan di masa lalu. Karya seni tempa logam khas Indonesia ini, memiliki bentuk unik dan bernilai seni tinggi, pada aspek-aspek estetik dhapur (bentuk atau model keris), pamor (baja putih yg ditempatkan pada bilah keris), dan hiasan kinatah (ukiran). Keindahan dan makna simbolik yang melekat itu, menjadikan keris sebuah karya seni adiluhung, dan patut untuk dilestarikan.
Keistimewaan itulah yang ingin ditampilkan dalam The Magical Keris. Ratusan keris dari berbagai daerah di pamerkan di Galeri Graha Wismilak, Jalan Dr. Sutomono 27 Surabaya. Acara yang berlangsung mulai tanggal 19-26 Agustus 2015 ini, diikuti oleh puluhan kolektor keris dari berbagai belahan Nusantara. Seperti Madura, Sumatra, Cirebon, Banten, Solo, Jogja, Bali, Malang, Madiun, dan masih banyak lagi.
Pameran ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada sebagian masyarakat Indonesia, terutama generasi muda, yang memiliki presepsi bahwa keris adalah wujud budaya ketinggalan jaman, dan merupakan benda magis yang bisa membahayakan.
“Padahal, keris itu pusaka yang memuat falsafah cukup mendalam. Buktinya, moralitas saat ini sudah terdegradasi. Karena budaya tidak digarap dengan bagus. Kejahatan, perilaku korup, terjadi karena aspek kebudayaan tidak ditanamkan,” terang M. Mansur Hidayat, salah satu panitia The Magical Keris.
Pameran ini juga berupaya mengangkat komunitas pengrajin keris dari Sumenep, yang merupakan industri besar dengan lebih dari 500 pengrajin. Hasil karya para seniman dan empu modern ini memiliki kualitas sangat luarbiasa, dengan teknologi tepat guna dan ekonomis.
Tiga keris utama yang turut mewarnai pameran kali ini diantaranya; Ki Gharuda Mukti, milik Anak Agung Gede Waisnawa Putra, pengkoleksi keris asal Puri Anyar Saraswati Gianyar, Bali. yang menggambarkan kepedulian terhadap budaya. Kedua, Sabuk Inten, benda pusaka ini melambangkan kemakmuran serta keris Nogososro, yang melambangkan kepemimpinan.
Tak kalah menariknya pada pembukaan acara The Magical Keris, telah dibuat sebilah keris sebagai Pusaka Surabaya yang bergelar Kanjeng Kyai Soerabaja. Keris ini dibuat selama lima hari oleh beberapa empu dari Paguyupan Mega Remeng Sumenep selama kegiatan pameran berlangsung, hasilnya akan diserahkan kepada Walikota Surabaya.
Sebagai pusaka yang patut dilestarikan, pameran keris kali ini disandingkan dengan bursa batik dari beberapa derah, seperti pekalongan. Ini dimaksudkan untuk menyandingkan keris dengan karya batik, sebagai karya budaya bangsa Indonesia yang diakui UNESCO sebagai World Heritage.
naskah dan foto : pipit maulidiya | rangga yudhistira