Close Menu
eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Indonesia Keren!
    • Beranda
    • Travel
    • Cinderamata
    • Kuliner
    • Hotel dan Resto
    • Seni Budaya
    • Gaya Hidup
    • Profil
    • News
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Home»Traveling»Legenda Berserak di Madakaripura
    Traveling

    Legenda Berserak di Madakaripura

    Abdul RahmanBy Abdul Rahman14 August 2009Updated:1 October 2012
    Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Ada banyak rasa yang tak terungkap. Meski saat kaki melangkah, seluruh katup indra sepenuhnya terbuka. Menggali legenda yang tersimpan rapat di balik tanaman yang menghampar dan gemuruh air terjun yang berdiri bak pilar raksasa.

    Pagi baru saja bergerak. Dingin udara yang menyengat, tak menyurutkan niat sepasang muda-mudi yang berjalan ke arah air terjun. Wajah mereka perlahan mulai basah. Dan dalam beberapa detik saja, mereka sudah berdiri di atas batu kali yang di beberapa sisi mulai melumut.

    Tawa mereka lepas, lalu tenggelam dalam gemuruh suara air terjun. Sementara di sekitar, beberapa pengunjung kawasan wisata Madakaripura melirik sekadar ingin tahu.

    Pernik-pernik seperti ini akan selalu kita temui di kawasan wisata yang berada di Desa Sapih, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo ini. Tawa riang pengunjung, suara air terjun yang bergemuruh, dan misteri yang terungkap. Seperti mitos muksanya Mahapatih Gajah Mada, atau kepercayaan tentang Madakaripura yang disebut-sebut sebagai salah satu jembatan spiritual untuk menggapai sisi dunia yang lain.

    Di beberapa malam, sejumlah orang yang percaya, datang dan nyepi di Madakaripura. Sebagian dari mereka percaya, apa yang dilakoni, kelak akan memiliki arti tersendiri. Di luar itu, proses semedi yang mereka lakukan adalah bentuk penghargaan pada nenek moyang.

    “Ini sudah kami jalani turun temurun. Sejak jaman bapak saya masih muda, eyang kakung, dan mbah buyut. Kami berkeyakinan, para raja dan tokoh penting di Jawa juga melakukan hal yang sama di sini,” kata Joko Wasis, 54 tahun, warga Lumajang.

    Pada EastJava Traveler, kakek delapan cucu ini mengaku sudah nglakoni proses ini sejak 25 tahun silam. Beberapa kali, ia memang dapat anjuran agar tidak melakukan semedi di Madakaripura. “Tapi ya gimana lagi. Ndak sreg kalau ndak di sini,” katanya.

    Nama Madakripura, konon terkait erat dengan sejarah panjang Kerajaan Majapahit. Seperti kita tahu, di masa kejayaannya, Hayam Wuruk dan Gajah Mada berhasil menyatukan bumi Nusantara yang membentang dari Wanin hingga Madagaskar. Gajah Mada yang lihai dalam strategi, diplomasi, dan perang, berhasil meruntuhkan kepercayaan raja-raja Nusantara di masa itu, sehingga mereka mau berucap janji setia dalam naungan Surya Majapahit.

    Darimana Gajah Mada mendapat kelebihan itu? “Memang sulit untuk mencari tahu kebenarannya,” kata Joko Wasis. Tapi ia percaya, di jaman dulu, proses penggemblengan yang harus dijalani seseorang agar memiliki kelebihan khusus mesti melibatkan banyak hal. “Baik penggemblengan fisik, atau non fisik,” kata pria yang dalam kehidupan sehari-hari aktif sebagai petani ini.

    Madakaripura, lanjut Joko, dipilih oleh Gajah Mada sebagai tempat bertapa karena keyakinan bahwa ini bukan tempat sembarangan. Dan terbukti, Gajah Muda memperoleh kesaktian dan kepercayaan untuk mempersatukan tanah Nusantara. “Katanya pula, beliau menghabiskan sisa usia juga di sini sampai akhirnya muksa menuju Nirwana,” kata Joko.

    Muksa berarti sebuah kondisi, ketika seseorang pergi meninggalkan dunia bersama raganya. “Yang bisa melakukan itu hanya orang-orang yang disucikan. Beberapa raja tanah Jawa juga memasuki tahap penyempurnaan seperti itu, misalnya Sri Aji Jayabaya. Kalau dalam pewayangan, di antara Pandawa Lima, hanya Puntadewa yang bisa masuk surga bersama raganya,” papar Joko.

    Tempat Terakhir
    Nama Madakaripura, lebih tepatnya disebut dengan nama Mada Kari Pura, memiliki arti ‘tempat tinggal terakhir’. Pengunaan nama ini diambil dari kepercayaan masyarakat sekitar yang mengatakan, disinilah Gajah Mada melewati masa akhir hidupnya.

    Beberapa catatan menyebut, setelah perang Bubat yang sangat legendaris itu, Sang Maha Patih Gadjah Mada mencoba untuk nyepi di sini. Ia merasa gagal mewujudkan sumpahnya menyatukan Nusantara. Sehingga menenggelamkan diri dalam kesunyian dan terus berdoa pada Sang Pencipa. Sampai akhirnya, ia meninggal dunia dalam kesunyian yang tiada tara.

    Disaksikan butiran-butiran abadi air terjun yang memantulkan cahaya matahari dan menciptakan pelangi, tangga warna dari Nirwana.

    Air yang turun deras dan memantulkan bianglala ini kemudian dikenal sebagai air suci ‘Tirta Sewana’. Air ini, dipercaya memiliki kelebihan lar biasa sehingga bisa menyembuhan orang sakit dan bisa membuat kita awet muda.

    Di luar mitos ini, Madakaripura dikenal sebagai tempat wisata alam terbuka yang menonjolkan daya tarik air terjun dengan ketinggian sekitar 200 meter. Air terjun ini berkumpul di relung sempit dengan diameter 25 meter.

    Kawasan wisata ini berada sekitar 620 meter diatas permukaan air laut, dan terletak di kawasan Tengger, tak jauh dari Bromo. Tak heran jika beberapa travel agent yang menyiapkan Bromo sebagai daerah tujuan, biasanya juga menyisipkan Madakaripura sebagai tempat tujuan wisata.

    Sumber di Madakaripura menyebut, sebenarnya ada lima air terjun di kawasan ini. Dengan gamblang kita bisa melihat tiga air terjun yang ada. Sementara dua lainnya, mesti dicari karena tersembunyi di balik air terjun yang lain.

    Sementara di tengah tebing, di balik air terjun yang paling besar, terdapat rongga menganga yang melintang secara horisontal. Penduduk setempat percaya, di lubang inilah Sang Patih Gadjah Mada biasa duduk diam, bersemedi dalam keheningan rasa.

    Gampang Dijangkau
    Untuk mencapai tempat ini, kita datang dari Bromo atau langsung dari Surabaya. Keduanya bisa dilewati dengan jalan yang relatif mudah. Hanya saja, sesampai pintu gerbang Madakaripura, jalan yang dilewat sedikit menyempit. Di sini kita mesti membeli tiket masuk sebesar Rp 2.500.

    Jika Anda membawa kendaraan pribadi bisa diparkir di sini. Sementara kalau datang dari Bromo, bisa menggunakan layanan ojek yang tarifnya di kisaran Rp 25 ribu. Dan biasanya, sopir ojek akan mengantar kita sampai di gerbang ini.

    Selanjutnya, wisatawan akan diminta untuk jalan kaki dari pintu gerbang ke lokasi yang jaraknya kurang lebih dua kilometer. Dulu, pemerintah kabupaten setempat sebenarnya sudah membangun jalan setapak yang sudah di-plester dan fasilitas kamar kecil di sini. Sayang, tahun 2002, banjir besar mengempur dan meluluhlantakkan fasiltas yang ada.

    Anda juga bisa menafaatkan jasa guide dari warga setempat untuk mengantar ke lokasi. Kalau tertarik menggunakan mereka, biayanya sekitar Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu sekali antar.

    Di sepanjang jalan setapak ini kita bisa menikmati suguhan alam yang indah. Seperti tanaman merambat, jajaran pepohonan di tebing kiri dan kanan, dan masih banyak lagi. Sampai di titik tertentu, kita akan mendengar gemuruh air terjun dan udara sejuk yang mendadak basah karena percikan air.

    Ada baiknya, menjelang sampai di lokasi, Anda mengamankan barang-barang berharga yang berpotensi rusak jika basah. Atau kalau takut basah, sewa saja payung yang biasanya dipajang dengan bea sewa Rp 2.000-an.

    naskah : hendro d. laksono | foto : boby np/matanesia

    Share. Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Info Lainnya

    Liburan Imlek 2025, Pemkot Surabaya Siapkan Beragam Kegiatan Menarik di Kebun Raya Mangrove

    26 January 2025

    Stasiun Banyuwangi Kota Tampil dengan Sentuhan Arsitektur Osing

    7 January 2025

    Mahasiswa UNAIR Juara Pertama di Kompetisi BIP BCA, Angkat Potensi Kampung Lontong Surabaya

    22 November 2024

    1 Comment

    1. sarah on 5 January 2014 12:46

      Tempatnya baguss tapii sayang ù?tü? keamanannya masih belum bnr2 trjga… Krna pnduduk ?ï sekitar yng terlalu Primitif ?i?? juga ?ï sebut sbgai kaum penjegal…

    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    INFO TERBARU

    Surabaya Tampilkan Pesona Laser Air Mancur di Malam Keakraban Munas VII APEKSI

    9 May 2025

    Inovasi Kedai Kopi Digital UB Angkat Daya Saing Desa Wisata Kopi Banyuwangi

    3 May 2025

    Hari Kartini, Aston Madiun dan KKI Gelar Nguri-Uri Budhoyo Usung Pesona Pengantin Adat Yogyakarta

    29 April 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Jadi Pilihan Favorit Staycation Saat Lebaran 2025

    7 April 2025

    72.500 Wisatawan Kunjungi KBS Saat Libur Lebaran, Target 100 Ribu Pengunjung

    6 April 2025

    Mojotirto Festival 2025, Momentum Refleksi dan Pelestarian Air di Mojokerto

    23 March 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Gelar Earth Hour 2025, Matikan Lampu Satu Jam untuk Bumi

    22 March 2025

    Sambut Ramadan, Pemkot Surabaya Hiasi Kota dengan Ornamen Bernuansa Timur Tengah

    3 March 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Tentang Kami
    • Iklan
    • Komunitas
    • Video
    • Surabaya
    • Indonesia
    • Kontak
    • Arsip
    © 2025 eastjavatraveler.com | stunning east java

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.