Agustine Tri Wijayanti, nampak berbenah diri di depan kaca riasnya. Sesekali dia menambahkan make up di wajahnya. Lalu membetulkan penjepit rambut berbentuk bintang emas, khas logo Sparkling Surabaya.
Gadis berusia 17 tahun itu tengah bersiap-siap bersama empat kawan perempuan lainnya, dan mereka akan tampil dalam sebuah pertunjukan tari Sparkling Surabaya di Surabaya Plaza Hotel. Tak beberapa lama kemudian mereka pun keluar dari sebuah ruang ganti, menuju panggung pertunjukan yang telah disediakan di lobi hotel berbintang lima itu.
Alunan lagu semanggi Suroboyo yang dikolaborasi dengan lagu selompret Reyog Ponorogo, tari Remo, dan Jaranan terdengar ritmik, dan mengiringi selaras gerak gemulai tarian yang kini menjadi ikon Kota Pahlawan ini. Pertunjukan pun dimulai, pengunjung hotel baik domestik maupun mancanegara memberikan sambut riuh bagi keindahan tarian itu.
Keindahan tari Sparkling tidak hanya nampak pada lima warna kostumnya, hijau, biru, oranye, emas, kuning, dan merah. Melainkan juga pada formasi gerak yang senantiasa selaras antar penari. Di tambah pada akhir pertunjukan tarinya para penari mengepakkan kain menyerupai sayap berwarna emas.
Di sisi lain penggunaan kata Sparkling pada tarian kategori kreasi baru ini sendiri berarti gemerlap. Gemerlap di sini berarti Kota Surabaya siap menonjolkan segala potensinya, dan kini sedang getol promosi wisata.
Campuran Antar Budaya
Tari Sparkling sendiri adalah sebuah karya yang muncul di tengah masyarakat Surabaya yang heterogen, dan berlatar belakang kesenian urban. Yang berkeinginan membentuk gaya tersendiri bernuansakan kekinian, baik pada ragam gerak yang mengacu pada motif gerak tari daerah Jawa Timuran yang berkembang di Metropolis. Bahkan inilah yang dimunculkan juga pada sentuhan musik tradisional yang mengiringinya.
Seni tari ini tercipta hampir bersamaan dengan peringatan ulang tahun Surabaya ke-714 pada 2007 lalu. Dan, pada kesempatan itu pula Pemerintah Kota Surabaya memakai tema Surabaya Sparkling. Sehingga tepat pada akhir April 2007 selesailah penggarapan kreasi tari ini dengan dinamakan tari Sparkling.
Sehingga pada saat itu muncul harapan, kelincahan dan keceriaan pada tarian ini dapat menggambarkan ungkapan semangatnya Kota Surabaya, sebagai sebuah kota jujukan bagi wisatawan baik domestik maupun mancanegara.
Kreatif Imajinasi Surabaya
Seiring dengan beragamnya kesenian di beberapa kota besar di Jawa Timur, seperti Surabaya. Segelintir seniman tari Sparkling terus berupaya mengembangkan kreasi tampilannya.
Upaya ini dilakukan agar nuansa seni di Kota Surabaya selalu bersinar. “Terkadang kami menambahkan tampilan tari Pasaran, sebagai selingan tari Sparkling,” ujar Diaztiarni, salah seorang pencipta tari Sparkling.
Oleh karena itu, wanita berusia 39 tahun ini senantiasa melatih secara rutin para penari yang duduk di bangku perkuliahan di studionya yang bernama Tydif. “Di sanalah kita bersama-sama untuk terus berlatih, mengembangkan, dan melestarikan tari Sparkling,” imbuhnya.
Ditanya alasannya menciptakan tarian yang kini dapat menjadi simbolisasi budaya Surabaya ini. Diaz, begitu biasanya dia disapa, menjelaskan, bermula dari kekecewaannya terhadap sikap sebagian masyarakat Surabaya yang cenderung menolak tarian dengan gerak lamban dan mengikuti tradisi.
Alasan itulah yang sedikit membuatnya berpikir keras, demi melahirkan sebuah kreasi imajinatif sebagai wujud persembahan bagi Kota Pahlawan. Sehingga dia pun harus berupaya untuk lebih memahami karakteristik masyarakatnya pula.
Alhasil, pada 25 April 2007 terlahirlah tarian yang terkesan lugas, dan dinamis dalam ragam geraknya itu, bernama tari Sparkling. “Saya ingin menampilkan tarian yang mencerminkan orang Surabaya yang egaliter dan tidak lamban,” papar lulusan Jurusan Tari IKIP Surabaya (kini Unesa, Red) 1992 ini.
Secara bertahap Diaz di bantu bersama koreografer musik Wedang Jahe besutan Aris Setiawan, dan Yusak Ansori, Executive Director Surabaya Tourism Promotion Board (STPB), dapat dibilang cukup berhasil mengenalkan tari Sparkling pada kalangan luas. Salah satu buktinya pertunjukan tari Sparkling yang digelar setiap Minggu pagi di Surabaya Plaza Hotel. Selain itu, tari ini juga pernah tampil di Jogjakarta bersamaan dengan roadshow STPB. “Saat itulah tari Sparkling diperkenalkan pertama kali,” ungkap Diaz.
Naskah : m.ridlo’i | foto:wt atmojo
7 Comments
nggak ada gambar tarinya ya ????
Sdr Dhanie. Sesuai permintaan Anda, foto Tari Sparkling Surabaya sudah kami munculkan. Twerima kasih.
Untuk Tydif terus kiprahkan sayap.Bu saya kangen sanggar dan SMP 29.Saya kangen isa nari lagi di depan banyak orang.Bu bolehkah say akembali ergabung dengan Tydif????
mbak nadia sekarang ngajar dimana ?? I Miss You Fulll mbk 😉
wow ternyata sanggarnya mama hebat,,,, 🙂
ada literatur nya gak yach…
kalau di buat buku pst bagus…
Keren,, 😀