Di Jawa Timur, motif batik tulis kebanyakan di dominasi gaya pesisir yang kaya akan aneka warna. Seperti batik Sidoarjo,Ponorogo, Bojonegoro dan Madura. Kini, dengan mudah kita bisa menikmati batik-batik ini di Rumah Batik, Jalan Dukuh Bulah Banteng Timur No.34 VA, Kenjeran, Surabaya.
Rumah batik ini dirikan oleh Faega Ismail. Dan kini, pengelolaannya dilanjutkan oleh Syarif Usman yang merupakan generasi kedua.
“Para pengunjung juga bisa mengikuti pelatihan membatik di tempat ini, tutur Fitriana, istri Syarif Usman sembari menata tumpukan kain batik pesanan. Pelatihan membatik ini, lanjutnya, terdiri dari tiga macam paket. Yaitu paket tiga jam pertemuan, paket tiga kali pertemuan, dan terakhir, paket enam kali pertemuan. “Segala bahan dan kebutuhan dalam proses pelatihan sudah di persiapkan oleh Rumah Batik,” tambahnya.
Saat ini, Rumah Batik menjadi salah satu jujugan turis, baik lokal maupun mancanegara. Selain berbelanja batik pilihan, mereka juga bisa melihat dari dekat proses membatik. Fitriana menjelaskan, proses pembuatan batik tulis memakan waktu yang bervariasi. Tergantung dari tingkat kerumitan motif batik yang dibuat.
Ini juga yang jadi salah satu penentu harga yang dibandrol pada batik tulis. “Selain tergantung pada proses pembuatan, juga motif, jenis kain, dan tentunya jumlah warna yang digunakan,” jelas wanita berjilbab ini.
Sebagai sebuah sentra industri sekaligus penjualan yang concern pada warisan tradisional asli Indonesia, Rumah Batik sudah mengantongi banyak penghargaan. Salah satunya, Rekor Muri yang didapat saat membuat karya Batik Tulis Logo Surabaya terbesar yang diadakan di Balai Kota.
“Saat itu, kami membuat logo Surabaya berukuran 20 x 10 meter yang dibuat dalam waktu satu malam oleh belasan pembatik tulis dari Madura,” kata Fitriana.
Selain diproduksi dalam lembaran kain, Rumah Batik juga memproduksi sepatu, sandal, selendang, dompet, tas, serta gantungan kunci dari olahan batik. “Dan ada juga koleksi batik tua yang berumur 90 tahun,” akunya sembari menunjukan sebuah lemari yang dikunci rapat. (irene elly ika irawan, mariah ulfa)