Close Menu
eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Indonesia Keren!
    • Beranda
    • Travel
    • Cinderamata
    • Kuliner
    • Hotel dan Resto
    • Seni Budaya
    • Gaya Hidup
    • Profil
    • News
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Home»Featured»Jelajah Desa Pocong dan Legenda Pulau Madura
    Featured

    Jelajah Desa Pocong dan Legenda Pulau Madura

    Fathur RohmanBy Fathur Rohman22 March 2018Updated:22 March 2018
    Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Apa yang Anda bayangkan ketika diajak berkunjung ke desa bernama Pocong? Sebuah desa seram yang dipenuhi hantu pocong, kah? Jika benar, maka bersiaplah untuk kecewa. Karena, kecuali jika memang ada pocong yang sedang iseng, anda tidak akan menemukan hantu di sana.

    Suasana menyeramkan, mungkin akan anda temui. Sebab, sebagian besar wilayah desa yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Tragah, Bangkalan ini masih berupa sawah dan lahan kosong yang ditumbuhi berbagai macam pohon. Sedang daerah perkampungannya, berada di tengah persawahan. Jauh dari jalan utama.

    Memang ada beberapa rumor yang menyebutkan bahwa asal-muasal nama Desa Pocong lekat dengan kejadian mistis. Dikisahkan, ketika desa ini masih berupa hutan belantara dan belum banyak penghuni, ada hantu pocong yang muncul setiap hari. Kejadian ini berlangsung selama 40 hari berturut-turut, sehingga desa ini kemudian diberi nama Desa Pocong.

    Namun, kisah ini diragukan kebenarannya. Menurut Masduki, Carik Desa Pocong, para tetua desa tidak pernah menghubungkan sejarah desa dengan kehadiran hantu tersebut. Dari cerita lisan yang dikisahkan turun-temurun, konon, nama pocong diambil dari sebuah cerita munculnya sumber air pertama.

    Seperti yang dikisahkan Dwi Ratno Varianto, guru SDN Pocong, dulu ada sebuah pohon pucang yang dari bawahnya keluar air. Dari hari ke hari, air tersebut tidak juga berhenti mengalir dan meluas, sampai akhirnya menjadi sumber air. Sumber tersebut kemudian dikenal dengan sebutan sumber pucang. Daerah sekitar sumber, kemudian dikenal dengan nama Desa Pucang.

    “Awalnya disebut desa pucang. Lambat-laun, berubah menjadi pocong. Orang Madura, kan biasa begitu. Ambil mudahnya,” jelas warga asli Pocong ini sambal terkekeh.

    Masih menurut Dwi, Desa Pocong juga masuk sebagai desa tertua di Madura. Dari kisah legenda yang beredar, warga percaya bahwa nama Desa Pocong, sudah ada bahkan sebelum Sumenep, Sampang atau Bangkalan sendiri. Pasalnya, mereka percaya bahwa sejarah Desa Pocong, berkaitan erar dengan legenda Ke’ Lessap; legenda pemberontak yang paling mashur di Madura.

    Ini terbukti dari sudah di kenalnya Nyai Pocong sebagai salah satu selir Raja Pangeran Cakraningrat IV (versi lain megatakan Cakraningrat III). Penguasa kerajaan di wilayah yang kini dikenl dengan nama Bangkalan.

    Nyi pocong adalah ibu dari Ke’ Lessap, seorang pangeran yang terbuang. Meski lahir sebagai anak selir, Ke’ Lessap ternyata tidak mendapat pengakuan dari ayahnya. Bahkan, alih-alih mendapat penghormatan sebagai pangeran, ia dijadikan juru rawat kuda istana. Merasa terhina dan tak diakui, ia kemudian bertapa untuk mendapat kesaktian.

    Usahanya tak sia-sia. Ia kemudian mendapat pusaka berupa calok (golok) bernama Kodhi Crancang. Berbekal pusaka tersebut, Ke’ Lessap kemudian melakukan pemberontakan. Ia memulai dengan menguasai ujung timur Pulau Madura. Daerah yang kemudian dikenal dengan nama Sumenep atau dulunya Songennep. Berasal dari kata Moso (Musuh) dan Ngenep (Menginap) atau tempat musuh menginap. Sebab, ketika menguasai wilayah tersebut, Le’ Kessap sempat menginap di sana.

    Begitu pula dengan nama Pamekasan, yang berasal dari Mekasan atau pesan peringatan yang dikirim Ke’ Lessap sebelum menguasai wilayah yang ada di barat Sumenep tersebut. Sedangkan nama Sampang berasal dari kata nyimpang. Kata yang diambil dari tindakan Ke’ Lessap membelokkan arah pasukannya untuk menghindari sergapan Pasukan Adipati Adikoro IV. Utusan ayah Ke’ Lessap.

    Dan nama Bangkalan, berasal dari kata bengkah laan artinya, mati sudah. Diambil dari peristiwa ketika raja menyerukan kata bengkah laan berulang-ulang setelah matinya Ke’ Lessap. “Yang benar yang mana, kami juga gak tau. Tetapi yang pasti, Desa Paocong ini sudah lama sekali. jadi susah juga ditelusuri,” tutup Dwi. (hay, tur)

    desa pocong featured madura pocong pocong madura wisata madura
    Share. Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Info Lainnya

    Liburan Imlek 2025, Pemkot Surabaya Siapkan Beragam Kegiatan Menarik di Kebun Raya Mangrove

    26 January 2025

    Stasiun Banyuwangi Kota Tampil dengan Sentuhan Arsitektur Osing

    7 January 2025

    Mahasiswa UNAIR Juara Pertama di Kompetisi BIP BCA, Angkat Potensi Kampung Lontong Surabaya

    22 November 2024
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    INFO TERBARU

    Surabaya Tampilkan Pesona Laser Air Mancur di Malam Keakraban Munas VII APEKSI

    9 May 2025

    Inovasi Kedai Kopi Digital UB Angkat Daya Saing Desa Wisata Kopi Banyuwangi

    3 May 2025

    Hari Kartini, Aston Madiun dan KKI Gelar Nguri-Uri Budhoyo Usung Pesona Pengantin Adat Yogyakarta

    29 April 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Jadi Pilihan Favorit Staycation Saat Lebaran 2025

    7 April 2025

    72.500 Wisatawan Kunjungi KBS Saat Libur Lebaran, Target 100 Ribu Pengunjung

    6 April 2025

    Mojotirto Festival 2025, Momentum Refleksi dan Pelestarian Air di Mojokerto

    23 March 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Gelar Earth Hour 2025, Matikan Lampu Satu Jam untuk Bumi

    22 March 2025

    Sambut Ramadan, Pemkot Surabaya Hiasi Kota dengan Ornamen Bernuansa Timur Tengah

    3 March 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Tentang Kami
    • Iklan
    • Komunitas
    • Video
    • Surabaya
    • Indonesia
    • Kontak
    • Arsip
    © 2025 eastjavatraveler.com | stunning east java

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.