Close Menu
eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Indonesia Keren!
    • Beranda
    • Travel
    • Cinderamata
    • Kuliner
    • Hotel dan Resto
    • Seni Budaya
    • Gaya Hidup
    • Profil
    • News
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Home»Profil»Heri Lentho Kibarkan Semangat Kesatria Dalam Berkesenian
    Profil

    Heri Lentho Kibarkan Semangat Kesatria Dalam Berkesenian

    Abdul RahmanBy Abdul Rahman18 August 2015Updated:18 August 2015
    Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Menjadi pribadi yang mencintai bangsa dan tanah air Indonesia, bisa dibuktikan melalui banyak hal. Misalnya saja menjadi seorang seniman. Heri Prasetyo atau Heri Lentho. Pria asal Malang ini, salah satu dari sekian banyak seniman tanah air yang konsisten menyerukan ide-ide Merah Putih lewat karyanya. Berbekal bakat menari, pria kelahiran 13 Mei 1967 ini, banyak menciptakan koreografi dan mendapatkan penghargaan.

    Karya pertamannya berjudul “Lentho” dibawakan tahun 89-an, dengan iringan puisi “Generasi Gagap” milik WS. Rendra. Karya yang bertujuan untuk mengkritik perilaku mahasiswa yang cuek terhadap sosial masyarakat waktu itu.

    Tak disangka, judul itulah yang akhirnya melekat pada namanya. “Sejak pertunjukan itu saya dipanggil Heri Lentho. Sebelumnya memang di kampungku sana, dipanggil Lentho (sejenis makanan). Aku sendiri gak suka makan Lentho, tapi sekali makan kok banyak. Akhirnya dipanggil Lentho itu,” ungkap pria berkepala botak ini.

    Karya Lentho, disusul dengan beberapa karya lain seperti Kedok (1990), Wadam (1991), Dwi Oknum (1995), dan masih banyak lagi.

    Meskipun di masa itu segala bentuk demo dan protes terhadap pemerintahan sangat dibatasi, tapi mantan mahasiswa IKIP Surabaya ini tak habis akal. Ia menemukan gerakan kesenian yaitu Demo Tari. Demo Tari, yang digagas Heri Lentho pada akhirnya bisa mengeluarkan kelompok mahasiswa ke jalan untuk aksi, dibelakang pertunjukan tari yang dibawakannya. Gerakan kesenian itu kini banyak ditiru dengan sebutan Happening Art.

    Tak hanya itu, Heri Lentho pun aktif di organisasi dan acara-acara kesenian daerah, misalnya Festival Topeng Muludan di Surabaya, Surabaya Juang, dan Citraland Superfest Surabaya.

    Seniman Berjiwa Kesatria
    heri lento2Darah seninya lahir dari keluarga bekas gerilyawan. Sang ibu yang bekerja sebagai juru masak di salah satu rumah keluarga Cina, juga merangkap tugas sebagai pemeriksa tiket pertunjukan wayang orang di Gedung Flora Malang, milik majikannya. Sang ibu sering menggerak-gerakkan tangan Heri Lentho kecil mengikuti irama Kiprahan wayang orang itu. “Mungkin dari sana, darah kesenian saya bermula,” ujarnya mengenang.

    Selain jiwa kesenian, Heri Lentho banyak belajar tentang kedisiplinan, rasa tanggung jawab, dan mandiri, dari sosok sang paman. Saat bertugas sebagai pejuang, mata sang paman terkena mortir, sehingga mengalami kebutaan. Heri Lentho kecil bertugas menemani sang paman melakukan aktivitasnya sehari-hari. “Dia kalau bekerja, aku harus menuntun. Upahnya, aku dikasih lagu-lagu grilya. Paman sebagi pejuang Veteran juga tidak mau mengurus administrasi agar dapat tunjangan, dia bilang perjuang kok pamrih, itu salah satu yang tertanam dibenak saya. Keteladanan ibu dan pamanku itu yang mewarnai nilai-nilai ekspresi selama jadi seniman,” terang anak terakhir dari tujuh bersaudara ini.

    “Seniman juga seniman, tapi dia harus memilih jiwanya itu. Kalau saya memilih jiwa kesatria. Kan ada seniman yang gak jelas posisi jiwanya dimana. Jiwa kesatria harus berani menghadapi sesuatu, jelas, tegas, disiplin buat saya itu, itu yang penting.” Imbuhnya dengan nada serius.

    Keseriusannya dibidang seni membuat laki-laki yang gemar memakai baju batik ini, sangat pantas jadi teladan. Banyak prestasi yang telah dicapai, misalnya pada tahun 2014, ia menerima penghargaan dari Kementerian Pariwisata Republik Indonesia untuk katagori kreator seni pertunjukan. Di tahun 2015 ini, ia mendapat undangan dari Tadashi Suzuki, Sutradara Suzuki Company Of Toga (SCOT), untuk menampilkan pertunjukan kesenian daerah di Toga Festival, Jepang. Heri Lentho mengaku akan membawakan koreografi berjudul Topeng Bang-Tih (abang-putih) atau dalam Bahasa Indonesia yang berarti merah-putih. Prestasi yang ia torehkan itu tentunya membanggakan bagi Negara Indonesia.

    naskah dan foto : pipit maulidiya | istimewa

    Share. Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Info Lainnya

    Bikin Bangga, Mahasiwa Unair ini Promosikan Seni Budaya Indonesia di Malaysia

    26 January 2023

    Bikin Bangga Jatim, Adinda Cresheilla Raih 3rd Runner Up Miss Supranational 2022

    21 July 2022

    Ini Dia, Pastry Chef Baru dari Aston Madiun

    14 September 2021
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    INFO TERBARU

    Surabaya Tampilkan Pesona Laser Air Mancur di Malam Keakraban Munas VII APEKSI

    9 May 2025

    Inovasi Kedai Kopi Digital UB Angkat Daya Saing Desa Wisata Kopi Banyuwangi

    3 May 2025

    Hari Kartini, Aston Madiun dan KKI Gelar Nguri-Uri Budhoyo Usung Pesona Pengantin Adat Yogyakarta

    29 April 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Jadi Pilihan Favorit Staycation Saat Lebaran 2025

    7 April 2025

    72.500 Wisatawan Kunjungi KBS Saat Libur Lebaran, Target 100 Ribu Pengunjung

    6 April 2025

    Mojotirto Festival 2025, Momentum Refleksi dan Pelestarian Air di Mojokerto

    23 March 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Gelar Earth Hour 2025, Matikan Lampu Satu Jam untuk Bumi

    22 March 2025

    Sambut Ramadan, Pemkot Surabaya Hiasi Kota dengan Ornamen Bernuansa Timur Tengah

    3 March 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Tentang Kami
    • Iklan
    • Komunitas
    • Video
    • Surabaya
    • Indonesia
    • Kontak
    • Arsip
    © 2025 eastjavatraveler.com | stunning east java

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.