Alunan musik gamelan terdengar riuh dari Punden Singoyudan, seirama dengan gending-gending yang dibawakan dalam langgam jawa oleh para sinden. Sesekali, mereka melempar senyum ke arah penonton yang memadati halaman depan Pendopo Agung Mbah Singo Joyo, sebagai pertanda, awal dimulainya gelaran acara Sedekah Bumi di desa Made, kecamatan Sambikerep, Surabaya, Minggu pagi (25/10).
Peserta arak-arakan dari penjuru desa pun mulai turun ke jalan, atraksi kesenian reog tampil sebagai garda terdepan, diikuti barisan tumpeng-tumpeng raksasa atau gunungan hasil kreasi warga yang dirakit menyerupai hewan ternak berbalut hasil panen seperti mentimun, terong, kacang panjang, cabai, tomat serta buah-buahan. Mereka berbondong-bondong menuju Pendopo Agung Bumi Mbah Singo Joyo.
Tak hanya itu saja, desa yang kurang lebih dihuni oleh 1000 kepala keluarga, dengan 80 persen warganya berprofesi sebagai petani ini, oleh perangkat desa memang diwajibkan membawa tenong berisikan makanan dan hasil panen menuju Punden Singoyudan. Sebagai bentuk rasa syukur terhadap Sang Pencipta, disamping sebagai ajang melestarikan budaya yang sudah dibangun para leluhur, serta menjalin tali silaturahmi sebagai upaya mempererat jalinan persaudaraan antar warga.
Sesampainya di lokasi punden, warga yang sebelumnya membawa sesaji lantas melakukan doa bersama yang dipimpin langsung oleh tetua adat desa Made. Selepas doa, warga yang sebelumnya sudah berjubel di sekitar lokasi, langsung merangsek dan berebut sesaji.
Beberapa warga pun ada yang nekad memanjat gunungan setinggi tiga meter hanya untuk mendapatkan hasil panen dari tanah Made.
Pada tahun ini, gelaran tahunan yang diselenggarakan tiap bulan Syuro pada penanggalan jawa oleh desa Made ini, mendapat apresiasi dari Pemerintah dan DPRD Kota Surabaya. Melalui bantuan Dinas Pariwisata Kota Surabaya, kegiatan Sedekah Bumi kali ini turut diperlombakan.
Disamping acara Arak-arakan Kirab Tumpeng dan Ruwatan Bumi, dalam upaya menyemarakan acara Sedekah Bumi juga di gelara Gulat Okol, yang diikuti oleh warga baik tua, muda, anak-anak, pria bahkan wanita. Ajang ini mampu menyedot ratusan pasang mata yang datang kala itu.
Pada malam harinya, sebagai penutup rangkaian kegiatan Sedekah Bumi tahun ini, akan ditutup oleh penampilan kesenian ludruk asli desa Made.
naskah dan foto : rangga yudhistira