Lelahnya perjalanan 28 kilometer arah selatan dari pusat Kota Tulungagung menuju Pantai Popoh, terbayar kala sudah sampai di sana. Sebuah keindahan terlihat dari atas, tepatnya di jalur menuju Pantai Popoh, Desa Besulih, di kilometer pertama.
Puluhan perahu nelayan bersandar di tepi pantai. Bergerak pelan, seperti asyik menyaksikan birunya air laut yang menghampar. Agak menjorok ke daratan, pepohonan berdiri rindang. Melebur dalam lalu lalang orang di sana yang sibuk melakukan aktifitas rutin.
Siang itu, Pantai Popoh memang ramai. Ada yang sibuk menawarkan makanan ikan bakar di warung, ada yang menawarkan barang kerajinan berbahan onyx, ikan laut mentah, bahkan ada yang tak berhenti menawarkan paket wisata bahari.
Pantai Popoh terletak di jalur laut selatan atau Samudera Indonesia. Tepatnya berada di Desa Besulih, Kecamatan Besuki, Kabupaten Tulungagung. Pantai yang berada di sekitar 176 meter dari permukaan laut (mdpl) ini, dikelola langsung oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung. Sedangkan beberapa area hutan yang terdapat di sekitar pantai, berada di bawah kelola pihak perhutani setempat.
Potensi alam yang ditawarkan di Pantai Popoh mulai terlihat sejak tahun 1980-an. Kala itu, Pemerintah Kabupaten Tulungagung berupaya mengembangkan Pantai Popoh dengan menambah sejumlah sarana dan prasarana.
Tahun 1986-an pengelolaan diberikan pada PT. Sutra Bina Samudera, hingga tahun 2006. Setelah itu dan hingga saat ini, Pantai Popoh kembali di bawah pengelolaan Pemkab Tulungagung, dalam hal ini berada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung. Bersamaan dengannya, pantai ini ditetapkan dengan nama Pantai Indah Popoh (PIP).
Pantai Teluk Terlengkap
Pantai Popoh adalah pantai alam berbentuk teluk (pantai teluk) di pesisir Laut Selatan (Samudera Indonesia). Tak heran jika ombaknya yang terbilang biasa-biasa saja, mampu memberikan rasa nyaman, aman, dan rasa rindu untuk datang kembali.
Di sisi lain, Pantai Popoh juga mempunyai pesona dan kekhasan tersendiri. Etalase yang dimiliki, jarang ditemui di pantai-pantai lainnya. Seperti kombinasi batu karang, rindangnya pepohonan, serta perbukitan yang mengelilingi pantai.
Di beberapa sudut, pengunjung juga dimanjakan lengkapnya fasilitas publik, seperti penginapan, pendopo agung, areal parkir luas, kios souvenir dan asesoris, rumah makan, warung telekomunikasi, arena bermain anak-anak, dan panggung kesenian terbuka.
Bagi para wisatawan yang suka berlama-lama menikmati panorama laut pantai selatan, bisa duduk di view post atau gardu pandang. Di bagian ini kita dapat memandangi Pantai Sidem dan Terowongan Niyama, keduanya berada di sebelah barat Pantai Popoh. Belum lagi memandangi bukit-bukit pegunungan batu marmer yang banyak terdapat di desa setempat.
Sensasi lain yang tak kalah menarik, ada pada pasar ikan yang dikenal dengan nama Tempat Pelelangan Ikan (TPI) KUD Minakarya. Khusus pada bulan Januari sampai September, musim panen hasil laut tiba. Tempat inipun menjadi sasaran wisatawan dan warga sekitar untuk berburu ikan segar.
Seperti yang dikatakan Yuli Anggraeni, wisatawan asal Blitar. Pada EastJava Traveler ia mengatakan, biasanya, selain untuk tujuan berwisata, kedatangannya juga karena ingin membeli ikan laut yang ada di tempat pelelangan ikan Pantai Popoh. “Apalagi macamnya banyak dan harganya pun relatif murah,” imbuhnya.
Mulai pagi menjelang, TPI KUD Minakarya nampak ramai dengan transaksi jual beli. Dari obrolan mereka nampak adanya perpaduan dua budaya, Madura dan Jawa. Menurut keterangan Widi Astuti, pengurus TPI KUD Minakarya, penduduk setempat selain mencari ikan sendiri, juga terkadang membeli dari para nelayan yang datangnya dari Madura.
Ikan yang biasanya ada adalah ikan layur, udang, keting, rebon, tongkol, teri, cumi-cumi, dan masih banyak lagi. Harga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai dengan patokan harga Rp 3.000 per kilogram untuk layur, Rp 3.000 per kilogram untuk rebon (bahan trasi, Red), dan Rp 6.500 per kilogram untuk ikan tongkol. “Harga-harga itu bisa turun dan tergantung dari banyaknya yang dibeli,” ujar Choiruddin, 44 tahun, salah seorang penjual ikan di TPI KUD Minakarya.
Gambaran inilah yang senantiasa melekat di Pantai Popoh. Setiap hari, pantai ini tidak pernah sepi dari aktifitas orang-orang yang mencari nafkah. Semangat mereka menjadi pendukung dan bersanding dengan panorama laut yang khas saat berkunjung ke sana.
Dongkrak PAD
Sebagai salah satu kawasan andalan wisata di kabupaten yang memilki luas wilayah 1,055,65 kilometer persegi ini, raihan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang diperoleh dari Pantai Popoh terbilang cukup membanggakan.
Menurut Gatot Sulu Utomo, penanggung jawab kelola obyek wisata Pantai Popoh, di tahun 2007 lalu, Pantai Popoh memberikan kontribusi anggaran sebesar Rp 60 juta bagi PAD Kabupaten Tulungagung. “Dari jumlah itu berarti target yang diberikan telah terpenuhi, padahal kami ditarget sebesar Rp 40 juta,” kata bapak satu anak ini.
Pendapatan ini, selain berasal dari kekayaan sumber daya laut yang ada di sana, juga dari besarnya jumlah kunjungan wisatawan, baik domestik maupun mancanegara yang datang ke Pantai Popoh. “Jumlah pengunjung mencapai ratusan, belum lagi bila terjadi lonjakan pengunjung saat ada event tertentu,” ujar Gatot lagi.
Pada saat tertentu, Pantai Popoh kerap diwarnai berbagai event seni dan budaya. Seperti pertunjukan musik dangdut, pagelaran wayang kulit, jaranan, dan setiap Bulan Suro (Muharam) diselenggarakan upacara Labuh Semboyo.
Kelebihan lain dari potensi wisata Pantai Popoh, tersedia paket wisata bahari mengitari Pantai Popoh, dengan naik speed boat atau perahu motor. Wisatawan diajak mengelilingi tepian pantai hingga melewati Pantai Sidem, Terowongan Niyama sebagai salah satu peninggalan bersejarah di masa penjajahan Jepang, lalu ke tengah lautan menuju ke Pantai Pasir Putih Coro, yang juga sedang digarap sebagai jujukan wisata.
Melihat perolehan yang cukup positif itu, Pemkab Tulungagung berupaya keras untuk terus mengembangkan pengelolaan, dan pembenahan beberapa fasilitas yang ada di sana. Drs. Eko Handayanto, MM., Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tulungagung menegaskan, Kabupaten Tulungagung sangat serius dalam membangun wisata Pantai Popoh. “Pantai popoh tak hanya mendukung dari segi panoramanya saja, melainkan juga pada tradisi seni budaya dan aktifitas masyarakatnya,” paparnya.
Mengetahui potensi ini, maka dalam sekejap saja Pantai Popoh terlihat lebih cantik, terbukti dengan adanya pembenahan tempat pelelangan ikan, sarana penginapan, dan sebagainya. “Tidak tanggung-tanggung dalam pengembangan ini kami juga mengajak beberapa staf ahli dari Universitas Brawijaya Malang,” tambahnya.
Tidak hanya getol pada pembenahan di sektor area wisata Pantai Popoh, akses menuju ke sana juga dipersolek hingga layak dilalui bagi para wisatawan. Anggaran hingga ratusan juta pun telah dipersiapkan guna terciptanya fasilitas bagi publik yang memadai. Bahkan di dekat situ, tepatnya di Desa Sidem juga dibangun beberapa tempat hunian bagi warga setempat, dengan tujuan agar lebih aman dari ancaman bahaya bencana tsunami. (naskah/foto:m.ridlo’i)