Membahas ikon Malang tempo doeloe, juga tidak lepas dari bangunan tempat ibadah umat muslim satu ini yang berdiri di Jalan Merdeka Barat No 3, atau di sebelah barat Alun-Alun Kota. Yaitu Masjid Jami’ Malang. Tempat ini merupakan salah satu ikon bersejarah yang ada di kota ini.
Berdasarkan informasi yang diberikan salah seorang takmir di masjid ini, Drs.H. Moch. Effendi, Masjid Jami’ berdiri pada tahun 1875 Raden Bagoes Mohamad Sarib yang merupakan Bupati Malang pada saat itu, setelah melalui proses yang cukup panjang, selama kurang lebih delapan tahun. Terbaca dalam prasasti masjid yang ada pembangunan besar terjadi dua tahap.
Tahap pertama pada tahun 1890 terbentuk bangunan berdenah bujur sangkar berstruktur baja dengan atap tajug tumpang dua. Bangunan tersebut sebagai bangunan induk yang dipertahankan sampai sekarang. Karena adanya tuntutan kebutuhan, kemudian dibangun sebuah bangunan di depan bangunan aslinya. Tahap kedua dibangun tahun 1903 yang juga berdenah bujur sangkar dan berstruktur kayu serta memiliki atap tajug tumpang tiga.
Selama perjalanannya, Masjid Jami’ telah mengalami berbagai macam pemugaran. “Meskipun renovasi dilakukan berulang-ulang, renovasi tidak pernah merubah bentuk aslinya, hanya menambah lebar dan tingginya saja,” terang pria yang akrab dipanggil Effendi itu.
Hingga sampai saat ini bangunan asli itu masih dipertahankan keberadaannya. Bila ditinjau dari bentuknya, Masjid Agung Jami’ Malang mempunyai dua gaya arsitektur, yaitu arsitektur Jawa dan Arsitektur Arab. Gaya arsitektur Jawa terlihat dari bentuk atap masjid bangunan lama yang berbentuk tajug. Sedangkan gaya arsitektur Arab terlihat dari bentuk kubah pada menara masjid dan juga konstruksi lengkung pada bidang-bidang bukaan (pintu dan jendela).
Di dalam bangunan utama masjid terdapat empat buah tiang besar yang terbuat dari kayu jati. Empat pilar ini bermakna empat sifat Nabi Muhammad SAW, dan 20 tiang atau kolom yang bentuknya dibuat mirip dengan kolom aslinya. Tiang sejumlah 20 ini bermakna 20 sifat wajib Allah SWT. Selain itu terdapat kaligrafi yang dimana menyebutkan dari sahabat nabi dan khalifahnya.
Jujukan Wisatawan
Dalam perjalanannya, karena letaknya yang sangat strategis didukung dengan fasilitas yang terdapat di masjid begitu lengkap. Membuat keberadaan Masjid Jami’ ini kerap jadi jujukan masyarakat, dalam hal ini adalah wisatawan dari luar Kota Malang. Baik untuk melaksanakan sholat maupun sekadar istirahat sejenak sambil menikmati keindahan arsitektural masjid.
Seperti yang diakui Zubaidah, warga asal Bangkalan Madura. Siang itu ia datang bersama rombongan dari Madura, dan singgah di masjid ini. “Selain menikmati keindahan Alun-alun Kota Malang, juga kedatangan kami kemari adalah juga untuk menikmati keindahan masjid ini,” ujar wanita berusia 37 tahun ini.
Di Masjid Jami’ selain cocok jadi tempat yang representatif untuk singgah atau menjalankan ibadah di Kota Malang, di dalamnya juga konon dipercaya masyarakat memiliki tempat yang disakralkan. “Pada dasarnya seluruh bagian bangunan Masjid Agung Jami’ Malang mulai batas suci adalah sakral,” ujar salah seorang takmir masjid.
Hal tersebut tersirat dengan adanya perbedaan peil lantai yang terlihat mencolok, di mana bagian lantai bangunan yang sakral kurang lebih 105 cm dari muka tanah bangunan di sekitarnya. Di bagian mihrab (tempat imam) lebih sakral lagi, hal ini tersirat dengan peninggian peil lantai pada bagian tersebut. Bahkan sampai sekarang di belakang mihrab masih ada beberapa makam leluhur pendiri masjid.
naskah/foto : ogie satrya w