Beragam bentuk kerajinan tangan menghiasi dinding ruang tamu salah satu rumah di kampung Jambangan, Surabaya. Mulai dari bunga dengan bermacam bentuk dan warna, taplak meja, topi, tas, lampion, sampai puluhan baju.
Rumah pasangan Sutrisno (41) dan Lusiani (41) ini, memang penuh dengan kreasi kerajinan tangan. Tapi siapa sangka, saat dilihat secara seksama, bahan utama ratusan bentuk kerajinan itu terbuat dari barang bekas, alias sampah rumah tangga.
Ada yang terbuat dari bekas kantong plastik, botol bekas, koran, dan sedotan minuman. “Kalau bunga-bunga itu (sambil menunjuk puluhan bunga di dalam pot), terbuat dari botol plastik,” ujar Lusiani menjelaskan.
Meskipun berbahan utama barang bekas alias sampah, kreasi kerajinan daur ulang ini tampak indah berkat tangan terampil Lusiani dan dua orang karyawannya. Sampah kertas, plastik, dan botol melewati bermacam tahap untuk bisa dijadikan barang mewah. Dikatakan mewah, karena setiap kerajinan daur ulang Lusiani tidak hanya sebagai pajangan di rumah, tapi juga menghasilkan uang.
“Untuk satu bunga dari plastik ini, kita hargai lima ribu satu tangkai,” jelas Lusiani sembari menunjukkan bunga hasil daur ulangnya.
Bisa dikatakan terjangkau, rumah produksi Tris Flower milik Lusiani menjual kreasi daur ulang dengan harga kisaran lima ribu rupiah, sampai Rp 700rb. Bagi yang ingin menyewa baju untuk keperluan fashion show, karnaval, atau acara lainnya, anda cukup membayar sebesar Rp 50rb sampai Rp 100rb saja.
Usaha daur ulang sampah ini, dikerjakan Lusiani sejak tahun 2006 silam. Berawal dari inovasi program pemilahan sampah di pemukiman Jabangan, ia turut aktif mengikuti kegiatan sadar sampah.
Rumah produksinya yang berada di Jalan Jambangan III SD/23 Surabaya ini, tak lagi kesulitan untuk mendapatkan sampah sebagai bahan kreasi kerajinan. Karena, setiap RT (rukun warga) pemukiman Jambangan telah tersedia Bank Sampah. Tak jarang, tetangga dan anak-anak sekolah menawakan botol, plastik, dan kertas bekas padanya secara langsung, “sekarang anak-anak sekolah itu nggak sembarangan buang sampah, mereka simpan dan jual ke kita untuk tambahan uang saku,” terang Sutrisno.
Selain menjual dan menyewakan kreasi daur ulang, Lusiani melayani kunjungan dan undangan pelatihan. Anda hanya perlu mengganti biaya bahan baku yang akan digunakan.
Sejauh ini, usaha Lusiani untuk tetap mempertahankan kreasi daur ulang sampah dipandang cukup bagus. Pasalnya, ditengah mundurnya para pengrajin daur ulang sambah Jambangan, ia tetap bertahan. Ibu satu anak ini pun seringkali mendapat kunjungan dari wisatawan lokal dan asing yang tertarik untuk melihat ketrampilannya mendaur ulang sampah.
naskah dan foto : pipit maulidiya