Bentuk bangunannya masih ada meski tak lagi utuh dan tampak berserak. Namun, sejarah yang terukir masih menarik untuk digali hingga kapanpun.
Sebagai kawasan yang dulu merupakan wilayah kerajaan, Kabupaten Kediri memilki banyak peninggalan bersejarah. Dari sekian banyak deret nama itu ada Candi Surowono.
Surowono merupakan sebuah bangunan candi yang memperkaya aset budaya di Kabupaten seluas 1.386,05 kilometer persegi itu. Peninggalan suci Kerajaan Majapahit dengan latar belakang agama Hindu ini berada di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Propinsi Jawa Timur.
Pare, terletak 28 kilometer sebelah timur laut dari Kota Kediri, atau 120 kilometer barat daya Kota Surabaya. Pare berada pada jalur Kediri – Malang dan jalur Jombang – Kediri serta Jombang – Blitar.
Menuju ke lokasi candi ini tidaklah mudah bagi yang masih belum pernah ke sana. Karena keberadaannya yang jauh dari jalan utama Kota Pare, dan jalur ke sana juga belum dilengkapi petunjuk jalan yang jelas. Meski ada sebuah penunjuk lokasi di jalur utama kota. Tapi selepasnya belum seberapa membantu wisatawan.
Akan tetapi kebingunan itu tersingkirkan dengan keindahan lanskap pedesaan menuju ke sana. Seperti yang dirasakan EastJava Traveler saat ke Kediri dan mampir ke Candi Surowono. Sawah menghampar, kolam pembibitan ikan milik warga setempat, hawa segar, dan ditambah sapa akrab masyarakat di Desa Canggu dan sekitarnya menjadi daya tarik tersendiri.
Sampai di lokasi, pandangan langsung tertuju pada bongkahan batu-batu andesit yang tertata rapi di halaman candi. Memanjang dan berjajar seolah tanpa arti. “Itulah adalah bekas bangunan candi yang telah lama runtuh. Seperti pada bagian atap yang sudah runtuh dan tak berbentuk lagi,” kata Sentani, salah seorang petugas di Candi Surowono.
Ya, memang bentuk bangunan candi ini seperti adanya sekarang, yang utuh hanya tinggal kaki dan tubuhnya. Bagian atapnya juga sudah rusak dan runtuh. Padahal, candi ini dibangun dengan menggunakan batu andesit berpori, dan bagian pondasinya menggunakan batu bata merah sedalam 30 centimeter dari permukaan tanah dengan orientasi arah menghadap ke barat.
Candi Surowono diperkirakan dibangun pada abad ke 15, sekitar tahun 1400 Masehi. Menurut beberapa pakar arkeologi candi ini merupakan pendharmaan dan tempat bersuci Bhre Wengker atau dikenal dengan nama Raja Wengker, salah satu raja fatsal atau bawahan di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, Kerajaan Majapahit.
Asumsi para arkeolog ini berdasarkan pada catatan yang ada di dalam Kitab Negarakertagama. Dalam kitab itu diceritakan biasanaya pendarmaan dilakukan setelah 12 tahun seorang raja meninggal dunia, setelah dilakukan upacara Srada. Dan, diketahui jika Raja Wengker meninggal pada tahun 1388 Masehi, atau 12 tahun sebelum dibangunnya Candi Surowono.
Relung Arjuna
Bila dilihat sekilas bentuk bangunan Candi Surowono berdenah bujur sangkar, berukuran 7,8 meter X 7,8 meter dan tinggi 4,72 meter. Secara vertikal arsitekturnya terdiri dari bagian kaki dan tubuh yang juga terbuat dari batu andesit.
Candi ini memiliki banyak keunikan dari segi arsitektur maupun relief, yang menggambarkan cerita Arjuna Wiwaha, Bubhuksah, Gagang Aking, dan Sri Tanjung. Relief Arjuna Wiwaha begitu dominan dengan berbagai bingkai, tetapi di beberapa tempat itu terganggu oleh Sri Tanjung Bubuksha dan cerita yang muncul di sudut pada panel vertikal. Panel yang dianggap bagian dari awal cerita sampai diidentifikasikan 1939.
Sedangkan pada keempat sudutnya terdapat relief raksasa Gana duduk jongkok dengan tangan menyunggi ke atas seakan mendukung Prasawyapatha. Di bagian kaki terdapat relief binatang dan cerita tantri. Relief itu berupa lembu dan buaya, burung dengan yuyu, singan dengan petani, dan lainnya.
Kemudian di masing-masing sisi terdapat tiga panil (penyekat ruang terbuat dari papan tipis, red) relief. Sebuah panil besar diapit dua panil kecil. Semuanya menghadap barat daya dengan berelief cerita Arjuna Wiwaha.
Sementara itu pada sisi bagian tubuh candi, karena berlatar agama Hindu maka terdapat hiasan berupa tonjolan-tonjolan bunga teratai (Padma).
Mengetahui Candi Surowono kaya akan cerita sejarah membuatnya kerap dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Alasan lain saat wisatawan datang ke sana, selain melihat bentuk bangunan candi. Di sekitar atau masih didekat lokasi candi dapat ditemui kolam pemandian yang memiliki tujuh terowongan terletak pada tempat yang berbeda.
Pada terowongan ini kita dapat menikmati view pemandangan alam sekitar yang cukup mempesona. Tak jarang juga, para pengunjung mencoba menikmati panorama bawah tanah yang terdapat dalam tujuh terowongan tersebut.
Seperti yang diutarakan Sudirman, 38 tahun, saya datang ke Surowono bisa dibilang lumayan sering. Karena saya meyakini di sini tempat sakral dan penuh berkah. “Apalagi setelah dari melihat-lihat candi terus mandi di kolam sambil melihat terowongan itu,” ujar bapak satu anak asal Pagu, Kediri ini.
Sedangkan menurut Sentani, sumber EastJava Traveler keberadaan kolam dan terowongan itu jadi sebuah cerita dengan bangunan Candi Surowono. “Konon, ada yang bilang kolam itu dulunya jadi tempat pemandian para selir kerajaan, sedangkan terowongan adalah jalan pintas dari candi menuju kolam pemandian. Tapi entah kebenarannya,” tuturnya.
naskah dan foto : m. ridloi
2 Comments
wow…. nice postingan. Dulu saya sempet ke sana.. sudah lama juga, 2 thn yang lalu. Jadi kangen sama Pare lagi.
mantapz ceritanya..