Memiliki kehidupan mapan, bukan hanya sekedar impian. Dengan modal akal dan keyakinan semuanya akan menjadi kenyataan. Begitu agaknya pesan yang ingin disampaikan Sapto Anggoro, CNO merdeka.com (Kapan Lagi Network) dalam salah satu diskusi, yang membahas buku karya jurnalisnya, Mantra Justru.
Cerita hidupnya bermula dari kegagalan menggapai cita-citanya menjadi TNI (Tentara Nasional Indonesia), Sapto muda sedikit demi sedikit bangkit menyusun kisah hidup yang lain. Jauh dari angan-angan sebelumnya.
“Saat saya gagal, orang tua saya bilang ‘wah gak apa-apa kamu tetap saya doakan agar mendapat pekerjaan bagus’,” kisahnya menirukan ibu dan ayahnya.
Menjadi tukang cuci cetak foto, kesibukan sehari-hari berada di pinggir jalan, membawa Sapto menghayal banyak keinginan.
“Saya juga gitu dulu, sering ada orang lewat bawa motor, pakai mobil, wah enak ya. Karena saya nggak punya waktu itu,” tutur laki-laki kelahiran 4 Oktober 1964 ini.
Tapi pekerjaan itu harus terhenti. Sapto muda mendapati tukang cuci cetak foto yang lebih canggih darinya, karena menggunakan mesin, dan waktu yang dibutuhkan hanya satu jam. Anak ketujuh dari 11 bersaudara ini mengambil langkah cepat, ia berpikir jika pekerjaan yang dia lakukan tidak lagi cocok dengannya. Karena telah digantikan mesin.
“Saya tinggalkan pekerjaan itu. Saya pikir, pekerjaan apa yang tidak mudah tergantikan? wartawan misalnya, karena menulis tidak mudah digantikan, sebab pakai intelektual tidak semua orang bisa menulis. Maka sekolahlah saya di sekolah wartawan,” paparnya.
Setelah lulus, wartawan adalah profesi yang dilakoninya. Mengisi kolom demi kolom lembaran kertas koran Surabaya Pos kala itu. Sudah banyak pengalaman menjadi wartawan koran, ditengah karirnya, Sapto mendapat tawaran lain. Yaitu bekerja sebagai wartawan media online. Meskipun gaji yang tak sebanding dengan perusahaan sebelumnya, Sapto putuskan untuk beralih mendalami media elekronik.
“Awalnya saya di media cetak, tapi kemudian saya ditawari di media online. Saya meyakini dunia online dunia internet adalah dunia masa depan,” ungkapnya.
Apa yang diusahakan Sapto, terjawab sudah. Kegagalannya membawa pria asal Jombang ini, mantap untuk terus memperjuangkan yang ia inginkan. Dibuktikan, berangsung tahun, namanya diangkat menempati posisi penting dalam perusahaan media elektronik ternama.
“Sebelumnya saya menjadi karyawan, awalnya wartawan kemudian dipindahka ke GM Sales. Saya harus be;ajar banyak, termasuk saya sekolah di manajemen, dengan asumsi bisa mengerti apa sih manajemen itu. Saya belajar manajemen, saya tau bagaimana caranya menjalankan perusahaan. Diperusahaan yang sama, saya tidak hanya dipercaya sebagai manager sales tapi juga naik Manager SDM, Manager Umum, Vice President, terakhir sebelum keluar saya jadi Director Oprasional detik.com,” ujarnya.
Tidak Pernah Menolak Pekerjaan
Sapto punya prinsip yang bisa dijadikan teladan oleh generasi muda saat ini. Keyakinannya dalam menggapai sukses, dipercaya Sapto karena ia tidak pernah menolak sebuah tawaran pekerjaan.
“Setiap pekerjaan saya terima, dan saya bilang coba saya lakukan. Kalau saya berhasil ya alhamdulillah, kalau saya tidak berhasil ya saya sampaikan kalau saya nggak bisa. Saya yakin setiap orang bisa melakukan semuanya. Kalau orang lain memberikan tugas, itu berarti orang itu percaya kita bisa melakukannya. Bukan berarti saat diberi tugas, kita lakukan seadanya. Kalau saya, akan meningkatkan kemampuan, banyak baca, banyak belajar, untuk melengkapi kekurangan yang saya miliki. hampir yang semua saya lakukan berhasil,” ungkapnya.
Kini Sapto sudah bisa merasakan kenikmatan atas usahanya. Dia adalah CO Founder Media Monitoring Kapanlagi network, Sekaligus Direktur Conten Strategi atau Chiv and Comunity News Room Officer.
Pengalamannya saat berpindah-pindah jabatan, membuatnya belajar banyak menjalankan suatu perusahaan.
Banyak pesan yang disampaikan Sapto pada generasi muda bangsa, dengan tegas dia berkata, “tentukan goal hidupmu apa, kalau kamu sudah tentukan goal hidupmu maka kamu akan tau arah yang akan kamu lakukan kemana,” tuturnya berpesan.
Menjadi pebisnis sukses kini, ia tak melupakan tugasnya sebagai orang yang bermanfaat bagi orang lain. Ia mendirikan sebuah padepokan ASA, di Kaliurang Jogjakarta. “Saya bikin diskusi gratis, mengundang anak-anak muda Jogja untuk dilatih ITC, enterprenership, dan jurnalistik,” tutupnya.
naskah : pipit maulidiya | foto : rangga yudhistira