Close Menu
eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Indonesia Keren!
    • Beranda
    • Travel
    • Cinderamata
    • Kuliner
    • Hotel dan Resto
    • Seni Budaya
    • Gaya Hidup
    • Profil
    • News
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Home»Traveling»Jejak Rapuh Sang Gubernur Jenderal
    Traveling

    Jejak Rapuh Sang Gubernur Jenderal

    Hendro D. LaksonoBy Hendro D. Laksono27 September 2018Updated:27 September 2018
    Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Hari beranjak siang saat awak eastjavatraveler.com datang ke benteng ini. Puluhan pengunjung, sebagian sepertinya sudah datang sejak pagi, berjalan riang di lorong dan halaman bangunan tua yang terletak di Kelurahan Pelem, Kecamatan Ngawi, Kabupaten Ngawi ini.

    Sesekali mereka tertawa lepas, mengabadikan momen bersama, lalu kembali berjalan entah kemana. Sebagian kemudian berbelok ke salah satu sudut, mencari minuman segar di sebuah kedai.

    Di lorong pintu masuk dan dinding gedung utama, nampak banner raksasa bergambar si pendiri benteng, Johannes Graaf Van den Bosch. Sesuai namanya, bangunan tua ini pun diberi nama Benteng van den Bosch.

    Johannes Graaf Van den Bosch adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda yang ke-43. Lelaki yang lahir di Herwijnen, Lingewaal, 1 Februari 1780 ini memerintah pada tahun 1830 hingga 1834.

    Dalam sejarah Indonesia, namanya lekat dengan tanam paksa atau cultuurstelsel. Ditulis Wikipedia, tanam paksa adalah strategi untuk menambah kas pemerintah kolonial maupun negara induk Belanda yang kehabisan dana, karena peperangan di Eropa maupun daerah koloni. Utamnya di Jawa dan Sumatera.

    Benteng van den Bosch, akrab pula disebut Benteng Pendem, memiliki ukuran bangunan 165 meter x 80 meter. Bangunan yang kini nyaris tak beratap itu dibangun di atas lahan seluas 15 hektar. Meski dikelilingi sungai kecil dan pepohonan, benteng ini terkesan tandus.

    Hanya di dalam ruang-ruang benteng, kita dengan mudah menemukan pohon-pohon tua yang tumbuh begitu saja. Bentuk dahan dan akranya yang melingkar-lingkar memberi kesan mistis. Mungkin ini yang jadi alasan, sejak masuk di benteng, kita sudah diberi wanti-wanti agar tak melakukan hal-hal negatif.

    Untuk menjangkau benteng ini, kita bisa berangkat dari Kantor Pemerintah Kabupaten Ngawi yang jaraknya cuma 1 kilometer arah timur laut. Atau dengan mengikuti aliran Sungai Bengawan Solo, lalu menuju sudut pertemuannya dengan Sungai Madiun.

     

    Dari catatan yang ada, benteng ini dulunya dibangun dengan posisi lebih rendah dari tanah sekitar. Kesan ‘tenggelam’ ini yang kemudian melahirkan nama Benteng Pendem.

    Desain bangunannya yang tinggi, kokoh, dan tersembunyi, tentu saja berhubungan kuat dengan sejarah perlawanan nenek moyang kita. Yakni tokoh perlawanan Madiun, Bupati Kerto Dirjo, Adipati Judodiningrat di Ngawi, Raden Tumenggung Surodirjo, dan Wirotani, pengikut Pangeran Diponegoro.

    Ngawi yang kala itu jadi pusat perdagangan dan pelayaran di Jawa Timur, tumbuh menjadi pusat pertahanan Belanda di wilayah Madiun dan sekitarnya. Saat Ngawi jatuh pada 1825, bersamaan dengan dimulainya Perang Diponegoro, Pemerintah Hindia Belanda membangun benteng ini.

    Bersama Van Den Bosch, tak kurang dari 250 tentara Belanda bersenjata lengkap tinggal dan bertahan di sini.

    Seiring perjalanan waktu, Benteng Pendem mulai terkikis oleh jaman. Bangunan perkasa itu berdiri megah namun menyisakan kesan yang sangat rapuh. Bahkan beberapa tempat mulai runtuh. (naskah dan foto : hendro d. laksono)

    benteng pendem benteng van den bosch featured perang diponegoro wisata ngawi
    Share. Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Info Lainnya

    Liburan Imlek 2025, Pemkot Surabaya Siapkan Beragam Kegiatan Menarik di Kebun Raya Mangrove

    26 January 2025

    Stasiun Banyuwangi Kota Tampil dengan Sentuhan Arsitektur Osing

    7 January 2025

    Mahasiswa UNAIR Juara Pertama di Kompetisi BIP BCA, Angkat Potensi Kampung Lontong Surabaya

    22 November 2024
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    INFO TERBARU

    Surabaya Tampilkan Pesona Laser Air Mancur di Malam Keakraban Munas VII APEKSI

    9 May 2025

    Inovasi Kedai Kopi Digital UB Angkat Daya Saing Desa Wisata Kopi Banyuwangi

    3 May 2025

    Hari Kartini, Aston Madiun dan KKI Gelar Nguri-Uri Budhoyo Usung Pesona Pengantin Adat Yogyakarta

    29 April 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Jadi Pilihan Favorit Staycation Saat Lebaran 2025

    7 April 2025

    72.500 Wisatawan Kunjungi KBS Saat Libur Lebaran, Target 100 Ribu Pengunjung

    6 April 2025

    Mojotirto Festival 2025, Momentum Refleksi dan Pelestarian Air di Mojokerto

    23 March 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Gelar Earth Hour 2025, Matikan Lampu Satu Jam untuk Bumi

    22 March 2025

    Sambut Ramadan, Pemkot Surabaya Hiasi Kota dengan Ornamen Bernuansa Timur Tengah

    3 March 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Tentang Kami
    • Iklan
    • Komunitas
    • Video
    • Surabaya
    • Indonesia
    • Kontak
    • Arsip
    © 2025 eastjavatraveler.com | stunning east java

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.