Sudah ada aneka burung, ikan koi, tupai, udang dan kepiting tertata di atas meja. Rumput dan bunga sintetis turut menghiasi meja yang berhadapan dengan dapur Wok and Mok Restaurant, Yello Hotel tersebut. Uniknya, hewan-hewan tadi terbuat dari ukiran berbahan dasar buah dan sayuran.
Seluruh bagian tubuh burung merak, sayap dan ekor misalnya, dibuat dari pepaya. Begitu juga dengan tupai dan ikan koi. Sedangkan kaki burung, kepiting dan tupai, dibuat dari wortel. Ornamen lain seperti bunga dan daun yang turut memperindah taman buatan tersebut, dibuat dari semangka.
Karya seni tersebut, mafhum disebut Fruit carving atau ukir buah. Meski namanya ukir buah, bahan yang digunakan tidak melulu buah-buahan, tetapi juga sayur seperti cabe, kentang, tomat serta wortel. “Di luar negeri sudah banyak juga yang menggunakan es. Tapi, di sini masih sangat jarang,” ungkap Suprapto, salah satu pembuat fruit carving yang sedang dipamerkan tersebut, ketika ditemui usai acara Yello Fruit and Vegetable Carving.
Karya yang dipamerkan ini, dibuat oleh Indonesian Fruit Carving (IFC) Surabaya. Dimana, Suprapto, atau yang lebih dikenal dengan nama Rabbani Art, adalah pendiri sekaligus ketua di organisasi yang berdiri tahun 2015 lalu ini. Mereka, diundang oleh Yello Hotel untuk mengenalkan fruit carving di acara Yello Fruit and Vegetable Carving bertema Express Your Soul.
Fruit carving sebenarnya sudah ada sejak lama. Menurut Suprapto yang juga kerap dipanggil Rabbani Art, seni kuliner ini sudah ada sejak 700 tahun lalu. Tepatnya di Sakoikoi, Thailand. Pertama kali ditemukan oleh seniman bernama Nang Noppamart yang membuat ukiran bunga lili dari buah dan sayuran.
Di Indonesia, fruit carving pertama kali muncul di Bali. Tetapi tidak begitu dikenal. Fruit carving baru diketahui secara luas, setelah dikenalkan oleh Sanggar Seni Esti. Bahkan, sanggar yang dulu berlokasi di jalan Ciliwung, Wonokromo, Surabaya ini rutin mengadakan pelatihan sejak tahun 1987.
Pelatihan fruit carving pertama, diikuti tujuh peserta dari berbagai kalangan; pelukis, fotografer, perangkai bunga juga arsitek. Salah satunya, Teti RA Said Harjanto yang awalnya bekerja sebagai sekertaris. Perempuan 58 tahun yang kerap disapa Bunda Teti ini pun turut hadir di Hotel Yello dan melakukan demonstrasi mengukir semangka. “Ini sedang membuat ornamen batik. Gaya zaman old,” terangnya sambal terkekeh.
Demonstrasi mengukir buah tersebut merupakan salah satu rangkaian acara yang digelar Rabu, (28/02) tersebut. Selain itu, juga ada mini carving competition yang diikuti para blogger dan wartawan. Sebelum memulai kompetisi, peserta yang terdiri dari enam orang ini diberi pelatihan singkat yang dibimbing langsung oleh Rabbani.
“Konsep hotel kami adalah street art. Acara ini sebagai salah satu bentuk komitmen kami mendukung pengembangan karya seni. Sekaligus memberikan pemahaman bahwa seni bisa diaplikasikan dalam bentuk apapun,” pungkas Ita Tania, Manager Hotel YELLO Hotel Jemursari.
naskah dan foto : fathur