Menyambut perayaan Festival Musim Gugur atau biasa dikenal sebagai Festival Kue Bulan (Mooncake), Hotel Majapahit Surabaya siapkan empat pilihan Kue Bulan. Diantaranya Red Lotus (teratai merah), White Lotus (teratai putih), Red Bean (kacang merah), dan Green tea.
Meskipun perayaannya masih berlangsung pada pertengahan September hingga awal Oktober penanggalan Masehi, atau tanggal 15 di bulan kedelapan penanggalan Cina nanti, Hotel Majapahit siap menerima pesanan. “Kita lebih awal, karena kadang butuh waktu lama untuk pembuatan kotaknya. Kan biasanya yang pesan banyak, bahkan sampai ratusan. Untuk koleganya, keluarga, teman bisnis,” terang Igga Mone, Promotion and Communication Executive Hotel Majapahit.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, Festival Kue Bulan yang disiapkan Sarkies Seafood Restoran Hotel Majapahit kali ini tampak spesial. Selain dibungkus dengan kotak yang menarik, Kue Bulan atau dalam bahasa Cina disebut Tongjupya ini dibuat dari pasta biji teratai asli dari Tiongkok. Sehingga membuat harga kue ini sedikit lebih tinggi, “tapi kualitas dan rasa pasti berbeda jika menggunakan bahan asli,” tutur Syahroni, Chef Sarkies Seafood Restaurant.
Selain bahan biji teratai asli dari Tiongkok, tim Sarkies Seafood Restorant juga menghadirkan rasa Green Tea untuk mengikuti tren jaman, agar tak melulu dengan isi telur asin saja.
Dengan motif ikan, Mooncake Sarkies dibandrol 70rb rupiah untuk single large Mooncake, dan 275rb rupiah untuk tiap kotak berisi empat buah Mooncake. “Isinya bisa request dengan telur atau tidak,” jelas Syahroni.
Selain bisa dibeli di Sarkies Seafood Restaurant dan Toko Deli di Hotel Majapahit, anda yang tertarik mencoba rasa Mooncake Hotel Majapahit juga bisa mendapatkannya di Grand City lantai 3.
Festival Kue Bulan ini diperingati satu kali setiap tahunnya. Tradisi ini biasa diperingati oleh etnis Tionghoa dan Bangsa Vietnam untuk menyambut datangnya musim panen. Meskipun secara langsung tidak dalam musim panen, bagi masyarakat Surabaya sendiri, festival ini juga berarti sebagai ucapan syukur atas limpahnya rizki. “Ini salahsatu bentuk rasa bersyukur kita, dan ucapan syukur ini kami tujukan kepada dewa-dewi,” aku Dona Patricia (37), perempuan keturunan Tionghoa ini sembari tersenyum.
naskah dan foto : pipit maulidiya