Sebagai wujud saling mengenal budaya, Institut Français Indonesia kembali mengajak seniman asal Indonesia, untuk menampilkan kolaborasi teater yang dikemas apik dan memukau. Kolaborasi antara seni teater boneka tradisional Prancis dan wayang Indonesia di Balai Pemuda Cak Durasim Surabaya (13/5). Ini menjadi salah satu rangkaian acara Printemps Française (baca: prangtang frangsé), atau Festival Musim Semi Prancis.
Dikisahkan, boneka tradisional Prancis yang dikenal dengan nama Guignol berkunjung ke tanah Jawa, dan bertemu dengan Punakawan, wayang yang menggambarkan kehidupan asli masyarakat Jawa. Masing-masing dari kedua tokoh tersebut berdialog dengan bahasa yang berbeda. Guignol yang dibawakan oleh Paul Fournel dengan bahasa Prancis, dan Punakawan oleh “Jijit” Azied Dewa seniman asal Yogyakarta dengan bahasa Jawa dan sedikit bahasa Indonesia.
Untuk memperjelas alur, sesekali dialog antar dua boneka ini diterjemahkan ke dalam bahasa indonesia dan Prancis, yang ditampilkan pada layar proyektor.
Penampilan dua boneka tradisional dengan tema Concert Conté: Guignol Rencontre Les Punakawan ini, juga diiringi kolaborasi musik yang unik. Alat musik vibrafon (Alex Grillo) dan gamelan (Azied Dewa) terdengar saling sahut menggambarkan suasana teater Guignol dan Punakawan.
Meskipun berasal dari dua budaya dan bahasa yang berbeda, tak membuat Guignol dan Punakawan canggung menunjukkan perilaku dan bahasa yang mengundang gelak tawa para penonton yang datang. Tak jarang, perbedaan itu justru menjadi bahan guyonan yang menghibur.
Acara yang dihadiri oleh mayoritas pelajar tersebut berlangsung meriah, pada pembukaan seni teater dua boneka tersebut, juga di paparkan sedikit sejarah munculnya boneka Guignol asal Prancis. Yaitu dibuat pada masa revolusi Prancis, akhir abad ke-19. Guignol adalah boneka tangan yang awalnya ditampilkan dengan tema politik, pada pertengahan 1950an boneka ini terkenal di kalangan anak2. Sehingga tidak lagi terpaku pada tema politik.
naskah : pipit maulidiya | foto : rangga yudhistira