Close Menu
eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Indonesia Keren!
    • Beranda
    • Travel
    • Cinderamata
    • Kuliner
    • Hotel dan Resto
    • Seni Budaya
    • Gaya Hidup
    • Profil
    • News
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Home»News»Jelajah Surabaya Lama di Festival Kampung Lawas
    News

    Jelajah Surabaya Lama di Festival Kampung Lawas

    Abdul RahmanBy Abdul Rahman26 May 2015Updated:27 May 2015
    Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Selasa, 26 Mei kawasan perkampungan di Jalan Maspasti V Surabaya tak seperti biasanya, sejak pagi tampak puluhan stan jajanan hingga kerajinan berjejer rapi di sepanjang jalan. Dulunya, Maspati adalah perkampungan pada jaman keraton Surabaya, sebagai tempat tinggal para patih.

    Kini, Maspati masih bertahan sebagai tempat permukiman penduduk yang masih bertahan dengan gaya arsitektur bangunan lawas (kuno). Tak banyak perkampungan lawas yang masih bertahan hingga kini, kebanyakan telah menjadi pusat perdagangan sampai dijadikan gedung perkantoran.

    Mungkin tak banyak warga Surabaya yang mengetahui sejarah panjang pada zaman Keraton Mataram di Surabaya. Sedikitnya, masa itu terekam dan tersimpan rapi di kawasan kampung Maspati. Menyusuri jalan-jalan sempit di kawasan ini, bak menyusuri lorong waktu yang membawanya ke tempo dulu.

    Masih banyak bangunan-bangunan tua asli Surabaya zaman dulu yang bisa dijumpai. Tengok saja kediaman tokoh kerajaan Surakarta, Raden Soemomiharjo yang oleh warga setempat familiar dipanggil “Ndoro Mantra”. Arsitektur bangunannya masih terjaga dan terawat hingga kini.

    Selain itu, tak jauh dari bekas kediaman “Ndoro Mantra” berdiri kokoh rumah yang dibangun tahun 1907. Dulunya rumah ini dijadikan sebagai pabrik sepatu. Pelanggannya dari orang-orang Hindia-Belanda. Hingga perpindahan kekuasaan saat direbut oleh Jepang, pabrik ini masih bekembang dan dilanjutkan oleh warga pribumi. Sayangnya bangunan ini tak berfungsi seperti dulu lagi, akan tetapi warga tidak berniat mengubah dan membangun rumah ini. Dengan alasan menyimpan banyak sejarah sekaligus sebagai saksi perjuangan perang 10 November.

    Lokasinya yang tak jauh dari Monumen Tugu Pahlawan, menjadikan kawasan ini sebagai perkampungan yang sarat akan sejarah perkembangan keraton di Surabaya. Sejenak, perlunya mengingat tentang pesan Bung Karno pada peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus 1966, dengan gaya pidatonya yang tegas dan lantang, Sang Proklamator berkata “Jangan sekali-kali melupakan sejarah (Jas Merah)”. Kata-kata yang tak hanya untuk dikenang, namun untuk diwujudkan. Sebagai bangsa yang besar, hendaknya mampu menghargai sejarah sebagai kekayaan bangsa yang perlu diperhatikan dan dijaga kelestariannya.

    Kiranya tak berlebihan, jika semangat Bung Karno ini lah yang coba diwujudkan oleh sekelompok warga di Jalan Maspati dengan tetap melestarikan peninggalan pendahulunya. Adalah Festival Kampung Lawas Maspati yang berupaya melestarikan dan sejarah Surabaya.

    Melalui festival ini akan diperkenalkan suasana Surabaya tempo dulu dengan sajian berbagai bazar makanan, souvenir, lomba permainan tradisional dan hiburan lawas. Festival ini akan dilaksanakn selama satu hari penuh pada tanggal 26 Mei 2015 di jalan Maspati V dan VI Surabaya.

    Kuliner khas asli Kota Pahlawan juga tersaji di sini, seperti kue Rangin, Semanggi hingga Arum Manis yang biasa dijajakan oleh pedagang dnegan memankan biola. Tak ketinggalan dolanan lawas (permainan tradisional) juga bisa dinikmati pengunjung, seperti permainan yang hampir ada di penjuru Nusantara, Engkle. Selain Bakiak, Dakon dan Nekeran.

    Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini disela pembukaan Festival Kampung Lawas berjanji akan menjadikan kampung Maspati sebagai cagar budaya yang dilindungi pemerintah. Bahkan perempuan yang akrab dipanggil Bu Risma ini mengatakan, “Saya akan mendesain sendiri kampung ini, dengan membangun jalan setapak yang dilengkapi dengan lampu pendestrian, harapannya agar kawasan ini menjadi kampung wisata yang mampu meningkatkan pendapatan ekonomi warga kampung”, ujarnya.

    Lantas ia melanjutkan, “Karena kampung adalah bagian dari rumah termasuk juga jalannya, mari kita pertahankan terus kekayaan yang luar biasa ini, karena Surabaya kuat karena kampung”, tutupnya.

    naskah dan foto : rangga yudhistira

    Share. Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Info Lainnya

    Surabaya Tampilkan Pesona Laser Air Mancur di Malam Keakraban Munas VII APEKSI

    9 May 2025

    Inovasi Kedai Kopi Digital UB Angkat Daya Saing Desa Wisata Kopi Banyuwangi

    3 May 2025

    72.500 Wisatawan Kunjungi KBS Saat Libur Lebaran, Target 100 Ribu Pengunjung

    6 April 2025
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    INFO TERBARU

    Surabaya Tampilkan Pesona Laser Air Mancur di Malam Keakraban Munas VII APEKSI

    9 May 2025

    Inovasi Kedai Kopi Digital UB Angkat Daya Saing Desa Wisata Kopi Banyuwangi

    3 May 2025

    Hari Kartini, Aston Madiun dan KKI Gelar Nguri-Uri Budhoyo Usung Pesona Pengantin Adat Yogyakarta

    29 April 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Jadi Pilihan Favorit Staycation Saat Lebaran 2025

    7 April 2025

    72.500 Wisatawan Kunjungi KBS Saat Libur Lebaran, Target 100 Ribu Pengunjung

    6 April 2025

    Mojotirto Festival 2025, Momentum Refleksi dan Pelestarian Air di Mojokerto

    23 March 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Gelar Earth Hour 2025, Matikan Lampu Satu Jam untuk Bumi

    22 March 2025

    Sambut Ramadan, Pemkot Surabaya Hiasi Kota dengan Ornamen Bernuansa Timur Tengah

    3 March 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Tentang Kami
    • Iklan
    • Komunitas
    • Video
    • Surabaya
    • Indonesia
    • Kontak
    • Arsip
    © 2025 eastjavatraveler.com | stunning east java

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.