Kekayaan alam Indonesia dengan sumber daya alam yang melimpah, nyata mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi dunia Internasional. Adalah batu mulia, yang belakangan terus menggeliat di masyarakat. Bahkan forum antar negara setingkat Konferensi Asia Afrika (KAA) yang baru saja berlangsung di Bandung, batu yang dihasilkan dari perut bumi nusantara ini tak luput dari perbincangan.
Keberadaannya pun semakin marak beredar di masyarakat, dengan penikmatnya yang terus meningkat. Tak hanya orang tua, anak-anak muda pun mulai menggandrungi batu mulia yang di Jawa Timur lebih akrab dengan sebutan batu akik ini. Batu akik memang lebih dari sekedar trend, ada beberapa makna positif yang coba dimunculkan oleh beberapa kalangan. Tentunya tanpa mengesampingkan niat untuk terus melestarikan kekayaan alam nusantara serta semangat menumbuhkan rasa bangga dan cinta tanah air. Dengan bekal semangat ini, Majalah Liberty menggelar Soerabaia GEMSTONE EXPO 2015, yang tak lain adalah pameran dan kontes batu nusantara, yang diikuti oleh pecinta batu akik dari Aceh sampai Papua.
Event hasil dari kerjasama dengan Kayoon Gemstone Community (KGC) ini, mendapat respon sangat positif dari masyarakat. Bukan hanya dari kalangan pecinta batu akik, Pemerintah Jawa Timur pun memberikan dukungan penuh dalam gelaran event batu akik terakbar di Indonesia Timur ini. Event dan kontes batu nusantara ini diselenggarakan di Atrium Cito Mall Surabaya dengan 125 stand batu mulia berbagi jenis, 21-24 Mei 2015. Bahkan, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, memberikan apresiasinya lewat Trophy Gubernur untuk pemenang kontes.
“Trophy Gubernur Jawa Timur akan diperebutkan oleh peserta kontes batu nusantara yang dibagi dalam 30 kategori, diantaranya ada Bacan dan Bulu Macan”, ujar Christanto Wahyu, panitia Soerabaia Gemstone Expo yang juga pecinta batu mulia asli Jawa Timur ini.
Mengingat Jawa Timur telah lama menjadi lumbung batu mulia, seperti yang ada di Kabupaten Pacitan, Trenggalek dan Ponorogo. Baru-baru ini berbagai jenis batu akik baru mulai bermunculan di Jawa Timur, “batu akik memang telah lama dikenal di Pacitan, belakangan ini Blitar mampu memikat pasar batu mulia dengan Sutra Kayangan, serta Tulungagung dengan Pirus Lazuli yang tengah menjadi unggulan Kabupaten penghasil marmer ini.
Di balik maraknya batu akik di kalangan masyarakat, ternyata ada beberapa makna positif dari fungsi barang yang tengah menjadi trend ini. Pertama, batu mulia merupakan bagian dari pengetahuan geologi. Karena dengan melihat batu mulia secara geologi akan memberikan pengetahuan bagaimana proses terbentuknya, umur batu, kandungan mineral di bawahnya, sekaligus perkembangan peradaban manusia di sekitarnya.
Kedua, memandang batu mulia secara ekonomi. Tidak diragukan lagi bahwa aspek ekonomi selalu hadir saat berbicara tentang batu. Dari batu kapur sampai kaca alam, selalu bisa diproduktifkan secara ekonomi. Di sinilah peran pemerintah untuk menjadikannya satu sektor produktif bagi rakyat.
Ketiga, melihat batu mulia secara fungsi. Ketika batu dikaitkan dengan ekonomi, hal itu dikarenakan ada fungsi dari batuan tersebut sebagai bagian dari kebutuhan masyarakat, entah sebagai perhiasan atau bahkan digunakan media pengobatan.
Dengan alasan ini lah, fenomena batu akik patut terus dijaga. Mengingat batu akik adalah batuan asli nusantara yang dihasilkan dari tangan-tangan terampil masyarakat Indonesia. Keberadaan batu akik memberikan bukti betapa kayanya tanah air tempat kita berpijak. Hampir seluruh wilayah nusantara berpotensi menghasilkan batu akik yang mampu menjadi identitas lokal.
naskah dan foto : rangga yudhistira