Keberadaan taman kota jadi pilihan rekreasi murah dan meriah. Di beberapa kota dan kabupaten di Jawa Timur, taman kota jadi jujugan wajib sejumlah keluarga. Khususnya untuk mengisi akhir pekan atau hari Minggu. Tak heran jika di hari-hari itu, jumlah pengunjung di taman kota terbilang besar.
Dari pantauan tim eastjavatraveler.com, fenomena ini nyaris terjadi seragam di banyak wilayah di Jawa Timur. Mulai dari Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Malang, sampai Banyuwangi.
Keluarga Erwin Harjadi misalnya. Setidaknya satu bulan dua atau empat kali, ia dan keluarga jalan-jalan di taman-taman Kota Surabaya. “Bergantian. Kadang di Taman Bungkul, kadang Kebun Bibit Wonorejo,” ujar wiraswastawan yang kini tinggal di bilangan Karangpilang, Surabaya ini.
Dikatakan, jalan-jalan di taman kota jadi alternatif wisata yang murah dan meriah. Karenanya, ia mengaku bersyukur pemerintah kota dalam beberapa tahun terakhir lebih concern untuk mendandani taman kota. “Ya dibikin makin indah, ya makin banyak,” kata Erwin sambil tersenyum.
Senada dengan yang dikatakan Erwin, M. Sokhib, warga Bojonegoro, mengaku rutin datang ke Alun-alun Kabupaten Bojonegoro. Sejak ada gagasan memperindah taman kota, Alun-alun Bojonegoro jadi lebih hijau dan cantik.
“Kalau hari Minggu kan ramai. Ada pedagang makanan, arena bermain, dan lain-lain. Harganya juga murah,” katanya. Itu yang kemudian jadi alasan, untuk mengisi libur dan waktu luang, ia mengajak anak-anaknya ke Alun-alun Kabupaten Bojonegoro.
Paru-paru Kota
Maraknya minat untuk mempercantik kota tentu jadi trend yang positif. Selain imaji daerah makin baik, keberadaan taman kota juga mendukung upaya menjaga kesehatan bersama. Berapa tidak, dengan adanya pohon dan tanaman dalam jumlah besar, kualitas oksigen jadi lebih terjaga.
Mengutip catatan di wisataman.wordpress.com, setiap satu hektar ruang terbuka hijau diperkirakan mampu menghasilkan 0,6 ton oksigen guna dikonsumsi 1.500 penduduk perhari. Kenyataan ini membuat kita dapat bernafas dengan lega dan merasa segar.
Masih mengutip catatan di blog ini, pepohonan yang rindang di taman kota mampu terus-menerus menyerap dan mengolah gas karbondioksida (CO2), sulfur oksida (SO2), ozon (O3), nitrogendioksida (NO2), karbon monoksida (CO), dan timbal (Pb) yang merupakan 80 persen pencemar udara kota, menjadi oksigen segar yang siap dihirup warga kota setiap saat.
Setiap jamnya, satu hektar daun-daun hijau dapat menyerap delapan kilogram CO2 yang setara dengan CO2 yang diembuskan oleh napas manusia sekitar 200 orang dalam waktu yang sama. Dengan tereduksinya polutan di udara maka masyarakat kota akan terhindar dari resiko yang berupa kemandulan, infeksi saluran pernapasan atas, stres, mual, muntah, pusing, kematian janin, keterbelakangan mental anak- anak, dan kanker kulit. Kota sehat, warga pun sehat.
naskah : hendro d. laksono | foto : budi irawan