House of Sampoerna (HoS) bersama Komunitas Brush 7+ menggelar Pameran Seni Visual Legenda Cinta Nusantara, sepanjang 30 Januari 2015 hingga 28 Februari 2015. Lewat 25 karya yang ada, pengunjung diajak untuk kembali mengenal nilai-nilai budaya Indonesia.
Karya-karya ini lahir dari proses kreatif dan penggalian delapan seniman dari berbagai kota. Dengan gemilang mereka mengemas berbagai tokoh imajiner daerah ke dalam karya visual yang tak kalah romantis dengan cerita dibaliknya.
Seperti karya lukis Syis Paindow yang bercerita tentang Arjuna yang memiliki 15 istri. Dalam lukisannya Arjuna digambarkan sebagai sosok pria yang membawa panah dan bunga sebagai gambaran Arjuna Mencari Cinta.
Legenda lain yang juga muncul di pameran ini adalah Roro Jonggrang, tokoh dibalik berdirinya Candi Prambanan. Wanita yang dianggap tak tergantikan oleh perempuan masa kini yang lebih menuntut kemewahan ini dihadirkan oleh Ghany Leo. Lalu Ponk-Q, dengan gaya pop-art menorehkan warna terang pink diatas kanvas mengangkat cerita Adventure Rama Sintadi atas sebuah perahu. Tidak kalah dengan ke-3 rekannya, Lima seniman lain turut menuangkan imaji cinta kelokalan dalam bentuk drawing, Ilustrasi dan grafis yang tak kalah apik dan penuh dengan misteri cinta.
Legenda Cinta Nusantara merupakan pameran pertama komunitas Brush 7+. Awalnya, komunitas yang beranggotakan 3 orang dan dikenal sebagai Brush #3 yakni Jono Sugiartono, Ponk-Q dan Syis Paindow, berkembang dengan bergabungnya personil baru dari berbagai daerah seperti Jakarta, Jambi, Makasar, Ciamis, sehingga terbentuk komunitas Brush 7+ untuk dapat memenuhi tantangan HoS dalam ajang kali ini. Adapun Arifin Yasonas, Fitrajaya Nusananta, Hendrikus David Arie, Tomy Faisal Alim yang turut bergabung untuk menghasilkan karya yang dapat dinikmati hingga akhir bulan Februari.
“Kesempatan yang diberikan House of Sampoerna pada pameran kali ini memberikan wawasan baru bagi kami dalam berkarya karena kami tidak hanya dituntut melakukan penelitian sebelum menuangkannya, namun juga manfaat yang bisa dirasakan oleh masyarakat karena nilai edukasi yang terkandung di setiap karya kami,” tutur Syis Paindow, koordinator pameran ini.
“Pameran ini juga merupakan tantangan bagi kami agar masyarakat dapat belajar menghargai karya seni, dan juga para seniman yang berjuang dibaliknya, seperti kami,” tambahnya.