Taman budaya di berbagai provinsi di Indonesia memiliki kiat masing-masing dalam menggiatkan kehidupan seni budaya diwilayahnya, termasuk Taman Budaya Jawa Timur (TBJT). Setelah pada tahun 2012 lalu TBJT didaulat sebagai tuan rumah Temu Karya Budaya se-Indonesia, pada tahun 2014 ini TBJT menyelenggarakan Festival Seni Nusantara. Mengundang 10 provinsi besar yang ada Indonesia yaitu DKI Jakarta, Sumatera Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Maluku, D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Menurut Sukatno selaku Kepala UPT Jawa Timur acara ini merupakan acara pertama dan terbesar di gedung Cak Durasim. Berlangsung selama tiga hari dari tanggal 9 hingga 11 Oktober 2014. Dengan mengambil tema insan seni yang kreatif, berkarakter, mandiri, dan berdaya saing global. Dia juga mengatakan bahwa titik poin dari kesenian adalah keindahan. Kegiatan utama festival ini adalah pertunjukkan, namun ada pula pameran produk ekonomi yang berbasis seni budaya. Acara ini juga terbuka bagi semua kalangan dan gratis.
Selama tiga hari tersebut Eastjavatraveler.com merangkumnya menjadi beberapa cuplikan dari Festival Seni Nusantara 2014 yang menampilkan empat provinsi di Indonesia. Mereka adalah Kalimantan Barat (Batu Ballah), Kalimantan Tengah (Tari Garapan), Sulawesi Tengah (Kain Kulit Kayu), dan Jawa Timur (Gonseng Bangtih).
Menurut Tyo salah satu penonton mengatakan bahwa acara ini cukup keren. Karena tanpa harus pergi ke tempat seni budaya itu berasal saya bisa mengerti jenis budaya yang mereka miliki. Selain itu didukung fasilitas yang memadai oleh gedung ini jadi saya lebih menikmatinya dengan santai.
Batu Ballah merupakan sebuah cerita rakyat yang berasal dari Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Mengisahkan tentang seorang Ibu yang berstatus janda yang sangat kecewa terhadap anak-anaknya karena selalu membuat masalah. Ditambah tidak mau mengerti betapa susahnya sang Ibu bekerja untuk mereka. Sang Ibu pun sangat sedih dan kecewa kepada mereka. Akhirnya dia memohon kepada sebongkah batu raksasa agar menelan tubuhnya hidup-hidup.
Hariak Lingu Nalatai Haringkin Karendem Malempang yang berarti bersuka cita sebagai tanda ucapan syukur kepada Tuhan atas berkat dan rahmatnya kepada manusia yang disampaikan dari hati nurani yang paling dalam. Tarian ini diambil dari adat suku Dayak pada umumnya dan Kalimantan Tengah pada khususnya. Suku Dayak Kalimantan Tengah berada pada dataran tinggi atau perbukitan yang bermuara di laut. Adat mereka adalah bercocok tanam padi diladang dan mencari ikan serta berburu binatang. Tarian ini melambangkan suatu proses bercocok tanam padi ladang mulai dari penanaman benih padi sampai menuai. Selama kurang lebih enam bulan masa proses padi di ladang.
Mbeha atau Mbesa merupakan sebutan kain kulit kayu yang diakui sebagai produk budaya khas Sulawesi Tengah, khususnya di daerah Kulawi dan Pandere, kabupaten Sigi serta masyarakat Lore di Poso. Kain kulit kayu tersebut digunakan khusus sebagai perlengkapan saat upacara adat. Sebagai salah satu tradisi masyrakat yang menjadi kearifan lokal tersebut, proses pembuatan Mbesa dikemas menjadi sebuah seni pertunjukan tari dalam proses kekinian kesenian Indonesia. Dengan memadukan unsur gerak tari dari Sulawesi Tengah dan gerak kreasi, musik dalam melodi serta irama etnik, gerak teatrikal serta ornamen ragam hias dari motif Mbesa sebagai ragam seni rupa.
Gongseng Bangtih adalah sebuah karya seni tari yang terinspirasi dan spirit tari Baskalan Patih pada kesenian Wayang Topeng Malangan. Bangtih merupakan kepanjangan dari abang putih dalam bahasa Jawa yang bermakna awal dari kehidupan. Selain itu juga pertemuan antara pertemuan antara perempuan dan laki-laki yang berarti juga sifat nafsu dan nurani yang saling mewarnai dalam perjalanan hidup. Sedangkan Gongseng hadir menjadikan denyut nadi penyelaras di antara keduanya.
naskah | foto: herwin widodo