Eksotika pantai-pantai di pesisir selatan Pulau Madura memang tak dapat dipungkiri lagi. Garis pantai yang panjang membentang dengan pasir berwarna putih, kerap kali menjadi sebuah magnet bagi para wisatawan untuk berkunjung. Adalah Pantai Lombang, salah satu pantai di pesisir selatan Kabupaten Sumenep, di ujung paling timur Pulau Madura.
Berada di desa Leggung Timur, kecamatan Batang-batang, atau sekitar 30 menit dari pusat kota Sumenep, Pantai Lombang banyak menyimpan keunikan, baik dari habitat ekosistemnya, hingga budaya masyarakat lokal yang turut hidup di kawasan setempat. Selain merupakan salah satu pantai di dunia yang ditumbuhi pohon cemara udang di garis pantainya, Pantai Lombang juga dikenal sebagai desa manusia pasir, demikian masyarakat sekitar menyebutnya.
Manusia pasir merupakan sebutan bagi warga di desa nelayan yang hidup di sepanjang garis pantai ini. Wajar saja mereka disebut demikian, mereka yang hidup di desa tersebut memiliki sebuah budaya lokal yang sangat unik, yakni hidup dengan pasir. Mereka melakukan banyak aktivitasnya di atas kolam pasir di dalam rumah mereka. Hampir seluruh aktivitas sehari-harinya mereka lakukan diatas pasir, mulai dari tidur, bermain, bersantai, makan, hingga di tutup usianya-pun konon mereka harus melakukannya di atas pasir.
Pasir bagi mereka berarti ketenangan hati, mereka senantiasa merasa layaknya mendapat perlindungan dari alam dan leluhur mereka. Walaupun banyak diantara mereka yang sudah modern, mereka masih mempertahankan budaya tersebut. Di dalam rumahnya yang sudah tampak modern, mereka masih memiliki kolam pasir di dalamnya, sekalipun mereka juga memiliki sofa atau tempat tidur seperti pada umunya, namun hal tersebut hanya diperuntukan bagi tamu yang datang berkunjung dan tidak terbiasa untuk beraktivitas di atas pasir.
Tidur dan beraktivitas di pasir bagi mereka merupakan tradisi yang banyak memberikan manfaat, selain mereka merasa nyaman, mereka juga meyakini pasir dapat menghindarkan mereka dari bermacam penyakit. Menurut beberapa orang yang kami temui, konon tidur di pasir juga dipercaya sebagai tameng yang menghindarkan mereka dari berbagai jenis ilmu santet, teluh, dsb.
Bahkan saking cintanya pada pasir, ketika sedang bepergian jauh dari kampung halaman, mereka akan membawa pasir dari desanya bersama mereka. Baik dalam jumlah besar, maupun hanya segenggam dan diletakan di kantong. Pasir-pasir tersebut diambil langsung dari Pantai Lombang yang di saring hingga benar-benar bersih.
Rata-rata dari mereka bermata pencaharian sebagai seorang nelayan dan pedagang bonsai cemara udang, namun di era modern seperti ini, banyak anak-anak muda dari desa tersebut yang mengenyam pendidikan di universitas-universitas di kota-kota besar, seperti Surabaya.
naskah | foto : isa anshori