Close Menu
eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Facebook X (Twitter) Instagram
    Facebook X (Twitter) Instagram YouTube
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Indonesia Keren!
    • Beranda
    • Travel
    • Cinderamata
    • Kuliner
    • Hotel dan Resto
    • Seni Budaya
    • Gaya Hidup
    • Profil
    • News
    eastjavatraveler.comeastjavatraveler.com
    Home»Traveling»Moksanya Sepasang Suami Istri di Candi Pari
    Traveling

    Moksanya Sepasang Suami Istri di Candi Pari

    Abdul RahmanBy Abdul Rahman3 March 2014
    Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Sepasang suami istri pernah tinggal di Desa bernama Kedungras, yang saat itu merupakan salah satu desa penyuplai padi untuk Kerajaan Majapahit. Pasangan suami istri itu bernama Joko Pandelegan dan Nyai Roro Walang Angin. Seiring waktu sebagai balas jasa, mereka kemudian diajak ke Majapahit untuk dinaikkan derajatnya. Alih-alih menerima anugerah itu dengan senang hati, mereka malah menolak dengan alasan ingin mempertahankan Desa Kedungras sebagai sumber penyuplai padi bagi kerajaan.

    Karena mendapat perintah raja, prajurit Majapahit melakukan segala cara untuk membujuk mereka dimulai dari cara baik-baik sampai cara memaksa. Kemudian setelah ditangkap, Joko Pandelegan meminta ijin masuk ke lumbung padi, sementara istrinya meminta ijin mengambil air di sumur. Tak disangka tiba-tiba keduanya malah menghilang tanpa bekas. Entah melarikan diri, entah meninggal, entah di telan bumi atau naik ke nirwana.

    Atas perintah raja kemudian, untuk memperingati tanda menghilangnya Joko Pandelegan, bekas lumbung padi tempat tepat di mana Joko Pandelegan menghilang dibangunlah Candi Pari, sementara tempat menghilangnya Nyai Roro Walang Angin dibangun Candi Sumur. Desa Kedungras pun berganti nama menjadi Desa Candi Pari. Candi Pari sendiri berada di Dusun Candi Pari Wetan, Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

    IMG_7877cCandi Pari merupakan satu – satunya candi peninggalan Kerajaan Mojopahit yang memiliki pola mirip Candi Khamer (Birma) dan Champa (Thailand atau Vietnam).Hal ini menurut Syahroni,  sumber EastJavaTraveler sekaligus juru kunci Candi Pari diperkirakan karena penduduk sekitar Candi Pari saat itu adalah pengungsi dari Kerajaan Champa sehingga mempengaruhi arsitektur pembangunannya. Seperti banyak peninggalan Kerajaan Majapahit lainnya, Candi Pari dibuat dari bahan batu bata merah. Candi ini dibangun sekitar abad 13 dibuktikan dengan adanya pahatan angka tahun 1293 saka (1371 M) di ambang pintu masuk candi.

    Candi Pari selain bentuk arsitekturnya juga memiliki keunikan lain disbanding candi lain peninggalan Majapahit. Yakni minimnya hiasan atau relief. Hiasan yang ada hanya hiasan berupa teratai dan guci Amerta di kiri kanan bagian candi. Keunikan lainnya adalah tangga pintu masuk. Jika candi – candi lainnya memiliki tangga masuk yang langsung menuju pintu candi, maka pada Candi Pari terdapat bidang persegi (batur) yang menjorok keluar dari bawah pintu dengan tangga di kiri dan kanan. Di dalam candi sekarang hamper hanyalah ruangan kosong, hanya terdapat beberapa batu, arca – arca tak utuh serta balok kayu.

    Banyak peninggalan Candi Pari saat jaman penjajahan diangkut ke Belanda, seperti patung-patung tapi sekarang sudah disimpan di Museum Nasional di Jakarta. Pemugaran pun sempat dilakukan pada tahun1994-1999. Dengan perbaikan tambal sulam penambahan batu bata baru yang umumnya sekarang dicirikan terlihat hitam dan berlumut.

    “Mengapa bisa terlihat seperti itu, kalau menurut saya sendiri batu bata lama memang benar-benar batu bata, mungkin buatnya tidak pakai campuran, 100% tanah liat asli dan pembakaran sampai matang. Kalau yang baru banyak campurannya terutama sekam kulit padi yang kasar dan pasir, dan pembakaran tidak sampai 100%.” pungkas Syahroni.

    naskah|foto : muchson darul fatoni

    Share. Facebook Twitter LinkedIn Email WhatsApp

    Info Lainnya

    Liburan Imlek 2025, Pemkot Surabaya Siapkan Beragam Kegiatan Menarik di Kebun Raya Mangrove

    26 January 2025

    Stasiun Banyuwangi Kota Tampil dengan Sentuhan Arsitektur Osing

    7 January 2025

    Mahasiswa UNAIR Juara Pertama di Kompetisi BIP BCA, Angkat Potensi Kampung Lontong Surabaya

    22 November 2024
    Leave A Reply

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

    INFO TERBARU

    Surabaya Tampilkan Pesona Laser Air Mancur di Malam Keakraban Munas VII APEKSI

    9 May 2025

    Inovasi Kedai Kopi Digital UB Angkat Daya Saing Desa Wisata Kopi Banyuwangi

    3 May 2025

    Hari Kartini, Aston Madiun dan KKI Gelar Nguri-Uri Budhoyo Usung Pesona Pengantin Adat Yogyakarta

    29 April 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Jadi Pilihan Favorit Staycation Saat Lebaran 2025

    7 April 2025

    72.500 Wisatawan Kunjungi KBS Saat Libur Lebaran, Target 100 Ribu Pengunjung

    6 April 2025

    Mojotirto Festival 2025, Momentum Refleksi dan Pelestarian Air di Mojokerto

    23 March 2025

    ARTOTEL TS Suites Surabaya Gelar Earth Hour 2025, Matikan Lampu Satu Jam untuk Bumi

    22 March 2025

    Sambut Ramadan, Pemkot Surabaya Hiasi Kota dengan Ornamen Bernuansa Timur Tengah

    3 March 2025
    Facebook X (Twitter) Instagram Pinterest
    • Tentang Kami
    • Iklan
    • Komunitas
    • Video
    • Surabaya
    • Indonesia
    • Kontak
    • Arsip
    © 2025 eastjavatraveler.com | stunning east java

    Type above and press Enter to search. Press Esc to cancel.