Sejak puluhan tahun silam, masyarakat Kota Bangil, Pasuruan, Jawa Timur dikenal dengan produk kerajinan bordirnya. Hingga sekarang mereka masih aktif berproduksi di sentra kerajinan bordir yang dikenal dengan sebutan sebagai Bangil Kota Bordir (Bangkodir).
Pemandangan ini seperti yang tampak saat kita melintas di ruas jalan raya Plaza Untung Suropati, Bangil yang berdekatan dengan Alun-alun Bangil, maka Anda akan banyak mendapati kompleks pertokoan yang menjual hasil kerajinan Bordir.
Salah satu pengusaha yang cukup sukses berbisnis kerajinan Bordir adalah pasangan suami istri Sofyan Azhar dan Nina Junaidah yang memiliki ruko bernama Nina Bordir. Bisnis kerajinan mereka pertama kali didirikan tahun 2007, yakni sekitar 2 tahun setelah pencanangan Bangil sebagai Kota Bordir oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan. Dari bisnis yang awalnya didirikan bersama pasangan kemudian berkembang menjadi bisnis yang merekrut banyak karyawan dengan kepemilikan 3 ruko.
Menurut Sofyan, omzet per bulan bisa mencapai ratusan juta rupiah tergantung keramaian dan jumlah pembeli. Keramaian pembeli memuncak saat bulan Ramadhan dan beliau sering menambah jumlah karyawan yang rata-rata biasanya hanya sekitar 12 orang.
Perkembangan bisnis bordir pun semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pemasaran dapat mencapai kota Batam serta Pulau Lombok dan bahkan pernah ada pengunjung dari Arab Saudi memesan sendiri orderannya di tokonya.
Bordir Pasuruan memiliki kelebihan tersendiri dibanding kota-kota lain sehingga pembeli selalu kembali dan memiliki pelanggan setia tersendiri. “Contohnya dibandingkan dengan Bordir Tasik. Memang benar murah, tapi juga cepat rusak. Konsumen memang sering lebih memilih Bordir Tasik yang lebih murah, tapi itu hanya awalnya saja. Kualitas dan bordiran Pasuruan lebih bagus. Lebih mahal tapi layak. Jadi meskipun bordir Pasuruan sering bersaing dengan bordir kota lain, bordir Pasuruan selalu berada di jajaran atas karena kualitasnya,” jelasnya.
naskah|foto : muchson darul fatoni