Bagi pasangan muda yang sibuk, waktu bermain bersama anak jadi sesuatu hal yang sangat mahal. Ini yang membuat sebagian dari mereka, bisa bermain langsung dengan buah hatinya hanya pada hari libur saja.
Kenyataan ini, diam-diam menarik perhatian Eko Srilaksono, warga Jl Mertojoyo, Dinoyo, Kota Malang, Jawa Timur. “Kondisinya beda dengan jaman saya masih kecil. Orang tua masih punya waktu untuk bermain dengan anak. Tidak hanya melihat, tapi terlibat langsung,” kata Eko.
Berbekal pengamatan ini, ia mencoba membuat produk yang bisa menjalin interaksi orang tua dan anak. “Awal tahun 2011, ide ini sudah menjadi konsep yang lebih matang. Intinya, saya ingin membuat mainan di rumah yang bisa dipakai bersama dengan bapak atau ibu. Mainan itu harus kuat, aman, menarik, ringan, dan ini yang penting, ramah lingkungan,” papar Eko.
Awalnya ia melirik plastik untuk bahan produknya. Tapi pilihan ini dibatalkan, karena Eko menilai kalau plastik tidak ramah lingkungan. Lalu ia memilih kardus.
Jadi, kata Eko, semua produknya dibuat dengan bahan dasar kardus. Berbekal pengalaman, riset, dan mencari informasi di banyak tempat, ia mulai medesain kerangka dan bentuk boneka yang kuat dan kokoh. Lahirlah produk pertamanya, Si Kambi.
“Si Kambi adalah nama boneka kambing. Mengapa kambing? Ini hewan khas Indonesia. Jarang yang menggunakan hewan ini sebagai karkter mainan,” katanya sambil tersenyum. Nama ini, kemudian berkembang menjadi ikon andalan Art of Kardus, rumah produksinya.
Boneka ini didesain dengan sangat kuat. Sehingga anak bisa duduk di atasnya bersama ayah atau ibunya. “Seberapa kuat? Mainan ini, meskipun menggunakan bahan kardus dan kain boneka, tapi bisa menopang berat hingga 200 kilogram,” kata Eko yakin. Sebagai bukti, dalam sebuah kesempatan, Saifullah Yusuf, Wagub Jawa Timur pernah bercanda dengan menaiki boneka buatannya. Dan ternyata terbukti, boneka buatan Art of Kardus memang sangat kuat.
Si Kambi, kata Eko, disebut sebagai versi 1.0 dari rangkaian produk-produknya yang dibandrol dengan harga Rp 450 ribu hingga Rp 550 ribu. Selanjutnya, sejalan dengan perkembangan jaman, inovasi teknologi, dan selera pasar, ia mulai mengembangkan versi 2.0, 3.0, dan terakhir versi 4.0.
Khusus produk versi 4.0, desainnya mulai berubah. Sehingga anak balita, bisa duduk dengan aman dan nyaman di punggung boneka kesayangannya. Karakter yang dibawa Eko tak lagi kambing. Sesuai permintaan pasar, ia mulai membuat boneka gajah, anjing, harimau, singa, dan masih banyak lagi.
Meski ada perubahan karakter hewan, boneka mainan Eko tetap berpegang teguh pada konsep awal. Mainan yang kuat, aman, menarik, ringan, dan ramah lingkungan. Dan gara-gara konsep ini juga, usaha Art of Kardus bisa meraup omzet Rp 15 juta hingga Rp 25 juta per bulan.
Ditanya tentang padanan mainan di tempat lain, Eko meyakini kalau produknya menggunakan teknologi pertama di dunia. Di tempat lain, boneka dibuat dengan isian dakron atau plastik. Kalaupun ada yang menggunakan kardus, rata-rata masih melibatkan kerangka kayu atau besi. Sementara boneka Eko, 100 persen menggunakan kardus.
Untuk memproduksi boneka-boneka ini, Eko ternyata mengembangkan konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat. Untuk tahap awal proses produksi, ia melibatkan warga di sekitarnya. Jumlahnya mencapai 30-an. Dan rata-rata, warga mendapat penghasilan yang sesuai dengan standar upah minimum kabupaten atau kota.
Meski sudah melibatkan warga sekitar, Eko ternyata belum bisa mengekspor produk-produknya. Pasalnya, usaha yang ia buat baru bisa memproduksi 50 sampai 60 boneka setiap bulan. Jika ingin menjajaki peluang ekspor, ia harus menyiapkan minimum 200 boneka per bulan. “Saat ini saya masih melatih beberapa orang. Tujuannya ya agar jumlah produksi bulanan bisa meningkat,” harap Eko.
1 Comment
Dimana alamtnya bapak eko,trmksh