Tak sekedar cantik, kepribadian yang elok dan perwujudan seorang perempuan yang kharismatik adalah gambaran dari seorang Ken Dedes. Seakan mengingatkan tentang historis sejarah Kerajaan Singasari, bahwa perilaku dan keluhuranya sering kali dilupakan oleh masyarakat masa kini.
setelah sukses dipentaskan di dua tempat berbeda di Jakarta, Opera sejarah bertajuk “Ken Dedes Wanita Dibalik Tahta” digelar di Gedung Cak Durasim, Genteng Kali, Surabaya, Sabtu, 6 April 2013. Penggambaran cerita juga disajikan dengan memadukan pembaharuan gerak tari , musik, teater, rias busana, tata cahaya dan tata pangggung.
Menurut Eny, sebagai ekskutif produser dan berperan sebagai Ken Dedes pada pertunjukan tersebut, opera sejarah ini melibatkan 150 seniman tradisi dari surabaya, Surakarta, Yogyakarta, Semarang dan Jakarta. Tak hanya itu, paduan penyanyi bersuara merdu Dewi Sulastri yang berperan sebagai Nyi Purwo juga didukung para alumni Institute Seni Indonesia (ISI) diantaranya, Ali Marsudi (Purwo), Agus Prasetyo (Ken Arok), Irwan Riyadi (Loh Gawe), Siti Maryuni (Nyai Gede Mirah) dan Achmad Dipoyono (Tunggul Ametung).
Pagelaran yang bertema kolosal ini coba disajikan dengan perpaduan seni multimedia. Penggabungan beberapa unsur musik etnik, klasik dan modern diberikan dengan tujuan membuat nuansa opera sejarah itu lebih terlihat dengan sentuhan orchestrasi yang kental.
Cerita sejarah yang menggambarkan akan kebesaran Ken Dedes tidak hanya dikenal di dalam negri, namun di kalangan manca negara seperti, Eropa dan Asia juga cukup mendapat apresiasi. Diharapkan, pagelaran ini setidaknya dapat ikut menjaga dan mengabadikan salah satu budaya yang ada di negeri kita,” ujar, Eny Sullistyowati SPd.
naskah : Farid Rusly | foto : indonesiaimages.net